Berita Balikpapan Terkini

Seminar Arsitektur Lanskap, Bahas Peran Ruang Publik Dalam Pengendalian Banjir di Balikpapan

Acara ini berkolaborasi dengan dua perguruan tinggi di Balikpapan, yaitu Institut Teknologi Kalimantan (ITK) dan Universitas Balikpapan

Penulis: Raynaldi Paskalis | Editor: Nur Pratama
TRIBUNKALTIM.CO/RAYNALDI PASKALIS
PENGENDALIAN BANJIR - Wakil Walikota Balikpapan, Bagus Susetyo sedang memberikan sambutannya dalam acara seminar arsitektur lanskap dan ruang publik. Jumat (11/4/2025)Wakil Walikota Balikpapan menekankan perlunya mengembalikan fungsi real estat serta mengoptimalkan bendali dan kolam retensi sebagai langkah konkret dalam pengendalian banjir.(TRIBUNKALTIM.CO/RAYNALDI PASKALIS) 

TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Permasalahan banjir menjadi salah satu isu yang disorot dalam seminar arsitektur lanskap dan ruang publik yang digelar sebagai bagian dari rangkaian lokakarya oleh Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Kalimantan Timur.

Acara ini berkolaborasi dengan dua perguruan tinggi di Balikpapan, yaitu Institut Teknologi Kalimantan (ITK) dan Universitas Balikpapan. Jumat (11/4/2025)

Kegiatan tersebut turut mengundang perwakilan pemerintah kota, para arsitek, serta mahasiswa, sebagai bentuk sinergi antara akademisi, pemerintah, dan masyarakat dalam mencari solusi terhadap permasalahan tata kota, khususnya terkait pengendalian banjir melalui pendekatan desain lanskap dan ruang publik.

Baca juga: Kebakaran di Jalan Inpres Balikpapan Utara Menghanguskan Rumah Tiga Lantai

Output dari kegiatan ini juga nantinya berupa gagasan desain taman kota yang direncanakan di beberapa titik pada enam kecamatan di Kota Balikpapan.

Wakil Walikota Balikpapan, Bagus Susetyo, dalam sambutannya mengungkapkan bahwa dirinya juga menjabat sebagai Ketua Real Estat Kalimantan Timur dan menilai bahwa fenomena yang berkaitan dengan real estat di Balikpapan berbeda dari daerah lainnya.

"Ternyata di Balikpapan real estat ini malah menyumbang banjir, ini yang kita coba kembalikan ke fungsi real estat," ucap Bagus.

Hal ini, menurutnya, menjadi tantangan tersendiri karena di banyak daerah lain, pengembangan kawasan (Real Estate) justru menjadi mentriger pembangunan suatu kawasan.

Lebih lanjut, Bagus menjelaskan bahwa pihaknya tengah berupaya untuk terus berkolaborasi dengan IAI dan para pengembang properti agar pembangunan kawasan dapat memperhatikan aspek lingkungan, khususnya dalam hal pengendalian air hujan.

Salah satu langkah konkret yang diupayakan adalah dengan memperkuat peran kolam retensi dan Bendungan Pengendali Banjir (Bendali). Infrastruktur ini dinilai penting untuk menahan aliran air hujan sebelum dialirkan ke saluran utama.

"Air hujan yang turun tidak boleh langsung ke saluran, harus ditangkap oleh bendungan pengendali, kemudian disalurkan ke kolam retensi," jelasnya.

Bagus juga mengungkapkan bahwa beberapa bangunan pengendali air di aliran Sungai Ampal belum mampu berfungsi maksimal. Salah satu penyebabnya adalah adanya sedimentasi yang mengurangi kapasitas tampung air.

"Ada sedimentasi, rencana awalnya bagus volume daya tampungnya tinggi, tetapi karena tidak ada perawatan sehingga banyak sedimentasi mengurangi daya tampung dari hujan," tuturnya.

Kondisi ini semakin mengkhawatirkan mengingat informasi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang memprediksi perubahan iklim ekstrem akan terus terjadi di Indonesia dalam waktu dekat.

"Biasa cuma 1 jam, ternyata 3 jam berhenti setengah jam, 3 jam hujan lagi," ungkapnya

Sebagai bentuk keseriusan, pemerintah kota juga terus berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota Balikpapan untuk segera memperbaiki dan membangun infrastruktur pengendali banjir.

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved