Berita Samarinda Terkini

Cerita Hamidah Pengrajin Tenun di Tenggarong Kukar Berusia 61 Tahun, Lanjutkan Tradisi Keluarga

Ia mulai belajar menenun sejak usia 15 tahun, namun pada masa mudanya sempat menolak untuk menekuni keterampilan tenun

Penulis: Raynaldi Paskalis | Editor: Nur Pratama
TRIBUNKALTIM.CO/RAYNALDI PASKALIS
TENUN ULAP DOYO - Pengrajin tenun asal kutai kartanegara, Hamida saat menjadi salah satu unsur kebudayaan Kaltim yang di tampilkan saat kunjungan Mentri Kebudayaan RI. Jumat (30/5/2025) Seorang pengrajin tenun berusia 61 tahun dari Tenggarong ini sukses melestarikan tenun tradisional dengan pewarna alami, dan mendapat dukungan pembinaan dari pihak-pihak terkait. (TRIBUNKALTIM.CO/RAYNALDI PASKALIS) 

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Hamidah, seorang pengrajin tenun ulap doyo berusia 61 tahun, menceritakan perjalanan panjangnya dalam menekuni seni menenun yang diwariskan dari keluarga.

Ia mulai belajar menenun sejak usia 15 tahun, namun pada masa mudanya sempat menolak untuk menekuni keterampilan itu. 

Ia mengaku selama masa bujang lebih ingin menikmati masa muda dan merasa malas menenun meski ibunya terus mendorongnya.

Pernah suatu waktu Hamidah menangis saat ibunya bertanya mengapa ia enggan belajar menenun. "Mak ini belum saatnya aku menenun. Nanti satu saat aku pasti menenun," jawab Hamidah kepada ibunya. 

Baca juga: Kesaksian Korban Tanah Longsor di Samarinda, Nyami Selamatkan Cucu yang Sedang Tidur, Sempat Jatuh

Ia menuturkan bahwa sebagai anak muda ia ingin fokus mengejar dunia bujang dulu, dan baru setelah menikah ia mulai serius melanjutkan keahlian menenun yang pernah ia pelajari. Kakaknya yang dulu juga mahir menenun tidak melanjutkan usahanya, sehingga Hamidah menjadi penerus utama.

Kakaknya pernah membawa karya tenun mereka ke berbagai benua dan mendapatkan penghargaan Kalpataru pada masa pemerintahan Soeharto. Sayangnya kakaknya mengalami stroke pada 2008, dan sejak 2009 Hamidah melanjutkan usaha tenun keluarga tersebut.

"Jadi kakak itu stroke tahun 2008 ya. Jadi saya teruskan 2009" ucapnya saat di wawancarai Tribunkaltim.co dalam acara kunjungan kerja Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, di kantor Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIV, Samarinda. Jumat (30/5/2025)

Kelompok tenun yang diikuti Hamidah bernama Pokant Takaq berasal dari Tenggarong, Kutai Kartanegara. Walau Samarinda memiliki kampung tenun sendiri di Jalan Hos Cokro Aminoto, kelompok ini tetap aktif melestarikan tradisi tenun ulap doyo dari Tenggarong

Mereka sering menerima pesanan besar, seperti pesanan 100 potong kain tenun dari Dekranasda untuk acara ulang tahun yang diproses dalam waktu sebulan. Pesanan tersebut dikerjakan oleh satu kelompok dari kampung mereka dengan pembagian hasil yang adil berdasarkan jumlah tenun yang dihasilkan tiap anggota.

Penjualan tenun ulap doyo yang mereka produksi pernah mencapai omset hingga Rp 100 juta dalam satu bulan, tergantung banyaknya pesanan. Produk tenun mereka diminati tidak hanya di Kalimantan Timur, tapi juga di luar daerah seperti Jakarta, Batam, dan Surabaya. Bahkan produk ini digunakan untuk keperluan fashion show, menonjolkan keunikan kain tenun tradisional yang otentik.

Proses pembuatan tenun ulap doyo memang rumit dan memerlukan ketelitian tinggi, khususnya saat membuat motif. Benang yang digunakan adalah benang putih alami yang disusun dan dihitung satu per satu untuk membentuk motif. Setelah itu benang dilipat, diikat, dan barulah dilakukan pewarnaan.

Hamidah menegaskan bahwa mereka menggunakan pewarna alami yang berasal dari bahan-bahan seperti kulit kayu mahoni, kulit kayu bungkuk, dan cangkang sawit yang direbus untuk menghasilkan warna-warna alami yang tahan lama. Mereka sering bereksperimen dengan berbagai jenis daun dan bahan alami lainnya untuk mendapatkan warna yang sesuai.

"Kalau saya di luar, yang sering dicari yang natural kayak gini," ujar Hamidah

Sementara di dalam daerah, banyak yang memesan motif dan warna khusus, seperti untuk seragam komunitas atau acara resmi.

Hamidah juga mengungkapkan adanya dukungan dan pembinaan dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah daerah, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Kebudayaan, hingga Bank Indonesia. Kelompok tenun Pokant Takaq sudah menjadi mitra binaan Bank Indonesia yang aktif membantu pengembangan usaha dan pelestarian tenun ulap doyo.

Sebagai bagian dari upaya memperkenalkan tenun ulap doyo ke pasar yang lebih luas, kelompok Hamidah akan mengikuti pameran Karya Kreatif Indonesia (KKI) di Jakarta pada bulan Agustus mendatang. 

"Ini nanti bulan Agustus nanti kita ada kegiatan pameran di Jakarta. Iya, KKI, Karya Kreatif Indonesia." tutupnya (*)

 

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved