Ramadhan 2025
Batas Waktu Bayar Utang Puasa Ramadhan, Ini Aturan Qadha Puasa dan Bayar Fidyah
Batas waktu bayar utang puasa Ramadhan, ini aturan qadha puasa dan bayar fidyah.
TRIBUNKALTIM.CO - Batas waktu bayar utang puasa Ramadhan, ini aturan qadha puasa dan bayar fidyah.
Kapan batas terakhir bayar utang puasa Ramadhan, dan aturan bayar fidyah.
Bulan Ramadhan 2025 tinggal hitungan hari.
Baca juga: Berapa Hari Lagi Ramadhan 2025? Cek dan Pantau Hitung Mundur Puasa Ramadhan Serta Idulfitri 1446 H
Bagi yang belum membayar utang puasa Ramadhan tahun lalu, simak penjelasan soal batas waktu mengganti utang puasa Ramadhan, serta aturan qadha dan bayar fidyah.
Berikut ini penjelasan Ustadz Abdul Somad.
Utang puasa biasanya dialami oleh wanita yang haid atau sedang hamil, melahirkan, menyusui atau orang yang sedang sakit.
Apabila masih punya utang puasa 2024, segera dibayar, sebelum bulan puasa Ramadhan 2025 tiba.
Utang puasa wajib dibayar sebelum puasa berikutnya datang.
Ustadz Abdul Somad pun menjabarkan bahwa seseorang itu masih bisa membayarkan utang puasanya itu setelah bulan Ramadhan tahun ini berakhir.
Namun, di qadha puasa selanjutnya itu, orang tersebut tak hanya harus membayar puasa qadhanya, melainkan juga harus membayar fidyah.
Yakni dengan cara memberikan makan orang miskin selama satu hari.
Jadi jika belum melunasi hutang puasa Ramadhan 2024 hingga puasa 2025 datang, maka wajib meng-qadha puasa setelah Ramadhan 2025 sekaligus membayar fidyah.
Banyak pertanyaan seputar batas puasa qadha atau mengganti puasa yang tak penuh pada Ramadhan 2024 lalu.
Baca juga: Inilah 7 Doa yang Baik Saat Lakukan Ziarah Kubur, Lengkap Adab Ziarah Kubur Jelang Ramadhan 2025
Ustadz Abdul Somad pun memberi penjelasan soal batas waktu mengganti Puasa Ramadhan.
Bahasan soal utang puasa atau puasa qadha ini, sesuai dengan hadist dan dijelaskan oleh Ustadz Abdul Somad.
Dilansir dari tayangan Q&A Ustadz, Ustadz Abdul Somad sempat dapat pertanyaan perihal kapan batas waktu bayar utang puasa tersebut dari seorang jamaah.
Mendengar pertanyaan itu, Ustadz Abdul Somad pun menjawabnya.
Menurut Ustadz Abdul Somad, bagi seseorang yang ingin membayar utang puasa di Ramadhan tahun lalu, batas waktunya adalah sampai bulan Ramadhan tahun ini.
Artinya, termasuk di bulan Syaban pada hari terakhir pun, seorang muslim masih bisa melakukan qadha puasa Ramadhan tahun lalu.
"Batasnya (qadha puasa Ramadhan tahun lalu) kapan? Sampai Ramadhan (tahun) ini," ungkap Ustadz Abdul Somad.
Lebih lanjut, Ustadz Abdul Somad pun memaparkan hukumnya seseorang yang hendak membayar utang puasa di bulan Syaban pada hari Senin.
Maka dijelaskan Ustadz Abdul Somad, orang tersebut akan mendapatkan tiga keuntungan, yakni utang puasanya lunas satu hari, mendapat keutamaan puasa sunah Syaban dan juga puasa hari Senin.
"Siapa yang mengganti puasa di bulan Syaban hari Senin otomatis dapat tiga, puasa qada lunas satu hari, puasa sunah syaban dapat, puasa hari Senin dapat," imbuh Ustadz Abdul Somad.
Meski begitu, niatan puasa untuk mendapatkan tiga keuntungan itu dijelaskan Ustadz Abdul Somad hanya diucap satu saja, yakni niat untuk qadha puasa Ramadhan.
"Niatnya satu aja, saya niat puasa qada. Otomatis dapat tiga. Jadi enggak perlu niatnya tiga," jelasnya Ustadz Abdul Somad.
Jika Belum Bayar
Lantas, bagaimana jika kita tidak juga membayar utang puasa Ramadhan tahun lalu karena bulan Ramadhan tahun ini telah tiba ?
