Berita Nasional Terkini

Alasan Jokowi tak Hadir dan Tolak Mediasi Lanjutan, Janji Hadiri Sidang Gugatan Dugaan Ijazah Palsu

Alasan Jokowi tidak hadir dan menolak mediasi lanjutan. Namun, disebutkan oleh kuasa hukumnya Jokowi berkenan hadir dalam sidang lanjutan.

Penulis: Aro | Editor: Briandena Silvania Sestiani
KOMPAS.COM/Fristin Intan Sulistyowati
POLEMIK IJAZAH JOKOWI - Presiden Alasan Jokowi tidak hadir dan menolak mediasi lanjutan. Namun, disebutkan oleh kuasa hukumnya Jokowi berkenan hadir dalam sidang lanjutan.Jokowi di Kota Solo, Jateng, Rabu (7/5/2025).(kompas.com). Alasan Jokowi tidak hadir dan menolak mediasi lanjutan. Namun, disebutkan oleh kuasa hukumnya Jokowi berkenan hadir dalam sidang lanjutan. (KOMPAS.COM/Fristin Intan Sulistyowati) 

Refly Harun mengkritisi sikap Jokowi yang terkesan tidak ingin menyelesaikan masalah ijazah tersebut sejak awal.

Apalagi Jokowi merupakan seorang mantan presiden sekaligus negarawan yang harusnya bisa menanggapi masalah seperti ini dengan bijaksana. 

"Kita bingung ya. Maksud saya ini kan seorang negarawan ya. Tapi kenapa dia tidak mau menyelesaikan at the first place, pada kesempatan pertama?" tambahnya.

Refly Harun juga mempertanyakan, mengapa Jokowi sebagai seorang negarawan tega melihat para pengkritiknya sebagai musuh politik.

"Kalau memang ijazahnya tidak bermasalah kan ada semacam paradoks di sana," papar Refly.

Ia tidak habis pikir dengan sikap Jokowi dalam menghadapi para pengkritiknya terutama soal dugaan ijazah palsu

"Dan jangan lupa dia adalah seorang negarawan harusnya masa dia tega betul melihat orang-orang seperti Roy Suryo, Dokter Tifa dan lain sebagainya sebagai musuh politik?

Padahal orang-orang ini bukan orang-orang yang menjalin kekuatan, tapi kan tukang kritik," jelasnya.

"Masa tukang kritik nggak boleh ada di negara Republik Indonesia ini?" tanya Refly, retoris.

Selanjutnya, Refly menilai bahwa jika Jokowi nekat untuk memenjarakan para pengkritiknya, itu berarti cerminan dari kualitas diri ayahanda Gibran Rakabuming Raka tersebut.

"Tapi bagaimana kalau 'saya mau dendam, saya mau balas, pokoknya orang itu harus masuk penjara'? Ya sudah berarti itu kan menunjukkan kualitas," paparnya.

Menurut Refly, apabila itu terjadi maka menjadi bukti bahwa Indonesia pernah dipimpin orang yang tidak cakap menangani masalah. 

"Kita pernah dipimpin oleh orang yang ada masalah ringan tapi diperberat," ujar Refly.

"Yaitu ketika dituduh ijazah palsu bukan dibalas dengan pembuktian yang akurat, menunjukkan ijazah tapi dengan melakukan kriminalisasi terhadap orang-orang yang mengkritik seperti Bambang Tri.

Kemudian Gus Nur dan kemudian sekarang ya bisa Roy Suryo, Tifa dan lain sebagainya," tambahnya.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved