Berita Nasional Terkini

Legenda Bulu Tangkis Indonesia Tan Joe Hok Meninggal Dunia di Usia 88 Tahun, Ini Jejak Prestasinya

Legenda bulu tangkis Indonesia Tan Joe Hok meninggal dunia pada Senin, 2 Juni 2025, pukul 10.52 WIB di RS Medistra, Jakarta.

Editor: Nisa Zakiyah
WESHLEY HUTAGALUNG/BOLASPOT.COM
TAN JOE HOK - Sosok Tan Joe Hok (kiri) bersama Sekjen PP PBSI Achmad Budiharto saat acara makan malam di markas PD Djarum, Kudus, Jawa Tengah (6/9/2018). (WESHLEY HUTAGALUNG/BOLASPOT.COM) 

“Kalau lihat (foto) ini, kadang-kadang saya bisa menangis. Ini prosesnya, untuk dapat piala, merebut dari genggaman RRT, yang pada 1982 diambil mereka, dan 1984 kami bawa kembali, itu prosesnya tidak gampang,” kenangnya.

20250602_Tim Indonesia Raih Piala Thomas 1984
Tim Indonesia saat berhasil meraih Piala Thomas 1984. Mereka merebut trofi dari genggaman RRT. (Republik Rakyat Tiongkok). (Tangkapan layar YouTube/Zoom Roemah Bhinneka Surabaya)

Tan Joe Hok menjelaskan bahwa ia ingin segala proses dilakukan sesuai prosedur, termasuk pemilihan pemain lewat seleksi.

Namun, rencana tersebut terganjal oleh keputusan sepihak.

“Kami bawa ke forum, rapat di PBSI. Kami kemukakan bahwa paling baik adalah mereka diseleksi. Ya keluar SK, laksanakan,” katanya.

“Akan tetapi, baru berjalan dua kali seleksi, Bung Ferry datang dan mengatakan, ‘Tidak perlu seleksi!’”

Menurut Tan Joe Hok, langkah Ferry Sonneville itu dipicu oleh hasil seleksi yang tidak sesuai harapan. 

“Dia tidak terima karena Hadiyanto menang dua kali. Setelah itu, pemain berontak, tidak mau main semua. Ya, KONI kalang kabut. Itu satu contoh,” lanjutnya.

“Saya tidak pandang agamanya apa, sukunya apa, karena saya orang Indonesia. Orang berpikir lain, ini (skuad Thomas Cup 1984) hampir semua keturunan, yang tidak hanya Icuk Sugiarto,” tegas Tan Joe Hok.

Soal Diskriminasi dan Kesejahteraan Atlet 

Tan Joe Hok juga menyentil soal isu diskriminasi ras dan kesejahteraan atlet dalam tubuh PBSI saat itu.

Ia menyayangkan adanya kontrak kolektif yang dipaksakan, yang justru merugikan para pemain.

"Teman baik saya, Bung Ferry, membuat banyak pemain sulit masuk pelatnas karena adanya private contract yang diputus. Dia bilang, 'Tidak ada lagi private contract, harus collective contract'," kata Tan Joe Hok.

Selain itu, Tan Joe Hok menambahkan bahwa kebijakan tersebut membuat banyak pemain keturunan Tionghoa tersingkir dari tim nasional.

Ferry Sonneville, yang juga anggota "The Magnificent Seven", meninggal dunia pada 20 November 2003 dalam usia 72 tahun.

Ia dikenang sebagai tokoh penting dalam sejarah bulu tangkis nasional.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved