Tribun Kaltim Hari Ini

Indonesia Darurat Kekerasan Perempuan, Samarinda Tertinggi di Kaltim, Ini Solusi Rudy Mas'ud

Indonesia darurat kekerasan perempuan dan anak, Samarinda tertinggi di Kaltim, ini solusi Gubernur Rudy Mas'ud.

Penulis: Raynaldi Paskalis | Editor: Rita Noor Shobah
TribunKaltim.co
DARURAT KEKERASAN PEREMPUAN - Foto grafis Koran Tribun Kaltim yang terbit hari ini, Minggu (11/5/2025). Kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak masih menjadi persoalan serius di berbagai wilayah Indonesia, termasuk di Kalimantan Timur (Kaltim). Demikian kata Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifatul Choiri Fauzi dalam diskusinya dengan jajaran Pemprov Kaltim di Samarinda, Sabtu (10/5/2025). (TribunKaltim.co) 

TRIBUNKALTIM.CO - Kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak masih menjadi persoalan serius di berbagai wilayah Indonesia, termasuk di Kalimantan Timur (Kaltim). 

Indonesia darurat kekerasan perempuan, demikian kata Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifatul Choiri Fauzi dalam diskusinya dengan jajaran Pemprov Kaltim di Samarinda, Sabtu (10/5/2025).

Angka kekerasan anak dan perempuan di Indonesia saat ini berada pada tingkat yang mengkhawatirkan.

Menteri Arifatul pun menyoroti pentingnya kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang aman, mendukung, dan ramah bagi perempuan dan anak.

Menurutnya, bahwa upaya pencegahan tidak bisa hanya bergantung pada penegakan hukum, tetapi harus dimulai dari kesadaran kolektif di tingkat keluarga dan komunitas.

 “Angka kekerasan memang saat ini mungkin bisa dibilang bahwa Indonesia darurat kekerasan,” ungkap Menteri Arifatul.

Baca juga: Video Pengeroyokan Anak SD di Samarinda Kaltim Viral, Orangtua Korban Lapor Polisi

Tingginya angka kekerasan terhadap perempuan dan anak tidak hanya mencerminkan lemahnya sistem perlindungan, tetapi juga disebabkan oleh pergeseran nilai dan pola hidup di masyarakat.

Salah satu penyebab utama adalah perubahan pola asuh dalam keluarga, yang kini semakin banyak dipengaruhi oleh perkembangan teknologi, khususnya penggunaan gawai (gadget).

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa penggunaan gadget yang tidak bijak, baik oleh anak-anak maupun orangtua, telah mengurangi kualitas interaksi dalam keluarga.

Hal ini berdampak pada kurangnya pengawasan dan pembentukan nilai-nilai positif sejak dini.

Selain itu, minimnya partisipasi masyarakat dalam merespons kasus-kasus kekerasan juga menjadi faktor yang memperburuk situasi.

“Kami melihat bahwa ikatan solidaritas, ikatan kebersamaan di desa ini semakin mencair, sehingga ketika ada persoalan, merasa itu bukan masalah saya,” jelasnya.

Menteri PPPA menekankan pentingnya membangun kembali semangat kebersamaan di masyarakat, agar kasus kekerasan tidak lagi dianggap sebagai urusan pribadi, melainkan persoalan kolektif yang harus diselesaikan bersama.

Ia mengajak seluruh elemen masyarakat untuk saling peduli dan aktif berperan dalam menciptakan lingkungan yang aman dan suportif, terutama bagi kelompok rentan.

“Kita ingin membangun bagaimana ketika ada kekerasan, itu adalah persoalan kita bersama dan mari kita carikan solusinya bersama-sama,” katanya.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved