Berita Balikpapan Terkini

Jengkol Tahi Lala, Aroma Rindu Perantau Pada Momentum Idul Adha 1446 Hijriah di Balikpapan

Sari (41), salah satu warga dari kilometer 6 Balikpapan Utara yang sudah kerap berjualan kuliner siap saji, Jengkol Tahi Lala

TRIBUNKALTIM.CO/ARY NINDITA
JENGKOL TAHI LALA - Sari (41), salah satu warga dari kilometer 6 Balikpapan Utara yang sudah kerap berjualan kuliner keliling, misalnya di dekat area Masjid Madinatul Iman Balikpapan Islamic Center (BIC), Kalimantan Timur. (TRIBUNKALTIM.CO/ARY NINDITA) 

TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Perayaan Idul Adha 1446 Hijriah identik dikaitkan dengan penyembelihan hewan kurban. Mulai dari pemotongan, hingga pembagian daging.

Berbagai hidangan dari daging hewan kurban menjadi sajian khas dalam momentum hari raya Idul Adha.

Namun, hal itu tak berlaku bagi Sari (41), salah satu warga dari kilometer 6 Balikpapan Utara yang sudah kerap berjualan kuliner siap saji.

Alih-alih berjualan dari olahan daging, dirinya lebih memilih berjualan jengkol tahi lala di dekat area Masjid Madinatul Iman Balikpapan Islamic Center (BIC), Kalimantan Timur.

Diakui Sari, alasan ia mengusung jengkol tahi lala dalam sajian kuliner yang dijajakan ini menjadi jembatan kerinduan pada kampung halaman di wilayah Pulau Jawa.

Baca juga: Idul Adha 1446 Hijriah Jadi Momentum Raup Rezeki Bagi Penjual Balon, Sehari Kantongi Rp500 Ribu

"Jengkol ini jadi obat rindu saya pada kampung halaman. Kalau olahan daging sudah biasa, tapi jengkol bisa jadi pelengkap yang bikin makan makin nikmat," ucapanya, kepada TribunKaltim.co, Sabtu (7/6/2025).

Olahan jengkol yang dia sajikan ini sudah menemani perjalanan rantaunya selama hampir 26 tahun. Sari, biasanya berjualan lepas di area Pasar Malam keliling.

20250607_Jengkol_tahi_Lala
JENGKOL TAHI LALA - Jengkol Tahi Lala milik Sari (41), salah satu warga dari kilometer 6 Balikpapan Utara yang sudah kerap berjualan kuliner di dekat area Masjid Madinatul Iman Balikpapan Islamic Center (BIC), Kalimantan Timur. (TRIBUNKALTIM.CO// ARY NINDITA)

Selain jengkol, sajian kuliner yang dijajakan seperti tomyam, lepet ketan, ketupat dan opor ayam.

"Jengkol tahi lala per porsi biasa Rp15 ribu, lepet dan ketupat Rpribu, kalau opor ayamnya Rp20 ribu per bungkus," bebernya.

Berkat kegigihannya, Sari bisa mengantongi cuan Rp2-3 juta per harinya. Pendapatan itu ia tabung untuk memenuhi kebutuhan kesehariannya.

"Nggak mesti juga itu, kalau namanya orang jualan kan pasang surut. Kadang ya ramai, kadang sepi. Kalau pas ramai jualan di Pasar Malam ya Alhamdulillah cukup pendapatan," pungkasnya. (*)

Ikuti berita populer lainnya di Google NewsChannel WA, dan Telegram.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved