Berita Kaltim Terkini
3 Strategi Penanggulangan TBC di Kaltim, Gubernur Rudy Mas'ud Perintahkan Segera Deteksi Dini
Selain stunting, penyakit tuberkulosis (TBC) juga masih menjadi ancaman serius bagi masyarakat di Provinsi Kalimantan Timur.
Penulis: Rita Lavenia | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Selain stunting, penyakit tuberkulosis (TBC) juga masih menjadi ancaman serius bagi masyarakat di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim).
Dari data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltim jumlah kasus TBC di Provinsi Kalimantan Timur mencapai angka 30 persen dengan jumlah kasus tiga tertinggi ada di 3 kabupaten kota.
Gubernur Kaltim, Rudy Mas'ud menyinggung strategi 3T untuk mengatasi tingginya kasus TBC di Kalimantan Timur.
Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kaltim, dr. Jaya Mualimin, menjelaskan angka 30 persen kasus TBC tersebut diperoleh dari hasil pencarian kasus (case finding) secara aktif untuk menemukan penderita TBC di 10 kabupaten kota.
Baca juga: Program Skrining TBC Gratis di Terminal Batu Ampar Balikpapan, Upaya Deteksi Dini Penyakit Paru-paru
"Angkanya sampai 30 persen. Ini luar biasa banyak. Sehingga kami harus melakukan berbagai langkah skrining," ujar dr. Jaya.
Bahkan ungkapnya, estimasi penderita TBC di Kaltim sepanjang 2024 meningkat dibanding tahun sebelumnya.
"Tahun lalu kasusnya sekitar 18.000-an, tahun ini sudah 21.000.
Dari jumlah itu, kita baru bisa menemukan 56 persen kasus.
Artinya, masih hampir setengahnya belum terdeteksi," ungkapnya.
Oleh sebab itu, Dinkes Kaltim aktif melakukan skrining di setiap Puskesmas dengan target 3.000 orang per kota di 10 kabupaten dan kota.
Hasilnya menunjukkan bahwa 3 daerah dengan jumlah kasus TBC tertinggi adalah:
- Kabupaten Kutai Kartanegara,
- Kota Samarinda dan
- Kota Balikpapan.
"Mereka-mereka yang terindikasi kita lakukan pengobatan," tegasnya.
Deteksi Dini
Sementara itu, Gubernur Kaltim Rudy Mas'ud menyatakan prihatin sebab tingginya angka stunting dan TBC menunjukan bahwa meski kaya dan APBD besar, namun tak menunjukan masyarakat Kaltim telah sejahtera.
Oleh sebab itu, ia menegaskan, mengatasi TBC harus dilakukan secara bersama-sama dan bahwa pentingnya deteksi dini dalam menekan penyebaran penyakit menular seperti TBC.
Baca juga: Dinkes Berau Gelar Pertemuan, Bahas Evaluasi dan Monitoring Pencegahan Penanggulangan TBC pada 2024
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.