Pilkada Bontang 2024

Debat Pilkada Bontang 2024, Paslon Sutomo-Nasrullah Beberkan Laju Pertumbuhan Ekonomi Tidak Pesat

Sutomo-Nasrullah menyebut jika laju pertumbuhan ekonomi di Kota Bontang tidak sepesat lagi laju ekonomi rata-rata kota yang ada di Kalimantan Timur.

Penulis: Tribun Kaltim | Editor: Nisa Zakiyah
YouTube Tribun Kaltim
Sutomo Jabir-Nasrullah pasangan calon walikota dan wakil walikota nomor urut 2 Pilkada Bontang 2024. 

TRIBUNKALTIM.CO, BONTANG – Pasangan calon Sutomo Jabir-Nasrullah menyebut jika laju pertumbuhan ekonomi di Kota Bontang tidak sepesat lagi laju ekonomi rata-rata kota yang ada di Kalimantan Timur dalam debat kedua Pilkada Bontang 2024, Rabu (20/11/2024) mulai pukul 15.00 Wita.

Gelaran debat kedua Pilkada Bontang 2024 dapat ditonton melalui siaran langsung di Kompas TV dan streaming di YouTube KPU Bontang mulai pukul 15.00 Wita.

Untuk link live streaming debat kedua Pilkada Bontang 2024 tersedia di artikel ini.

Adapun tema debat Pilkada Bontang 2024 yang kedua ini adalah "Pembangunan Menuju Kawasan Industri Ideal, dalam Mewujudkan Bontang Sentosa".

"Kota Bontang adalah kota kaya tetapi sayang keadaan perekonomian kita masih sangat lemah," kata Sutomo.

"Dikatakan kota kaya karena tercatat pada tahun 2023, Rp 68,1 triliun PDRB kita. Dikatakan ekonomi kita lemah karena setidaknya ada beberapa indikator," lanjutnya.

Sutomo juga mengatakan jika laju pertumbuhan ekonomi di Kota Bontang tidak sepesat laju ekonomi rata-rata kota-kota yang ada di Kalimantan Timur.

20241120_Debat Pilkada Bontang 2024-SutomoNasrullah(2)
Pasangan calon Sutomo Jabir-Nasrullah menyebut jika laju pertumbuhan ekonomi di Kota Bontang tidak sepesat lagi laju ekonomi rata-rata kota yang ada di Kalimantan Timur dalam debat kedua Pilkada Bontang 2024, Rabu (20/11/2024) mulai pukul 15.00 Wita.

"Laju pertumbuhan ekonomi kita hanya tercatat 4,16 persen, jauh tertinggal daripada laju pertumbuhan ekonomi provinsi yang sudah di angka 6,22 persen pada tahun 2023 kemarin," jelasnya.

Selain itu, Sutomo juga membeberkan jika angka ini lebih rendah dari pada laju pertumbuhan ekonomi nasional yang sudah mencatat 5,05 persen.

"Artinya, secara laju pertumbuhan ekonomi kita sudah menjadi beban nasional bahkan beban provinsi," ucap Sutomo.

Adapun indikator yang kedua menurutnya yaitu dari pendapatan asli daerah yang cenderung menurun.

Ia mengatakan di tahun 2024 pendapatan asli daerah hanya Rp 245 miliar padahal APBD yang dimiliki sebesar Rp 3,3 triliun.

"Ini artinya pelaku-pelaku bisnis kita belum mampu memberikan kontribusi untuk mengangkat PDRB kita," lanjut Sutomo.

"Kenapa kemudian kita kok kaya tetapi ekonominya lesu? Karena kita mengalami stagnasi pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.

"Kita tidak mampu melakukan disertasi ekonomi sehingga 80 persen perekonomian kita tergantung pada industri olahan. Padahal tidak sampai 20 persen masyarakat kita yang berkaitan langsung dengan industri yang ada.

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved