Berita Samarinda Terkini

Andi Harun Ingin Genjot Pendidikan Kebersihan Sejak Dini untuk Atasi Masalah Sampah di Samarinda

Walikota Samarinda Andi Harun memilih membentuk peradaban baru melalui pendidikan kebersihan sejak usia dini

Penulis: Sintya Alfatika Sari | Editor: Nur Pratama
TRIBUNKALTIM.CO/SINTYA ALFATIKA SARI
PERSOALAN SAMPAH - Walikota Samarinda, Andi Harun, menjelaskan visi jangka panjang pengelolaan sampah kota dengan pendekatan edukatif dan teknologi insinerator, dalam upaya membangun budaya bersih sejak usia dini, Selasa (6/5/2025). (TRIBUNKALTIM.CO/SINTYA ALFATIKA SARI) 

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Di tengah tantangan meningkatnya volume sampah harian yang kini menembus angka 604 ton per hari, Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda tak hanya fokus pada penegakan hukum atau penambahan armada angkut.

Walikota Samarinda Andi Harun memilih membentuk peradaban baru melalui pendidikan kebersihan sejak usia dini, sembari memperkuat infrastruktur pengelolaan sampah dengan teknologi insinerator.

Walikota Samarinda, Andi Harun, menekankan bahwa persoalan sampah bukan semata-mata urusan teknis pengangkutan dan pembuangan, tetapi soal peradaban.

Baca juga: Kisah Penantian Calon Jamaah Haji Samarinda, Berangkat ke Tanah Suci usai Menunggu Belasan Tahun 

Ia menyebut pendekatan kebersihan harus dimulai dari pendidikan, bukan semata dari aturan dan sanksi.

“Masalah sampah seharusnya dimulai dari pendidikan. Budaya bersih sebagai bagian dari peradaban yang baik tidak selalu harus didekati melalui pendekatan hukum, seperti memberikan sanksi bagi yang membuang sampah sembarangan,” tegas Andi Harun, Selasa (6/5).

Ia lalu mencontohkan pendekatan berbeda yang diterapkan di dua negara maju. 

“Saya ambil contoh Singapura. Memang negara itu bersih, tetapi pendekatannya lebih kepada penegakan hukum melalui sanksi misalnya, denda 300 dolar Singapura bagi pelanggar. Berbeda dengan Jepang. Negara itu tidak menggunakan sanksi. Mengapa? Karena sejak usia dini, sejak PAUD atau TK, masyarakatnya sudah mandiri dalam menerapkan nilai-nilai kebersihan,” paparnya.

Dari situ, Andi Harun meyakini bahwa pembentukan budaya bersih harus dimulai dari ruang-ruang pendidikan paling awal. 

“Bayangkan saja, jika seluruh sekolah di Kalimantan Timur saat ini dididik literasi kebersihannya dengan serius, lima atau sepuluh tahun ke depan, kita tidak perlu lagi sibuk pasang spanduk atau membuat peraturan daerah hanya agar Samarinda bersih. Kita akan memiliki masyarakat yang memiliki peradaban tinggi dalam hal kebersihan,” ucapnya.

Namun, kesadaran budaya saja tak cukup tanpa didukung infrastruktur memadai. Untuk itu, Pemkot juga meluncurkan kebijakan strategis jangka panjang, yakni pengadaan insinerator sebagai solusi pengelolaan sampah perkotaan yang lebih efisien.

“Paradigma pembangunan kota memang berbeda dengan wilayah kabupaten. Maka, sejak awal kami membangun insinerator sebagai upaya mengurangi timbunan sampah. Sekarang, mungkin terasa berat. Tapi percayalah, suatu saat nanti Samarinda akan menjadi kota yang paling siap dalam pengendalian sampah,” ujarnya.

Data mencatat, produksi sampah harian Samarinda yang tahun lalu masih di angka 600 ton, kini telah meningkat menjadi 604 ton per hari. Jika tidak ada perubahan pendekatan, Andi Harun menyebut, mustahil masalah ini bisa dikendalikan.

“Tiap hari kita memproduksi sampah, dan jumlahnya terus bertambah. Sementara pendekatan pengelolaannya belum banyak berubah. Kalau cara kita tidak berubah, dan sampah makin bertambah, mustahil bisa mengendalikannya. Kita harus ubah cara pandang,” tegasnya.

Tahun ini, Pemkot akan memasang 10 unit insinerator berkapasitas 10 ton per empat jam. Jika dioperasikan 8 jam per hari, kapasitas pengurangan mencapai 200 ton sampah per hari. 

“Itu baru 8 jam kerja. Bayangkan jika diaktifkan 24 jam,” katanya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved