Berita Kaltim Terkini
Dampak Perang Dagang AS–China bagi Ekonomi Kaltim, Begini Kata Bank Indonesia
Dampak perang dagang Amerika Serikat–China bagi ekonomi Kalimantan Timur, begini kata Bank Indonesia.
Penulis: Mohammad Fairoussaniy | Editor: Diah Anggraeni
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA – Dampak perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China turut dianalisis berbagai pihak, utamanya terhadap perekonomian regional.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw-BI) Kalimantan Timur (Kaltim) turut mengurai dampak yang akan terjadi.
Kepala KPw-BI Kaltim, Budi Widihartanto, mengatakan bahwa Bumi Etam berisiko besar merasakan dampak gelombang kedua akibat kebijakan ini meski akan terhindar dari dampak langsung.
Pasalnya, berdasarkan data historis ekspor pada tahun 2024, Provinsi Kaltim tidak memiliki komoditas yang secara langsung di ekspor ke Negeri Paman Sam.
“Dengan demikian, kebijakan tarif impor yang diterapkan AS tidak akan serta-merta memukul volume ekspor komoditas unggulan Kaltim,” sebutnya, Minggu (20/4/2025).
Baca juga: BI Kaltim Siapkan Layanan Penukaran Uang, Berlangsung hingga 27 Maret 2025
Perlu diketahui, Kaltim mempunyai komoditas ekspor unggulan seperti batu bara, crude palm oil (CPO), dan bahan kimia.
Hal ini merupakan kebutuhan penting bagi industri di negara-negara mayoritas mitra dagang utama Kaltim, seperti China, India, dan Filipina yang terkena imbas kebijakan tarif AS.
“Kondisi ini mau tidak mau berpotensi mengecilkan volume permintaan komoditas ekspor Kaltim. Kemudian, dampak lanjutan juga diprediksi meluas melalui penurunan permintaan domestik terhadap komoditas utama,” ungkapnya.
Lebih lanjut, kata Budi, penurunan tersebut berpotensi menyebabkan perlambatan kinerja industri-industri unggulan di hilir yang terdampak langsung tarif impor AS, seperti industri alas kaki, tekstil, dan elektronik.
Pasalnya, batu bara dari Kaltim saat ini merupakan salah satu sumber energi utama bagi pembangkit listrik di Indonesia.
Penurunan aktivitas industri-industri hilir tersebut secara otomatis turut menurunkan konsumsi listrik dan berimplikasi pada permintaan batubara domestik.
Baca juga: BI Kaltim Sediakan Tunai Rp4,1 Triliun, Layani Jasa Penukaran Uang di Samarinda dan Balikpapan
Namun demikian, Budi menyebutkan bahwa ada kabar baik dari kebijakan perang dagang ini, di mana dalam jangka pendek belum menyentuh sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Kaltim.
UMKM di Indonesia, termasuk Kaltim, masih menyasar pasar domestik dan sumber bahan baku UMKM di Kaltim yang sebagian besar berasal dari input domestik.
Namun, sebagai langkah antisipatif, BI merekomendasikan dua alternatif kebijakan yang dapat ditempuh oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan korporasi.
Pertama, diversifikasi ekspor ke negara-negara non-tradisional.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.