Ustadz Abdul Somad pun menjabarkan bahwa seseorang itu masih bisa membayarkan utang puasanya itu setelah bulan Ramadhan tahun ini berakhir.
Namun, di qadha puasa selanjutnya itu, orang tersebut tak hanya harus membayar puasa qadhanya, melainkan juga harus membayar fidyah.
Yakni dengan cara memberikan makan orang miskin selama satu hari.
"Kalau sampai Ramadhan dia belum men-qadha juga? maka dia dapat qadha setelah Ramadhan plus fidyah"
"Fidyah apa ? memberi makan fakir miskin selama satu hari," ucap Ustadz Abdul Somad.
"Bukan satu kali makan, tapi satu hari makan. Paling tidak tiga kali, makan pagi, siang, makan malam," sambung Ustadz Abdul Somad.
Kapan batas waktu mengganti Puasa Ramadhan Menurut Hadis?
Penjelasan mengenai batas waktu perihal qadha puasa Ramadhan terdapat di beberapa hadis.
Dilansir dari laman konsultasisyariah.com, ada hadis yang melarang melakukan puasa setelah masuk pertengahan bulan sya’ban.
Diantaranya hadis dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا انْتَصَفَ شَعْبَانُ، فَلَا تَصُومُوا
“Jika sudah masuk pertengahan Sya’ban, janganlah berpuasa.” (HR. Abu Daud 2337)
Dalam hadis yang lain, yang juga dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَقَدَّمُوا رَمَضَانَ بِصَوْمِ يَوْمٍ وَلاَ يَوْمَيْنِ إِلاَّ رَجُلٌ كَانَ يَصُومُ صَوْمًا فَلْيَصُمْهُ
“Janganlah kalian berpuasa satu atau dua hari sebelum Ramadhan, kecuali seseorang yang punya kebiasaan puasa sunah, maka bolehlah ia berpuasa.” (HR. Bukhari 1914 dan Muslim 1082).
Di sisi lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam merutinkan puasa selama sya’ban.
Bahkan beliau melakukan puasa sya’ban sebulan penuh. Dari A’isyah radhiallahu ‘anha, beliau mengatakan,
لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ
“Belum pernah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa satu bulan yang lebih banyak dari pada puasa bulan Sya’ban. Terkadang hampir beliau berpuasa Sya’ban sebulan penuh.” (HR. Bukhari 1970 dan Muslim 1156)
Karena itu, sebenarnya larangan berpuasa setelah masuk pertengahan bulan syaban, tidak berlaku mutlak.
Hal tersebut berarti larangan itu berlaku ketika seseorang melakukan puasa sunah tanpa sebab, sementara dia tidak memiliki rutinitas puasa sunah tertentu atau tidak dimulai dari awal syaban.
Ada pula hadis kedua dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu di atas, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang memberikan pengecualian,
“kecuali seseorang yang punya kebiasaan puasa sunah, maka bolehlah ia berpuasa.”
Dengan demikian, puasa qadha dibolehkan sekalipun telah masuk pertengahan Sya’ban.
Batas akhirnya adalah sampai datang bulan Ramadhan berikutnya.
Dan itulah yang dilakukan oleh Ummul Mukminin, Aisyah Radhiyallahu ‘anha.
Baca juga: 5 Tata Cara Berbuka Puasa Ramadhan Seperti yang Dicontohkan Nabi Muhammad SAW
Beliau pernah menuturkan,
كَانَ يَكُونُ عَلَىَّ الصَّوْمُ مِنْ رَمَضَانَ ، فَمَا أَسْتَطِيعُ أَنْ أَقْضِىَ إِلاَّ فِى شَعْبَانَ
Dulu saya punya utang puasa Ramadhan. Dan saya tidak bisa mengqadhanya kecuali di bulan Sya’ban. (HR. Bukhari 1950, Muslim 2743, dan yang lainnya).
Niat Puasa Qadha
- Berikut bacaan niat puasa Qadha atau membayar utang puasa:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an qadhā’in fardho syahri Ramadhāna lillâhi ta‘âlâ.
Artinya: “Aku berniat untuk mengqadha puasa Bulan Ramadhan esok hari karena Allah SWT.”
- Berikut bacaan doa berbuka puasanya:
اَللّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ
Allahumma Lakasumtu Wabika Aamantu Wa'Alaa Rizqika Afthortu Birohmatika Yaa Arhamar Roohimiin. (*)
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Sebentar Lagi Bulan Suci Ramadhan, Berikut Batas Akhir Melunasi Utang Puasa Menurut Ustadz Abdul Somad
Ikuti berita populer lainnya di Google News, Channel WA, dan Telegram
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.