Berita Balikpapan Terkini
Angka Stunting di Bontang Kembali Naik, Ternyata Ini Penyebab Utamanya Menurut Dinkes
Prevalensi stunting di Kota Bontang kembali meningkat, mencapai 20,6 persen pada Agustus 2024, naik dari 18 persen pada Juli
Penulis: Muhammad Ridwan | Editor: Nur Pratama
TRIBUNKALTIM.CO, BONTANG - Prevalensi stunting di Kota Bontang kembali meningkat, mencapai 20,6 persen pada Agustus 2024, naik dari 18 persen pada Juli.
Rendahnya partisipasi masyarakat dalam program pemantauan kesehatan balita di Posyandu menjadi penyebab utama, hal tersebut terekam dari data dari Sistem Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM).
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Bontang, Bambang Sri Mulyono, menyebut dari total 16.226 balita di Bontang, hanya 59,6 persen yang terdaftar mengikuti pemantauan di Posyandu.
Baca juga: Perkelahian Remaja di Bontang Viral Medsos Berujung Damai, Polisi Ambil Langkah Penyelesaian
"Karena masyarakat kurang antusias dengan kata lain partisipasi yang rendah, pencegahan stunting menjadi kurang maksimal," ujar Bambang saat dihubungi Tribunkaltim.co, Jumat (4/10/2024).
Ia menjelaskan rendahnya partisipasi ini mencolok di sejumlah wilayah,seperti Kelurahan Bontang Kuala (28,84 persen), Lok Tuan (38,14 persen), dan Tanjung Laut Indah (46,29 persen), yang turut berkontribusi terhadap tingginya angka stunting.
Bambang menambahkan, meski berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kunjungan ke Posyandu, hasilnya masih jauh dari harapan.
"Mungkin masyarakat khawatir jika membawa anak ke Posyandu, anak mereka dianggap stunting," jelasnya.
Di sisi lain, wilayah seperti Bontang Baru dan Gunung Elai mencatat partisipasi yang jauh lebih baik, dengan tingkat kunjungan di atas 80 persen.
Stunting Tinggi di Pesisir
Data Dinkes Bontang menunjukkan, wilayah pesisir seperti Kelurahan Bontang Lestari mencatat prevalensi stunting tertinggi, mencapai 35 persen dengan 166 balita dari total 431 yang terdiagnosis stunting.
Diikuti oleh Kelurahan Berbas Pantai dengan 27,5 persen (112 balita) dan Tanjung Laut Indah dengan 27,2 persen (122 balita).
Sementara itu, Kelurahan Berebas Tengah mencatat prevalensi stunting 25,5 persen dengan 148 anak, dan Kelurahan Guntung berada di posisi kelima dengan 24,5 persen (107 anak balita stunting).
"Aspek geografis pesisir tampaknya menjadi tantangan tersendiri dalam upaya penanganan stunting di Bontang. Ini menjadi PR besar bagi kami menjelang akhir tahun 2024," tutur Bambang.
Sementara itu dihubungi terpisah, Asisten II Pemkot Bontang, Lukman, menegaskan bahwa penanganan stunting harus menjadi tanggung jawab bersama.
Seluruh OPD diinstruksikan untuk memastikan program seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dan operasi timbang balita berjalan dengan baik.
"Ini jadi evaluasi kami bersama. Saya sudah minta OPD terkait untuk bekerja maksimal," ujar Lukman.(*)
Ilustrasi, kegiatan operasi timbang yang digagas Pemerintah Kota Bontang sebagai salah satu upaya mendata ulang kasus stunting, beberapa waktu lalu. (Doc.TRIBUNKALTIM.CO/MUHAMMAD RIDWAN)
Kenaikan PBB Menyesuaikan NJOP, Wawali Balikpapan : Tak Bermaksud Bebani Masyarakat |
![]() |
---|
DLH Balikpapan Latih Kader PKK Kecamatan dan Kelurahan untuk Pengelolaan Sampah Rumah Tangga |
![]() |
---|
14 Warga Binaan Rutan Balikpapan Dipindahkan ke Lapas Perempuan Kelas IIA Tenggarong |
![]() |
---|
Dana Transfer dari Pemerintah Pusat untuk Balikpapan Baru Rp 99 Miliar, DPRD Akan Susun Strategi |
![]() |
---|
Polsek Balikpapan Timur Gelar Gerakan Pangan Murah, 132 Beras SPHP Ludes Diserbu Warga |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.