Ramadhan 2025
20 Puisi Ramadhan 2025 yang Sedih 3-4 Bait, bisa Dibaca untuk Sambut Bulan Suci Penuh Berkah
Berikut contoh puisi Ramadhan penuh makna dengan panjang 3 hingga 4 bait, bisa dibaca untuk sambut bulan suci penuh berkah.
TRIBUNKALTIM.CO - Berikut contoh puisi Ramadhan penuh makna dengan panjang 3 hingga 4 bait, bisa dibaca untuk sambut bulan suci penuh berkah.
Ramadhan 2025 segera tiba, membawa berkah dan ketenangan bagi setiap hati yang merindukannya. Bulan suci ini bukan sekadar tentang menahan lapar dan dahaga, tetapi juga momen untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan ibadah, doa, dan refleksi diri.
Puisi Ramadhan mampu menggambarkan keindahan bulan suci dengan kata-kata yang menyentuh hati.
Dari ungkapan syukur hingga renungan mendalam, setiap bait puisi bisa menjadi refleksi diri sekaligus inspirasi bagi banyak orang.
Baca juga: 15 Puisi Ramadhan 2025 Terbaik dan Menyentuh Hati, bisa jadi Caption di Medsos
Tak hanya itu, puisi juga bisa digunakan sebagai caption di media sosial untuk menyebarkan semangat kebaikan dan mengingatkan sesama tentang makna Ramadhan yang sesungguhnya.
Dalam artikel ini, kami telah merangkum 15 puisi Ramadhan singkat dan terbaik 2025 yang bisa menginspirasi, menyentuh hati, dan cocok dijadikan caption di media sosial.
Mulai dari puisi penuh haru hingga yang menyelipkan kebahagiaan, semuanya dirangkai dengan indah agar bisa menemani perjalanan spiritual Anda di bulan penuh berkah ini.
Simak selengkapnya.

1. Cahaya Ramadan
Bulan suci datang membawa terang,
Hati kecilku penuh riang,
Dosa-dosa ingin kuhapuskan,
Dalam sujud, aku memohon ampunan.
Ramadan penuh rahmat dan kasih,
Doa mengalir di malam yang sunyi,
Ya Allah, bimbing kami selalu,
Agar hidup lebih bermakna dan syahdu.
Tiap puasa penuh sabar kutempuh,
Harap ridho-Mu, Ya Allah Yang Tangguh.
2. Rindu Ramadan
Ramadan tiba, hati bergetar,
Rindu bertemu malam penuh berkah,
Dalam hening, doa kupanjatkan,
Agar jiwa ini bersih dari dosa.
Aku kecil tak tahu banyak,
Namun aku tahu Allah Maha Pengasih,
Ramadan ini ingin kuberubah,
Menjadi anak yang lebih bersyukur dan taat.
Ya Allah, jangan jauh dariku,
Kuserahkan hidupku hanya pada-Mu.
3. Tangis di Malam Ramadan
Ramadan tiba, hati ini menangis,
Mengenang dosa yang terasa pedih,
Ya Allah, maafkan aku yang lemah,
Ampuni segala salah dan khilaf.
Malam suci penuh doa kurajut,
Berharap syafaat, berharap ridho-Mu,
Langkah kecilku mungkin salah arah,
Bimbing aku, Ya Allah, penuh kasih.
Bulan ini, kubersumpah tulus,
Akan kuberjuang menjadi lebih baik.
4. Ramadan Penuh Doa
Bulan penuh berkah kini hadir,
Menyejukkan hati, penuh harapan indah,
Doaku melangit, melawan getir,
Berharap Ramadan membawa berkah.
Dalam gelap malam kuberdoa,
Ampuni dosa, tuntun langkah kami,
Aku kecil, ingin dekat dengan-Mu,
Menyambut Ramadan, hati penuh syukur.
Ya Allah, buat Ramadan ini spesial,
Untuk kami yang ingin surga-Mu abadi.
5. Ramadan dan Kesedihan Hati
Ramadan datang, hati terasa sedih,
Mengenang hari yang penuh salah,
Ya Allah, ampuni dosa ini,
Aku ingin kembali pada-Mu, Ya Rahman.
Tangis kecil ini di setiap sujud,
Memohon belas kasih-Mu yang tiada henti,
Ya Ramadan, jadilah penyembuh,
Untuk hati yang rindu akan cahaya suci.
Kepada Allah, aku berjanji,
Menjadi anak yang taat dan rendah hati.
6. Tangis Kerinduan di Ujung Syaban
Di sudut sepi aku menanti,
Ramadhan suci yang segera tiba,
Dosa-dosa membebani hati,
Air mata pun jatuh meminta ampun pada-Nya.
