Kesehatan

Dampak Tidur Kurang Berkualitas, Muncul Rasa Cemas saat Malam Hari

Setiap orang mendambakan tidur yang berkualitas tanpa gangguan, agar bisa bangun dengan perasaan yang lebih segar.

Penulis: Jino Prayudi Kartono | Editor: Budi Susilo
HO/FREEPIK
TIDUR BERKUALTAS - Seseorang harus memiliki pola pikir yang tepat terkait tidur agar bisa mendapatkan tidur yang berkualitas. Tidur membantu tubuh mengisi ulang energi yang terkuras. Tidur juga membantu memulihkan tubuh dari perasaan lelah. (HO/Freepik) 

TRIBUNKALTIM.CO, JAKARTA - Setiap orang mendambakan tidur yang berkualitas tanpa gangguan, agar bisa bangun dengan perasaan yang lebih segar. Tidur yang berkualitas juga dapat membuatmu menjadi lebih produktif sepanjang hari. 

Sebab, energi terpenuhi dengan sempurna. Kendati demikian, menurut Certified Sleep & Recovery Coach Vishal Dasani, ada beberapa hal yang bisa merusak kualitas tidur. Salah satunya adalah pola pikir (mindset) tentang tidur. 

Tidur yang sempurna Vishal mengungkapkan, manusia harus memiliki pola pikir yang tepat terkait tidur, agar bisa mendapatkan tidur yang berkualitas.

“Dalam lima tahun terakhir, saya menemui orang-orang dengan pola pikir yang ekstrem tentang tidur, yaitu tidurnya harus sempurna,” ucap dia di Jakarta beberapa waktu lalu. 

Baca juga: Tidur Siang Disarankan Kurang dari 30 Menit, Efeknya Pikiran Kembali Fokus dan Jernih

Orang-orang dengan pola pikir bahwa tidur harus sempurna menganggap bahwa mereka harus tidur sangat lelap.

Menurut Vishal, mereka terlalu terpaku dan terobsesi dengan pola pikir bahwa tidur harus sempurna, sehingga mereka bisa merasa cemas ketika tidak bisa tidur, atau tidurnya tidak sangat lelap. 

“Pola pikir yang ekstrem, obsesi untuk tidur dengan sempurna, hanya akan menimbulkan perasaan cemas pada malam hari,” terang dia.

Selain tidur yang harus sempurna, pola pikir ekstrem lainnya tentang tidur adalah anggapan bahwa tidur bukanlah sesuatu yang produktif.

“Orang-orang tidak terlalu mengapresiasi tidur, tidur hanya membuang-buang waktu, tidak dianggap sebagai sesuatu yang produktif, hanya untuk orang yang lemah. Dan mereka akan ‘payback’ tidur mereka di akhir pekan,” ujar Vishal. 

Baca juga: Kurang Tidur dan Efeknya pada Kesehatan Fisik dan Mental

Menurut orang-orang dengan pola pikir seperti itu, ketika mereka tertidur, mereka tidak melakukan apa-apa. 

Padahal, tidur membantu tubuh mengisi ulang energi yang terkuras. Tidur juga membantu memulihkan tubuh dari perasaan lelah.

Jadi, daripada tidur, orang dengan pola pikir seperti itu lebih memilih untuk melakukan kegiatan lain yang dirasa produktif, meski tubuhnya sudah lelah. 

“Manusia tidak bisa memiliki pola pikir yang ekstrem seperti itu karena hanya akan membuat kita merasa cemas. Padahal, tidur adalah fondasi dari kesehatan,” kata dia. 

Oleh karena itu, manusia perlu mengubah pola pikir tentang tidur. Sebelumnya, kamu mungkin berpikir bahwa tidur harus sangat lelap atau tidur bukan sesuatu yang produktif.

Cobalah diubah dengan menganggap bahwa tidur tidak perlu sangat lelap, dan tidur adalah kegiatan yang produktif karena membantu tubuh sehat kembali. 

Tidur ringan (light sleep) seperti tidur siang pun bisa menjadi berkualitas jika tubuh dalam keadaan rileks, dan kamu tidak punya banyak pikiran. (kompas.com)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved