Tribun Kaltim Hari Ini
Pengantin Baru Hilang di Laut, KMP Tunu Pratama Jaya Tenggelam di Selat Bali
Pasangan suami istri, Bintang Nur Hidayat dan Elly, menjadi korban KMP Tunu Pratama Jaya yang tenggelam di Selat Bali, Rabu (2/7/2025).
“Pukul 23.20 WIB kami mendapat info dari perwira jaga KMP Tunu Pratama Jaya soal panggilan distress,” kata Koordinator Pos SAR Banyuwangi, Wahyu Setiabudi, Kamis (3/7).
Hanya berselang 15 menit, tepat pukul 23.35 WIB, kapal dinyatakan tenggelam.
Petugas jaga Syahbandar menyebutkan, kapal terlihat terbalik sebelum akhirnya hanyut ke arah selatan.
Informasi lain di jaringan komunikasi pelayaran menyebutkan, kapal sempat mengalami black out setelah mengirim permintaan tolong melalui saluran komunikasi maritim Channel 17.
Pada Kamis (3/7) pukul 00.22 Wita, kapal dinyatakan telah terbalik dan hanyut. (tribunnews)
Teriak, Doa dan Harapan
Imron (48) berjuang mati-matian bertahan hidup ketika terlempar dari KMP Tunu Pratama Jaya yang tenggelam di Selat Bali, Rabu (2/7/2025) malam.
Imron, warga Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi, Jawa Timur awalnya tidak sempat pakai pelampung.
"Saya kurang tahu pasti jam berapa naik ke kapal. Yang jelas saat di kapal itu saya sempat chattingan dengan teman saya, memberi kabar bahwa saya sudah di kapal," ujarnya, Kamis (3/6).
Namun tak berselang lama, ia merasakan kapal terombang-ambing ke kanan dan kiri.
Baca juga: 1 Mobil Brio Warna Hitam Dievakuasi di Pelabuhan Batu Penajam dari KMP Muchlisa
Para kru kapal ia lihat berlarian, demikian penumpang yang berada di dalam ruangan terlihat keluar dan mengambil rompi pelampung.
"Itu kejadiannya sekitar 10 sampai 15 menit sejak berangkat. Karena perasaan saya mulai tidak enak, saya langsung tutup ponsel. Tidak lama kemudian air masuk ke kapal," bebernya.
Kerasnya gelombang air laut malam itu sempat menghempaskan Imron ke tiang kapal. Ia akhirnya terjatuh di laut, namun belum mendapatkan pelampung.
"Tak lama kemudian saya lihat pelampung sekitar 4 meter dari saya, kemudian saya kejar. Agak kerepotan pakai pelampung di permukaan air. Berani tidak berani, saya memutuskan menyelam baru bisa pakai, dan ikat pelampung," katanya.
Imron yang kelelahan setelah 30 menit mengejar pelampung, kemudian memutuskan istirahat sejenak.
Hingga tak lama ada perahu karet yang mendekat padanya.
"Perahu itu kondisinya belum mengembang. Butuh waktu sejam hingga perahu benar-benar mengembang dan bisa dinaiki," imbuhnya.
Setelah mengembang sepenuhnya, perahu karet itu selanjutnya diisi 16 orang.
Satu di antaranya perempuan dan sisanya laki-laki.
Kendati berhasil selamat dari kapal tenggelam, namun 16 orang tersebut harus bertahan terombang- ambing berjam-jam di lautan.
"Saya teriak-teriak di tengah laut minta tolong dari atas kapal karet itu serta baca-baca doa," ujarnya.
Imron tak menampik jika dirinya sempat merasa putus asa. Sebab pada malam itu, ombak di lautan cukup tinggi.
"Saya pikir, bisa selamat dari kapal tenggelam tapi tidak bisa selamat dari ombak. Ombaknya besar, seandainya digulung ombak mungkin semuanya yang di atas perahu karet sudah terkapar," ucapnya.
Menurut Imron, diperkirakan kapal itu tenggelam pukul 23.29 wib. Sedangkan ia mendapat pertolongan nelayan sekitar pukul 05.30 wita.
"Kalau dibilang trauma, pasti saya trauma naik kapal. Tapi mau bagaimanapun harus balik ke
Banyuwangi naik kapal," tandas dia.
Cemas menanti
Imam Bakri cemas menanti pasca menerima kabar kabar tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali.
Sejak menerima kabar pukul 03.30 Wita tadi, keberadaan istri dan anak keduanya yang masih balita belum diketahui.
Imam terlihat banyak merenung saat ditemui tribun-bali.com di Posko ASDP Gilimanuk, Kabupaten Jembrana, Kamis (3/6).
Wajahnya cemas menanti kabar istrinya bernama Fitri April Lestari (32) dan anak keduanya Afnan Aqiel Mustafa (3) yang belum ditemukan.
Imam mengatakan istri dan anak keduanya bermaksud untuk menemui dia yang bekerja di Kota Denpasar.
Keduanya berangkat dari Kecamatan Cluring, Banyuwangi dengan menumpang travel.
"Kontak terakhir saya dengan istri saat dia memberi kabar sudah naik kapal. Setelah itu tidak ada kabar lagi," ucapnya.
Hingga sekitar pukul 03.30 wita, Imam menerima panggilan telepon dari pihak travel, yang mengabarkan terjadi kecelakaan kapal.
Perasaan tak nyaman sontak menghantui Imam.
Sekitar pukul 04.00 Wita, ia bergegas menuju Gilimanuk untuk mencari keberadaan istri dan anaknya.
Namun hingga Kamis siang, belum ada kabar keberadaan istri dan anaknya.
"Saya terus berdoa sambil cari data keberadaan istri dan anak, namun sampai saat ini belum ada informasi. Saya berharap anak dan istri saya segera ditemukan dan dalam kondisi selamat," ucapnya.
Kronologi Tenggelammnya KMP Tunu Pratama Jaya
- Pukul 22.56 WIB: KMP Tunu Pratama Jaya berangkat dari Pelabuhan Ketapang.
- Pukul 23.16 WIB: Terdengar panggilan bantuan di channel 17 radio kapal. Diduga kapal mengalami kebocoran mesin.
-Pukul 23.20 WIB: Perwira jaga kapal melakukan panggilan darurat (distress call).
- Pukul 23.25 WIB: Petugas jaga Syahbandar melaporkan kapal sudah tenggelam dan hanyut ke arah selatan.
- Hingga dini hari: Tim SAR menerima laporan dan mulai melakukan operasi pencarian.
Ikuti berita populer lainnya di saluran berikut: Channel WA, Facebook, X (Twitter), YouTube, Threads, Telegram
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.