Bulan mulia pelipur nestapa,
Menghapus gelap dosa manusia,
Namun akankah cukup waktu tersisa,
Untuk kembali bersujud sepenuh jiwa?
Langit malam mulai bersaksi,
Kala hilal melambai pelan,
Kuterpuruk dalam harapan sunyi,
Rahmat-Mu bimbing aku dalam iman.
Ramadhan, pintu pengampunan terbuka,
Namun hati kecil berbisik duka,
Mampukah aku menjaga semua,
Hingga Syawal tiba menyapa jiwa?
7. Cahaya di Tengah Kelam
Di gelap hidup yang hampir padam,
Ramadhan hadir bagaikan lentera,
Membimbing langkah pada jalan selamat,
Menghapus jejak kelalaian lama.
Tangis dosa mengalir di sajadah,
Saat fajar terbit membawa berkah,
Dalam setiap tarawih yang aku pasrah,
Kuterasa damai meski hati gundah.
Al-Quran bergema dalam malam sepi,
Menggugah jiwa yang lama mati,
Ramadhan, bulan penuh janji suci,
Kupasrahkan hidup, bersandar pada Ilahi.
Ketika akhirnya Syawal memanggil,
Hati penuh haru tak ingin berpisah,
Namun aku tahu tugas ini tak akan usai,
Ramadhan mengajarkan cinta yang abadi.
8. Lembaran Luka yang Terbuka
Ramadhan mengetuk pintu jiwa,
Menyibak luka yang lama tersembunyi,
Hati yang letih, penuh dosa,
Menjerit lirih mencari ridha Ilahi.
Puasa ini bukan sekadar lapar,
Namun penebusan dosa-dosa besar,
Air mata malam menjadi saksi,
Doa-doa panjang tak kunjung henti.
Ketika dunia memanggil diri,
Ramadhan memintaku kembali,
Tinggalkan godaan fana duniawi,
Menyatu dalam kedamaian hakiki.
Ya Allah, berilah aku kekuatan,
Menjalani Ramadhan dengan penuh iman,
Ampuni aku yang selalu lemah,
Agar kelak Kau sambut dengan kasih.
9. Pelukan Terakhir Ramadhan
Ramadhan, bulan yang begitu istimewa,
Namun setiap tahun ia datang dan pergi,
Seolah berkata, "Aku hanya sementara,"
Meninggalkan luka di hati yang sepi.
Bulan penuh doa dan keikhlasan,
Namun mengapa aku masih terlena?
Kala ia berlalu, aku hanya merasakan,
Betapa aku tak cukup bersyukur padanya.
Langit menangis di akhir Ramadhan,
Seiring hati ini yang penuh penyesalan,
Sajadah basah oleh air mata malam,
Mencari ampunan yang tiada batasan.
Ramadhan, jangan tinggalkan aku sendiri,
Tanpamu, hidupku hanya bayangan hampa,
Ajarkan aku menjaga iman ini,
Hingga Syawal membawa sinar bahagia.
10. Janji di Ambang Malam
Ramadhan mengetuk, pintu terbuka,
Aku berjanji menjadi lebih baik,
Namun mengapa hati penuh dusta,
Keinginan mulia tak pernah hadir.
Sahur, puasa, dan doa panjang,
Seolah ritual tanpa nyawa,
Ramadhan mengajakku menghilangkan,
Gelap di hati yang penuh cela.
Air mata jatuh di malam suci,
Saat Quran menggema di dada,
Ramadhan, bimbinglah aku kembali,
Pada jalan lurus menuju surga-Nya.
Namun, jika aku terjatuh lagi,
Tolonglah aku di waktu tersisa,
Ramadhan, jangan pergi sendiri,
Biarkan aku tetap mencintai-Nya.
11. Ramadhan, Cahaya di Hati
Ramadhan datang membawa cahaya,
Menyapu gelap dengan penuh makna.
Hati yang beku kini bernyala,
Mendekat pada-Nya, penuh doa.
Setiap sujud terasa damai,
Air mata jatuh tanpa usai.
Mengharap ampun, memohon kasih,
Semoga diri tetap bersih.
Terangi hati dengan tilawah,
Jauhkan diri dari amarah.
Ramadhan indah, bulan berkah,
Semoga iman makin bertambah.
12. Tangis di Malam Ramadhan
Di sepertiga malam yang sunyi,
Doa mengalun lirih sendiri.
Memohon ampun pada Ilahi,
Atas dosa yang terus membayangi.
Ramadhan hadir mengetuk nurani,
Mengajarkan ikhlas dan rendah hati.
Ya Allah, kuatkan diri ini,
Agar tak lemah dalam janji.
