Berita Berau Terkini
Berau Sudah Tak Lagi Dikatakan Bebas Gempa, BPBD Minta Alat Deteksi Dipasang di Pulau-Pulau Rawan
Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, berada dalam zona rawan bencana gempa bumi dan tsunami, simak penjelasan BPBD
Penulis: Renata Andini Pengesti | Editor: Amelia Mutia Rachmah
TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG REDEB - Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, berada dalam zona rawan bencana gempa bumi dan tsunami akibat dikelilingi oleh tiga sesar aktif: Sesar Maratua, Sesar Laut Tarakan, dan Sesar Tanjung Mangkalihat.
Dari ketiganya, Sesar Tanjung Mangkalihat dikenal paling aktif dan berpotensi besar menimbulkan guncangan signifikan.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Berau, Nofian Hidayat, menyebut bahwa posisi geografis Berau yang terhubung langsung dengan Ring of Fire atau Cincin Api Pasifik menjadikannya rentan terhadap bencana alam besar, termasuk tsunami.
“Keberadaan Sesar Maratua bahkan terhubung langsung dengan Ring of Fire atau Cincin Api, sehingga membuka kemungkinan Berau menjadi sasaran tsunami besar di masa depan,” jelasnya, Rabu (25/6/2025).
Saat ini, BPBD Berau hanya memiliki alat pendeteksi gempa. Sedangkan kebutuhan alat pendeteksi tsunami dinilai sangat mendesak, terlebih di sejumlah titik rawan seperti Maratua, Pulau Derawan, Pulau Balikukup, dan Pulau Sambit.
Baca juga: Waspada Warga Pesisir Balikpapan, BMKG Prediksi Potensi Pasang Naik Setinggi 2,9 Meter
“Kalau alat pendeteksi tsunami bisa dipasang di beberapa titik itu, tentu bisa menekan angka korban jiwa saat terjadi bencana. Evakuasi juga bisa dilakukan lebih dini,” ujarnya.
Walau belum mengajukan surat resmi, Nofian mengaku pihaknya sudah menyampaikan kebutuhan ini secara lisan kepada instansi terkait. Namun hingga kini, belum ada realisasi pemasangan alat tersebut.
“Kalau ditanya apakah Berau butuh, sudah pasti sangat butuh,” tegasnya.
Wilayah Laut dan Darat Masuk Zona Rawan Tsunami
Nofian menjelaskan bahwa beberapa wilayah laut seperti Maratua, Pulau Derawan, Kaniungan Besar, dan Pulau Balikukup menjadi kawasan paling rentan terdampak jika terjadi tsunami. Adapun di daratan, zona rawan mencakup Tanjung Batu, Talisayan, Bidukbiduk, dan Batu Putih.
Sebagai contoh, ia menyebut peristiwa air pasang tidak wajar di Batu Putih yang pernah memaksa warga mengungsi. Menurutnya, fenomena tersebut bisa menjadi indikator awal atas kemungkinan bencana yang lebih besar.
Baca juga: Bupati Berau Promosikan Wisata Batiwakkal Saat Retreat Kepala Daerah Gelombang Kedua di IPDN
“Kalau bisa, dua alat pendeteksi tsunami saja sudah sangat membantu untuk daerah kita,” ungkapnya.
Ia juga menyoroti keterbatasan jumlah personel BPBD menjadi perhatian serius. Menurut Nofian, jika terjadi bencana berskala besar, penanganan bisa terkendala bila kapasitas SDM tidak segera ditingkatkan.
“Bukan hanya Berau yang terdampak, tapi juga bisa sampai ke Kalimantan Utara, khususnya Tarakan. Karena struktur lempengnya saling berkaitan,” pungkasnya. (*)
Ikuti berita populer lainnya di Google News, Channel WA, dan Telegram.
Pemkab Berau Mantapkan Program Kota Sehat, Targetkan Swastisaba Padapa 2025 |
![]() |
---|
Pemkab Berau Dorong Perluasan Lahan Pertanian Demi Swasembada Pangan dan Kesejahteraan Petani |
![]() |
---|
Kisah Warga Kampung Karangan, Berau Lindungi Mangrove, dari Terasi, Menjaga Bakau untuk Kehidupan |
![]() |
---|
BUMK Mapulu Berau Belum Berjalan, Kini Harus Bentuk Koperasi Merah Putih |
![]() |
---|
Bupati Berau Sri Juniarsih Minta Koperasi Merah Putih Kokohkan Kemandirian Pangan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.