Ramadhan 2025
20 Puisi Ramadhan 2025 yang Sedih 3-4 Bait, bisa Dibaca untuk Sambut Bulan Suci Penuh Berkah
Berikut contoh puisi Ramadhan penuh makna dengan panjang 3 hingga 4 bait, bisa dibaca untuk sambut bulan suci penuh berkah.
10. Janji di Ambang Malam
Ramadhan mengetuk, pintu terbuka,
Aku berjanji menjadi lebih baik,
Namun mengapa hati penuh dusta,
Keinginan mulia tak pernah hadir.
Sahur, puasa, dan doa panjang,
Seolah ritual tanpa nyawa,
Ramadhan mengajakku menghilangkan,
Gelap di hati yang penuh cela.
Air mata jatuh di malam suci,
Saat Quran menggema di dada,
Ramadhan, bimbinglah aku kembali,
Pada jalan lurus menuju surga-Nya.
Namun, jika aku terjatuh lagi,
Tolonglah aku di waktu tersisa,
Ramadhan, jangan pergi sendiri,
Biarkan aku tetap mencintai-Nya.
11. Ramadhan, Cahaya di Hati
Ramadhan datang membawa cahaya,
Menyapu gelap dengan penuh makna.
Hati yang beku kini bernyala,
Mendekat pada-Nya, penuh doa.
Setiap sujud terasa damai,
Air mata jatuh tanpa usai.
Mengharap ampun, memohon kasih,
Semoga diri tetap bersih.
Terangi hati dengan tilawah,
Jauhkan diri dari amarah.
Ramadhan indah, bulan berkah,
Semoga iman makin bertambah.
12. Tangis di Malam Ramadhan
Di sepertiga malam yang sunyi,
Doa mengalun lirih sendiri.
Memohon ampun pada Ilahi,
Atas dosa yang terus membayangi.
Ramadhan hadir mengetuk nurani,
Mengajarkan ikhlas dan rendah hati.
Ya Allah, kuatkan diri ini,
Agar tak lemah dalam janji.
Tak ingin Ramadhan berlalu sia-sia,
Tanpa taubat dan air mata.
Hanya berharap ridha-Mu saja,
Hingga bertemu di surga-Nya.
13. Senyum Ramadhan, Bahagia yang Hakiki
Senyum Ramadhan begitu hangat,
Hati sejuk, jiwa terangkat.
Bulan penuh ampunan tiba,
Menyambut rahmat-Nya yang luas terbuka.
Puasa bukan sekadar menahan,
Tapi melatih hati bertahan.
Dari amarah dan keluh kesah,
Agar iman makin bertambah.
Berbagi takjil, berbagi senyum,
Indahnya Ramadhan tak terhitung.
Mari berlomba dalam kebaikan,
Demi bekal kehidupan abadi di masa depan.
14. Ramadhan, Jangan Pergi
Ramadhan, kau begitu indah,
Mengajarkan sabar dan ibadah.
Setiap detik penuh berkah,
Mendekatkan diri pada Allah.
Malam-malam penuh keagungan,
Alunan doa dan permohonan.
Tak ingin waktu berjalan cepat,
Ingin tetap dalam nikmat.
Tinggallah lebih lama di sini,
Jangan pergi, wahai bulan suci.
Namun jika waktumu habis nanti,
Izinkan hati tetap berseri.
15. Ramadhan di Ujung Senja
Senja merona, adzan berkumandang,
Tiba saatnya berbuka tenang.
Dari fajar hingga petang,
Menahan diri dari segala kurang.
Namun Ramadhan tak sekadar lapar,
Tapi juga jiwa yang harus sabar.
Bersihkan hati dari amarah,
Agar ibadah tak ternoda lelah.
Sebulan penuh kita dilatih,
Agar iman tak mudah letih.
Saat Ramadhan berlalu nanti,
Semoga taqwa tetap bersemi.
16. Tangis di Ambang Ramadhan
Ramadhan datang mengetuk hati,
Namun jiwaku masih sendiri.
Terbebani dosa yang menggunung tinggi,
Entah layak atau tidak menyambut suci.
Berapa Ramadhan telah berlalu,
Tapi imanku masih semu.
Tak banyak sujud, tak banyak rindu,
Kini kusambut dengan air mataku.
Ya Allah, izinkan kali ini,
Aku lebih baik dari hari ke hari.
Jangan biarkan Ramadhan pergi,
Tanpa taubat yang Engkau terima di hati.
17. Bayangan Ramadhan Terakhir
Jika ini Ramadhan terakhirku,
Akankah kutinggalkan jejak rindu?
Atau hanya menjadi debu,
Hilang tanpa amal yang bersatu?
Dulu Ramadhan kulalui sia-sia,
Tanpa air mata, tanpa makna.
Kini kuharap cahaya-Nya,
Membasuh dosa yang mendera.
Ya Allah, beri aku waktu,
Untuk lebih dekat dalam sujudku.
Sebelum ajal menjemputku,
Dalam sesal yang tak terbendung pilu.
18. Ramadhan dan Dosa yang Menyesak
Ramadhan datang menyapa lembut,
Tapi hatiku terhimpit takut.
Betapa banyak dosa yang kuikat,
Akankah pintu taubat masih terkatup?
Aku rindu air mata sujud,
Menyesali waktu yang terus luput.
Tapi mungkinkah Engkau masih menyambut,
Seorang hamba yang sering hanyut?
Ramadhan, bawalah aku kembali,
Dalam doa yang lebih berarti.
Agar saat kau berlalu nanti,
Tak kusisakan hati yang sepi.
19. Cahaya di Ujung Nestapa
Ramadhan datang mengetuk sunyi,
Namun batinku masih sendiri.
Membawa luka yang terus mengalir,
Dalam sesal yang tak terhenti mengukir.
Betapa ingin kuhapus masa lalu,
Tapi jejaknya masih memburu.
Ramadhan, bisakah kau menjadi,
Cahaya yang menyembuhkan hati?
Aku datang dengan air mata,
Menanti ampunan dari-Nya.
Ya Allah, bimbinglah aku,
Dalam sujud yang lebih syahdu.
20. Taubat di Malam Ramadhan
Bulan suci menjelang hadir,
Namun hatiku gemetar getir.
Berapa kali Ramadhan datang,
Tapi jiwaku tetap terbelenggu terang.
Aku takut jika esok tiada,
Lalu Ramadhan tak bisa kurasa.
Ampuni aku, Ya Ilahi,
Sebelum waktuku habis di bumi.
Di sepertiga malam aku menangis,
Memohon takdir yang lebih manis.
Jangan biarkan aku tenggelam,
Tanpa taubat yang benar kuselam.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.