Tak ingin Ramadhan berlalu sia-sia,
Tanpa taubat dan air mata.
Hanya berharap ridha-Mu saja,
Hingga bertemu di surga-Nya.
13. Senyum Ramadhan, Bahagia yang Hakiki
Senyum Ramadhan begitu hangat,
Hati sejuk, jiwa terangkat.
Bulan penuh ampunan tiba,
Menyambut rahmat-Nya yang luas terbuka.
Puasa bukan sekadar menahan,
Tapi melatih hati bertahan.
Dari amarah dan keluh kesah,
Agar iman makin bertambah.
Berbagi takjil, berbagi senyum,
Indahnya Ramadhan tak terhitung.
Mari berlomba dalam kebaikan,
Demi bekal kehidupan abadi di masa depan.
14. Ramadhan, Jangan Pergi
Ramadhan, kau begitu indah,
Mengajarkan sabar dan ibadah.
Setiap detik penuh berkah,
Mendekatkan diri pada Allah.
Malam-malam penuh keagungan,
Alunan doa dan permohonan.
Tak ingin waktu berjalan cepat,
Ingin tetap dalam nikmat.
Tinggallah lebih lama di sini,
Jangan pergi, wahai bulan suci.
Namun jika waktumu habis nanti,
Izinkan hati tetap berseri.
15. Ramadhan di Ujung Senja
Senja merona, adzan berkumandang,
Tiba saatnya berbuka tenang.
Dari fajar hingga petang,
Menahan diri dari segala kurang.
Namun Ramadhan tak sekadar lapar,
Tapi juga jiwa yang harus sabar.
Bersihkan hati dari amarah,
Agar ibadah tak ternoda lelah.
Sebulan penuh kita dilatih,
Agar iman tak mudah letih.
Saat Ramadhan berlalu nanti,
Semoga taqwa tetap bersemi.
16. Tangis di Ambang Ramadhan
Ramadhan datang mengetuk hati,
Namun jiwaku masih sendiri.
Terbebani dosa yang menggunung tinggi,
Entah layak atau tidak menyambut suci.
Berapa Ramadhan telah berlalu,
Tapi imanku masih semu.
Tak banyak sujud, tak banyak rindu,
Kini kusambut dengan air mataku.
Ya Allah, izinkan kali ini,
Aku lebih baik dari hari ke hari.
Jangan biarkan Ramadhan pergi,
Tanpa taubat yang Engkau terima di hati.
17. Bayangan Ramadhan Terakhir
Jika ini Ramadhan terakhirku,
Akankah kutinggalkan jejak rindu?
Atau hanya menjadi debu,
Hilang tanpa amal yang bersatu?
Dulu Ramadhan kulalui sia-sia,
Tanpa air mata, tanpa makna.
Kini kuharap cahaya-Nya,
Membasuh dosa yang mendera.
Ya Allah, beri aku waktu,
Untuk lebih dekat dalam sujudku.
Sebelum ajal menjemputku,
Dalam sesal yang tak terbendung pilu.
18. Ramadhan dan Dosa yang Menyesak
Ramadhan datang menyapa lembut,
Tapi hatiku terhimpit takut.
Betapa banyak dosa yang kuikat,
Akankah pintu taubat masih terkatup?
Aku rindu air mata sujud,
Menyesali waktu yang terus luput.
Tapi mungkinkah Engkau masih menyambut,
Seorang hamba yang sering hanyut?
Ramadhan, bawalah aku kembali,
Dalam doa yang lebih berarti.
Agar saat kau berlalu nanti,
Tak kusisakan hati yang sepi.
19. Cahaya di Ujung Nestapa
Ramadhan datang mengetuk sunyi,
Namun batinku masih sendiri.
Membawa luka yang terus mengalir,
Dalam sesal yang tak terhenti mengukir.
Betapa ingin kuhapus masa lalu,
Tapi jejaknya masih memburu.
Ramadhan, bisakah kau menjadi,
Cahaya yang menyembuhkan hati?
Aku datang dengan air mata,
Menanti ampunan dari-Nya.
Ya Allah, bimbinglah aku,
Dalam sujud yang lebih syahdu.
20. Taubat di Malam Ramadhan
Bulan suci menjelang hadir,
Namun hatiku gemetar getir.
Berapa kali Ramadhan datang,
Tapi jiwaku tetap terbelenggu terang.
Aku takut jika esok tiada,
Lalu Ramadhan tak bisa kurasa.
Ampuni aku, Ya Ilahi,
Sebelum waktuku habis di bumi.
Di sepertiga malam aku menangis,
Memohon takdir yang lebih manis.
Jangan biarkan aku tenggelam,
Tanpa taubat yang benar kuselam.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.