Berita Samarinda Terkini
Ini Cara Majukan Ekosistem IKN Sebagai Mercusuar Pusat Kebudayaan
Kehadiran Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur sebagài anugerah dengan wujud gedung tinggi, dipadu konsep Foerest City
Penulis: Nevrianto | Editor: Samir Paturusi
IKN harus moderen tetapi jejaknya sebagai bangsa harus kuat sekali. Karakter melekat dalam sebuah kota moderen bagus indah tapi jangan kehilangan nyawa budaya.
"Pasti membangun peradaban di IKN memerlukan waktu panjang tak sedikit waktunya karena kita negeri yang sama majemuk 110 suku bangsa 700 bahasa. Tata gedung, tata kota perlu dirancang.
Tak ada hubungannya dengan dekorasi karena identitas budaya tak hanya model. Kalimantan tapi bisa mereprentasi tak hanya behrenti di dekorasi ornamen berlajar dari BrazilBrazil dengan Sao Paolo-nya.
Jadi kita IKN jadi sumbu penerang kebudayaan nasional Nusantara berada di jantung Indonesia dan merepresentasi kebudayaan nasional menurut falsafah dari " Ki Hadjar Dewantara sebagai Puncak Kebudayaan Daerah.
Pengakuan atas keberagaman, kebudayaan nasional sebagai sintesis (pasal 32 ayat 1 UUD 1945) terbenruk melalui interaksi dialog, dan seleksi nilai dan ekspresi yang terbentuk melalui interaksi, dialog, dan seleksi nilai dan ekoresi yang menonjol. Setiap daerah punya peran dan memperkaya kebudayaan nasional.
Menghindari homogenisasi mempertahankan kemajemukan. Mendorong kearifan lokal, puncak Kebudayaan sebagai kearifan lokal yang relevan bagi masyarakat kontemporer.
Berakar pada tradisi, berbekal ilmu, sains, teknologi, masa kini, membangun masa depan, "jelasnya.
Baca juga: Reaksi Pj Gubernur Akmal Malik soal Dugaan Rektor Unmul Abdunnur Langgar Netralitas Pilkada Kaltim
Hilmar Farid menekankan peran perguruan tinggi berperan sebagai suluh dan dinUnmul jadi rumahnya, ahlinya bisa datang darimana saja disinilah dirumuskan dalam 15 sampai 20 tahun.
"Teman teman dari Fakultas Ilmu Budaya (FIB)bersiap jadi tuan rumah, puncak dari kebudayaan daerah apkah pilkada
Itu sudah pas termasuk mendidik dan mengelola pusat kebudayaan di IKN.
Kita kurang ahli konservasi kayu, tekstil logam. Kita kurang kurator sehingga membuat museum bisa menarik dan kurang tenaga arsip sehingga perpustakaan jadi menarik itu yang jadi perhatian.
Kemudian Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI )di Tenggarong kondisinya sangat menggemaskan perlu perhatian.
Disamping itu, komunitas budaya juga penting bagi kita karena Komunitas biasanya melihat tak hanya dari perspektif pusat tapi komunitas bisa mampu melihat dari aspek kecil sehingga lebih detail, "tutupnya. (*)
Wawali Samarinda Saefuddin Zuhri Tinjau Puskesmas Baqa, Tekankan Pelayanan Harus Ramah |
![]() |
---|
Pemkot Samarinda Bongkar TPS Teuku Umar, Sediakan 3 Titik Alternatif Pembuangan Sampah |
![]() |
---|
DLH Samarinda Tutup TPS di Jalan Teuku Umar dan Bangun TPS Baru di Pasar Kedondong |
![]() |
---|
Banjir Samarinda Kian Mengkhawatirkan, DPRD Dorong Penanganan Menyeluruh |
![]() |
---|
Fenomena Balapan Liar Samarinda, Camat Dorong Wadah Resmi untuk Anak Muda |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.