Berita Mahulu Terkini
Swasembada Beras di Ujung Jeram, Kampung Liu Mulang jadi Contoh Ketahanan Pangan
Program ketahanan pangan berbasis ladang menetap di Kampung Liu Mulang, Kecamatan Long Pahangai
Penulis: Kristiani Tandi Rani | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO, UJOH BILANG - Program ketahanan pangan berbasis ladang menetap di Kampung Liu Mulang, Kecamatan Long Pahangai, berhasil mencatatkan kisah sukses.
Di tengah keterbatasan akses dan kondisi geografis ekstrem, kampung ini kini mampu memenuhi kebutuhan pangan sendiri, bahkan menjadi model swasembada beras di Mahakam Ulu.
Petinggi Kampung Liu Mulang, Hendrikus Helaq, mengungkapkan bahwa sekitar 200 jiwa warganya kini dapat mencukupi kebutuhan beras dari hasil ladang sendiri.
"Desa kami sudah swasembada beras sejak tahun lalu. Warga kini tidak lagi bergantung pada pasokan beras dari luar," katanya, Minggu (5/1/2025).
Baca juga: Mahulu Dorong Ketahanan Pangan Lewat Ladang Padi Menetap Berbasis Teknologi
Ia mengakui tantangan berat yang dihadapi kampungnya selama bertahun-tahun, terutama terkait akses logistik.
"Untuk sampai ke sini, harus melalui jeram ganas. Saat musim kemarau, harga beras melambung. Bahkan, kalau pun ada uang, beras sering tidak tersedia," ucapnya.
Namun, program ladang padi menetap yang dicanangkan Pemkab Mahulu telah mengubah kondisi tersebut.
"Kami mulai menanam padi ladang secara mandiri dengan dukungan teknis dan alat dari pemerintah. Warga kini memahami pentingnya bertani untuk memenuhi kebutuhan sendiri," ujarnya.
Ia juga menekankan bahwa perubahan pola pikir menjadi kunci keberhasilan.
"Awalnya banyak yang ragu, tetapi sekarang warga melihat sendiri hasilnya. Kami tak lagi khawatir soal pangan," kisahnya.
Baca juga: Dukung Ketahanan Pangan, Sat Polairud Polresta Balikpapan Sebar Bibit Ikan Gurame di Inpres 2
Ia berharap keberhasilan Kampung Liu Mulang dapat menginspirasi kampung-kampung lain di Mahulu.
"Ini bukan hanya soal ketahanan pangan, tetapi juga kemandirian. Semoga program ini terus berjalan dan diperluas ke kampung-kampung lain yang menghadapi tantangan serupa," tuturnya.
*Pendapatan Kampung Capai Rp40 Juta*
Ia menambahkan bahwa sejak tahun lalu, kampungnya tidak lagi bergantung pada beras dari luar.
"Tahun lalu, kami sudah tidak lagi beli beras di toko. Semua beras dari ladang kami sendiri," sebutnya.
Keberhasilan ini tidak hanya memenuhi kebutuhan pangan warga, tetapi juga memberikan dampak ekonomi.
"Sebagian beras hasil panen dijual melalui BUMK, dan sisanya disimpan sebagai cadangan pangan warga kampung," tambahnya.
Pada 2023, PAK kampung dari penjualan beras mencapai lebih dari Rp40 juta.
Pendapatan tersebut berasal dari hasil panen 400 kaleng gabah di lahan seluas 5 hektare.
"Ini baru dari sebagian lahan yang dikelola secara maksimal. Kami optimis pendapatan kampung bisa lebih besar lagi jika seluruh lahan dikelola," imbuhnya.
Ia juga menekankan pentingnya peran BUMK dalam pengelolaan hasil panen.
Baca juga: Dukung Ketahanan Pangan, Pemkab Kutai Timur Cetak Sawah Seluas 26 Hektare
"BUMK membantu kami menjual beras dengan harga yang kompetitif. Pendapatan ini kembali ke warga dalam bentuk pembangunan dan dukungan program lain," jelasnya.
Ia berharap keberhasilan ini menjadi contoh bagi kampung lain di Mahulu.
"Kami telah membuktikan bahwa dengan kerja sama dan pemanfaatan teknologi pertanian, kampung terpencil sekalipun bisa mandiri secara pangan dan ekonomi," pungkasnya.
Keberhasilan Kampung Liu Mulang menunjukkan bahwa program ladang menetap tidak hanya menciptakan ketahanan pangan tetapi juga mendorong pembangunan ekonomi di tingkat desa. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.