Tribun Kaltim Hari Ini

Angka Stunting di Bontang Naik Lagi, Kunjungan ke Posyandu Dinilai Rendah

Rendahnya partisipasi masyarakat dalam program pemantauan kesehatan balita di Posyandu dituding menjadi penyebab utama

Penulis: Geafry Necolsen | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO/MUHAMMAD RIDWAN
Ilustrasi, kegiatan operasi timbang yang digagas Pemerintah Kota Bontang sebagai salah satu upaya mendata ulang kasus stunting. Anggota Komisi I DPRD Bontang, Abdul Haris, mendorong pemerintah untuk memiliki program unggulan dalam penanganan stunting tahun depan, dengan target prevalensi 14 persen, Selasa (12/12/2023). 

Angka Stunting di Bontang Naik Lagi, Kunjungan ke Posyandu Dinilai Rendah

TRIBUNKALTIM.CO, BONTANG - Prevalensi stunting di Kota Bontang kembali meningkat, mencapai 20,6 persen pada Agustus 2024, naik dari 18 persen pada Juli. 

Rendahnya partisipasi masyarakat dalam program pemantauan kesehatan balita di Posyandu dituding menjadi penyebab utama, hal tersebut terekam dari data dari Sistem Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM).

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Bontang, Bambang Sri Mulyono, menyebut dari total 16.226 balita di Bontang, hanya 59,6 persen yang terdaftar mengikuti pemantauan di Posyandu

"Karena masyarakat kurang antusias dengan kata lain partisipasi yang rendah, pencegahan stunting menjadi kurang maksimal," ujar Bambang saat dihubungi Tribunkaltim.co, Jumat (4/10/2024).

Ia menjelaskan, rendahnya partisipasi ini mencolok di sejumlah wilayah, seperti:

  • Kelurahan Bontang Kuala (28,84 persen);
  • Lok Tuan (38,14 persen);
  • dan Tanjung Laut Indah (46,29 persen), yang turut berkontribusi terhadap tingginya angka stunting.

Bambang menambahkan, meski berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kunjungan ke Posyandu, hasilnya masih jauh dari harapan.

"Mungkin masyarakat khawatir jika membawa anak ke Posyandu, anak mereka dianggap stunting," jelasnya.

 

Ilustrasi program operasi timbang yang dilaksanakan Dinkes Kota Bontang dalam rangka pemetaan stunting. DPRD Kota Bontang mengatakan bahwa kolaborasi masyarakat kunci penanganan stunting.
Ilustrasi program operasi timbang yang dilaksanakan Dinkes Kota Bontang dalam rangka pemetaan stunting. DPRD Kota Bontang mengatakan bahwa kolaborasi masyarakat kunci penanganan stunting. (TribunKaltim.co/Muhammad Ridwan)


Di sisi lain, wilayah seperti Bontang Baru dan Gunung Elai mencatat partisipasi yang jauh lebih baik, dengan tingkat kunjungan di atas 80 persen.

Data Dinkes Bontang menunjukkan, wilayah pesisir seperti Kelurahan Bontang Lestari mencatat prevalensi stunting tertinggi, mencapai 35 persen dengan 166 balita dari total 431 yang terdiagnosis stunting. 

Diikuti oleh Kelurahan Berbas Pantai dengan 27,5 persen (112 balita) dan Tanjung Laut Indah dengan 27,2 persen (122 balita).

Sementara itu, Kelurahan Berebas Tengah mencatat prevalensi stunting 25,5 persen dengan 148 anak, dan Kelurahan Guntung berada di posisi kelima dengan 24,5 persen (107 anak balita stunting).

"Aspek geografis pesisir tampaknya menjadi tantangan tersendiri dalam upaya penanganan stunting di Bontang. Ini menjadi PR besar bagi kami menjelang akhir tahun 2024," tutur Bambang.

Sumber makanan protein hewani dan nabati bagus untuk ibu hamil demi cegah stunting.
Sumber makanan protein hewani dan nabati bagus untuk ibu hamil demi cegah stunting. (TRIBUNKALTIM.CO/BUDI SUSILO)

Sementara itu dihubungi terpisah, Asisten II Pemkot Bontang, Lukman, menegaskan bahwa penanganan stunting harus menjadi tanggung jawab bersama.

Seluruh OPD diinstruksikan untuk memastikan program seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dan operasi timbang balita berjalan dengan baik. 

"Ini jadi evaluasi kami bersama. Saya sudah minta OPD terkait untuk bekerja maksimal," ujar Lukman. (TribunKaltim.co/mrd)

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved