Berita Kaltim Terkini
4 Unsur Penyakit TBC Menyebar di Kaltim, Dinkes Soroti Samarinda, Kukar dan Balikpapan
Terungkap kasus penyakit TBC di Kalimantan Timur secara nasional masuk peringkat 17. Tiga kota, Samarinda, Balikpapan dan Kukar jadi sorotan
Penulis: Rita Lavenia | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Terungkap kasus penyakit TBC di Kalimantan Timur secara nasional masuk peringkat 17. Tiga kota di Kalimantan Timur: Samarinda, Balikpapan dan Kukar jadi sorotan.
Demikian diutarakan oleh Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) kaltim, dr. Jaya Mualimin kepada TribunKaltim.co, Senin (24/3/2025).
Dipaparkan, meski termasuk daerah berkembang, namun kasus tuberkulosis (TBC) di Kalimantan Timur (Kaltim) masih cukup besar.
Dalam lingkup lokal kasus TBC justru banyak ditemukan di kota dan kabupaten yang berkembang seperti 3 daerah yaitu:
- Samarinda;
- Balikpapan;
- dan Kutai Kartanegara.
TBC justru banyak ditemukan di wilayah berkembang dengan 4 unsur sebagai berikut:
- Masih ada area kumuh;
- Kelembapan tinggi;
- Sanitasi buruk;
- Lingkungan yang tidak bersih menyebabkan kuman menjadi sangat aktif.
Ia menjelaskan, penyebab TBC adalah bakteri mycobacterium tuberculosis.
Penyebarannya sendiri melalui percikan ludah dari penderita saat bersin, batuk, berbicara, tertawa dan bernyanyi.
Baca juga: Meminimalisir Penyebaran TBC, Dinkes Kaltim Akan Bagikan Alat TCM ke Seluruh Puskesmas di Bumi Etam
"Satu orang bisa menularkan TBC ke 5 sampai 10 orang. Kalau tidak terdeteksi dan tidak memeriksakan diri, maka dia menularkan secara bebas," benernya.
Ia menjelaskan saat ini dari 21.000 penderita Dinkes Kaltim baru bisa mengobati 50 persen kasus.
Separuhnya belum mendapat penanganan sebab tidak terdeteksi.
"Kita baru bisa menangani kurang dari 10 ribu orang. Kendalanya karena masyarakat tidak aktif melaporkan kesehatan mereka," ujar dr. Jaya.
Bahkan angka 30 persen penderita TBC di Kaltim bisa terdeteksi saat Dinkes Kaltim menggalakkan program Tes Cepat Molekul (TCM) ke setiap puskesmas.
Metode pemeriksaan yang dianjurkan WHO ini mendeteksi TBC melalui sampel dahak, bilasan lambung atau feses.
Baca juga: Dinkes Minta Penderita TBC di Berau Kaltim agar Tidak Putus Obat Selama 6 Bulan
"Kami ingin menekankan jangan takut memeriksakan diri. Kalaupun terdeteksi langsung kita tangani. Pemeriksaan dan pengobatan itu gratis," tegasnya.
Ia juga menambahkan, masyarakat tidak perlu takut melakukan pemeriksaan secara dini sebab TBC bisa sembuh secara permanen setelah menjalani pengobatan intensif selama 6 bulan hingga 9 bulan.
"Kalau merasa batuk tidak kunjung sembuh, segera periksakan diri. Mari sama-sama lakukan deteksi dini untuk memutus rantai penyebaran TBC," pungkasnya. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.