Aplikasi

Peneliti Microsoft Sebut AI Lebih Ahli dari Dokter untuk Mendiagnosis Penyakit yang Kompleks

Sistem Kecerdasan Buatan (AI) mampu menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan dokter manusia dalam mendiagnosis kondisi kesehatan yang kompleks

Editor: Heriani AM
Freepik.com/rawpixel.com
ILUSTRASI AI - Ilustrasi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan yang diunduh dari laman freepik.com, Rabu (4/6/2025). Bos Microsoft dan Bos ChatGPT memiliki perbedaan pandangan mengenai AI. 

TRIBUNKALTIM.CO - Sistem Kecerdasan Buatan (AI) mampu menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan dokter manusia dalam mendiagnosis kondisi kesehatan yang kompleks.

Hal ini diungkap oleh peneliti Microsoft.

Dilansir The Guardian, unit AI Microsoft yang dipimpin oleh pelopor teknologi asal Inggris, Mustafa Suleyman, telah menciptakan sistem yang meniru cara kerja panel dokter ahli dalam menangani kasus-kasus yang rumit secara diagnostik dan menuntut secara intelektual.

Microsoft menyatakan bahwa saat dipasangkan dengan model AI o3 milik OpenAI, sistem ini berhasil “memecahkan” delapan dari sepuluh studi kasus yang dipilih secara khusus sebagai tantangan diagnostik.

Baca juga: Cara Edit Foto Bareng Idola Tanpa Aplikasi via Sora AI yang Viral di TikTok, Lengkap Promptnya

Sebaliknya, ketika studi kasus yang sama diberikan kepada dokter praktik yang tidak memiliki akses ke rekan sejawat, buku teks, atau chatbot, tingkat keberhasilannya hanya dua dari sepuluh.

Microsoft juga menyoroti bahwa diagnosis menggunakan AI berpotensi lebih murah dibandingkan menggunakan dokter manusia karena prosesnya yang lebih efisien.

Meski demikian, Microsoft menekankan bahwa AI tidak dimaksudkan untuk menggantikan peran dokter.

Mustafa Suleyman mengatakan bahwa pihaknya meyakini AI akan melengkapi tenaga medis, bukan menggantikannya.

“Peran klinis dokter jauh lebih luas daripada sekadar menulis diagnosis. Mereka harus mampu menghadapi ambiguitas dan membangun kepercayaan dengan pasien serta keluarga mereka. Hal-hal seperti itu tidak bisa dilakukan oleh AI,” tulis Microsoft dalam sebuah blog resmi yang mengumumkan penelitian mereka, yang saat ini sedang diajukan untuk proses peer review.

Meski demikian, penggunaan slogan “jalan menuju kecerdasan super medis” menunjukkan adanya potensi perubahan besar di sektor layanan kesehatan.

Kecerdasan umum buatan (AGI) merujuk pada sistem yang mampu melakukan tugas kognitif setara dengan manusia dalam berbagai bidang.

Sedangkan kecerdasan super adalah konsep teoretis yang menggambarkan sistem yang melampaui kapasitas intelektual manusia secara keseluruhan.

Suleyman mengatakan kepada The Guardian bahwa sistem ini diperkirakan akan beroperasi dengan sangat baik dalam waktu dekat.

“Cukup jelas bahwa kita berada di jalur yang tepat untuk membuat sistem ini hampir tanpa kesalahan dalam 5–10 tahun ke depan. Ini akan menjadi tantangan besar bagi seluruh sistem kesehatan di dunia,” ujarnya.

Baca juga: Tutorial Pakai AI Face Swap 2 Orang Gratis untuk Edit Foto yang Viral di TikTok, Hasil Akurat!

Menjelaskan latar belakang penelitian ini, Microsoft menyatakan bahwa mereka sempat meragukan validitas sistem AI yang mampu meraih skor tinggi dalam Ujian Lisensi Medis Amerika Serikat (USMLE), ujian utama untuk memperoleh lisensi medis di AS.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved