Ramadhan 2025

Merawat Kemabruran Puasa 10 - Rahasia Pengabulan Doa

Kita sering mencari sebab mengapa doa kita belum dikabulkan Tuhan. Padahal kita sudah merasa maksimum telah memohonkan secara khusus kepada Allah SWT

Editor: Syaiful Syafar
TRIBUNNEWS.COM/RISMAWAN
NASARUDDIN UMAR - Foto arsip Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar, MA, Imam Besar Masjid Istiqlal saat ditemui di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (19/5/2023). (TRIBUNNEWS.COM/RISMAWAN) 

Oleh: Menteri Agama Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar, MA

HARAPAN semua orang yang berdoa ingin dikabulkan doanya. Masalahnya kita sering bahkan selalu berdoa tetapi doa kita tidak diijabah Allah SWT.

Kita sering mencari sebab mengapa doa kita belum dikabulkan Tuhan. Padahal kita sudah merasa maksimum telah memohonkan secara khusus kepada Allah SWT agar doa kita diterima.

Salah satu faktor mengapa doa kita ditolak atau ditunda pengabulan doa kita ialah kurangnya rasa respek dan makrifah yang mendalam kepada Allah SWT. 

Etika berdoa banyak dibahas di dalam kitab-kitab tasawuf, termasuk di dalam kitab Iḥyā’ ‘Ulūm al-Dīn, karya Imam Al-Gazali dan dalam Kitab Futuhat al-Makkiyyah dan Kitab Fushuhsh al-Hikam karya Ibn ‘Arabi.

Keajaiban demi keajaiban bisa dirasakan oleh oarng yang berdoa secara tulus.

Baca juga: Merawat Kemabruran Puasa 9 - Menebar Energi Positif

Doa yang disampaikan dengan etika maksimum bisa dirasakan langsung komunikasi batin itu dengan Allah SWT.

Bagi kalangan sufi lebih penting berdoa daripada pengabulan doa.

Pengabulan doa belum tentu dirasakan manfaatnya secara fundamental, akan tetapi orang yang mampu merasakan
hikmatnya berdoa, maka ia tidak lagi menunggu manifestasi doa tetapi paling penting baginya ialah adanya rasa keakraban dengan Sang Pendengar Doa. 

Seolah ia memahami maksud Tuhan seperti yang pernah disampaikan oleh Ibn Arabi bahwa boleh jadi penolakan doa-Mu berarti hikmah lebih besar dari pada ikan raksasa tu.

Boleh jadi doa seseorang ditolak di langit karena Tuhan menghendaki dirinya yang ke langit untuk menyaksikan sekaligus merasakan nikmatnya pemandangan etalase yang dipamerkan Tuhan di langit. 

Baca juga: Merawat Kemabruran Puasa 8 - Membiasakan Istiqamah

Di antara etika berdoa yang sering dipraktekkan oleh Imam al-Gazzali ialah, mandi taubat atau mandi junub jika seseorang sedang janabah, yakni baru saja melakukan hubungan suami istri atau bermimpi sedang berhubungan suami istri.

Setelah itu berturut-turut membersihkan diri dengan berwudhu yang benar, menutup aurat dengan pakaian santun dan bersih, menghadapkan badan dan muka ke arah kiblat.

Jika cukup waktu sebaiknya diawali dengan shalat hajat dua rakat.

Setelah itu kita mengangkat kedua tanggan hingga kelihatan ketiak seperti cara Nabi berdoa, kita mengawali doa dengan membaca ta’awwuz dan basmalah, dilanjutkan dengan membaca puji-pujian (tahmid), berselawat kepada Nabi Muhammad SAW. 

Kemudian dilanjutkan dengan munajat, yang intinya mengungkapkan kerendahan diri dan menyatakan kepasrahan total kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Agung dan Maha Pengampun.

Baca juga: Merawat Kemabruran Puasa 7 - Lebih Banyak Diam

Hal yang mirip juga disampaikan di dalam Kitab Risalah Qusyairiyah karya Imam Qusyairi. 

Dengan penuh tawadhu dan penuh pengharapan kita memulai memohonkan kepada Allah SWT sesuai dengan hajat yang diinginkan.

Kita mengungkapkan doa umum (generic) yang diperkenalkan Allah SWT di dalam Alquran. Yakni, "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka". (Q.S. al-Baqarah/2:201).

Setelah itu kembali kita ucapkan selawat kepada Nabi Muhammad SAW. Lalu doa diakhiri dengan membaca Q.S. al-Fatihah.

Dalam keadaan mendesak tentu saja tidak semua unsur itu harus dilakukan, yang paling penting di dalam sebuah doa ialah kehadiran hati kita di hadapan Allah SWT, Yang maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Baca juga: Merawat Kemabruran Puasa 6 - Menjauhi Ujaran Kebencian

Boleh jadi seseorang berdoa dengan menggunakan 14 tata cara tetapi hatinya tidak hadir berdoa maka kekuatan doanya juga tidak kuat mendaki langit.

Tanda-tanda jika Allah SWT akan mengabulkan doa seorang hamba Ia menurunkan kondisi perasaan yang amat dalam dan memungkinkannya untuk lebih khusyuk dalam berdoa.

Bisa saja sebuah musibah menjadi titik masuk paling baik untuk menengadahkan doa kepada Allah SWT.

Nabi sendiri pernah mengingatkan terhadap doanya orang yang teraniaya, karena sangat cepat sampai kepada Allah SWT, sebagaimana disabdakan dalam hadis: Dari Ibnu Abbas berkata; Rasulullah Saw bersabda takutlah terhadap doanya orang yang terzholimi karena antara dia dan Allah tidak ada hijab (pembatas yang menghalangi)-nya. (HR. al-Bukhari/No. 2448). (*)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved