Berita Samarinda Terkini
Pengamat Ekonomi Unmul Sebut Kelangkaan BBM di Kaltim Lagu Lama
Saat ini Balikpapan dan Samarinda mengalami antrean panjang mendapatkan BBM di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU)
Penulis: Sintya Alfatika Sari | Editor: Samir Paturusi
Menurutnya, ada yang tidak beres antara SPBU, Pertamina, dan praktik ilegal pengetapan BBM.
“Ini kan penyakit kita yang sering dibahas, berarti ada yang tidak beres antara SPBU, Pertamina, dan pengetap,” ucapnya.
Purwadi kemudian melempar tantangan terbuka kepada Pertamina. Kata Pengamat Ekonomi Samarinda ini, harapannya Pertamina berani melakukan digitalisasi distribusi secara transparan dan real-time.
“Soal kelangkaan BBM, saya pernah kasih tantangan ke Pertamina apakah mereka berani digitalisasi. Termasuk juga BBM brebet kemarin, berani tidak untuk di digitalisasi? Digitalisasi yang dimaksud adalah kita bisa mengetahui dengan cara klik di smartphone.
Misal pada hari ini Pertamina Samarinda dan Balikpapan mengeluarkan sekian truk Pertalite dan Pertamax dengan nomor plat sekian dan siapa nama supirnya masing-masing, dan mereka akan distribusikan ke SPBU di Jalan apa yang ada di wilayah Samarinda atau Balikpapan. Apakah mereka berani buka-bukaan seperti itu, karena selama ini tidak pernah transparan dan selalu bilang kuota full terus. Itu saja dilakukan, berani tidak?” tantangnya.
Ia juga menyebut pentingnya sistem digital untuk memantau antrean BBM di setiap SPBU, sesuatu yang dianggapnya sangat mungkin dilakukan di era digital saat ini.
“Kemudian, berani kah digitalisasi tersebut bisa membuat konsumen menanyakan jumlah antrean di setiap SPBU. Inikan zaman digital,” tambahnya.
Ia menyoroti perbedaan kondisi antrean BBM di Kaltim dan di Pulau Jawa, padahal secara populasi dan kepadatan kendaraan, Jawa jauh lebih besar.
“Berbeda dengan penduduk kita di Kaltim kan ada 4 juta, tidak semuanya kan memiliki kendaraan. Itupun terbagi di Berau, Mahulu, dan daerah lain,” ungkapnya.
Ia bahkan mengingat kembali kondisi ekstrem di Mahakam Ulu, di mana harga solar pernah tembus Rp 40 ribu per liter, yang menurutnya menggambarkan betapa seriusnya persoalan ini bagi keberlangsungan aktivitas ekonomi masyarakat.
“Itu kalau tidak kepepet mereka tidak akan beli. Kalau solar begitu mau kerja apa? Ini PR pemimpin daerah,” ujarnya.
Meski masyarakat kerap mengandalkan pedagang BBM eceran di saat SPBU kosong, Purwadi menilai cara ini tidak sehat secara ekonomi maupun dari aspek keselamatan.
Baca juga: Inilah Daftar SPBU di Balikpapan yang Buka 24 Jam dan Janji Pertamina Soal Ketersediaan Stok BBM
Selain itu, ia menilai buruknya manajemen distribusi BBM membuat masyarakat terus menjadi korban, bahkan sampai menimbulkan potensi bahaya seperti kebakaran akibat pertamini ilegal.
Ia pun juga mengingatkan pemerintah atas bahaya pertamini yang telah menelan korban jiwa, khususnya di Samarinda, dan mempertanyakan tindak lanjut penertibannya.
“Kalau mau sehat, orang tinggal antre di SPBU. Karena harus ada jaminan keamanan juga. Pom mini kan sudah banyak kasus yang meninggal berapa orang,” tutupnya. (*)
Akibat Hujan Deras, 28 Titik di Kota Samarinda Tergenang Banjir, BPBD Imbau Warga Agar Tetap Waspada |
![]() |
---|
Memeriahkan HUT ke-80 RI, Komura Gelar Jalan Santai khusus untuk Warga di Kawasan Samarinda Seberang |
![]() |
---|
Polresta Samarinda Bersama Ojol Gelar Pangan Murah, Kapolres: Bentuk Solidaritas dan Kepedulian |
![]() |
---|
600 Personel Polisi Disiagakan untuk Amankan Aksi Aliansi Mahakam di Samarinda 1 September |
![]() |
---|
Samarinda Bergejolak, Aliansi Mahakam Undang Warga Kaltim Turun Aksi 1 September |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.