Berita Nasjonal Terkini

Alasan Bocah 9 Tahun Habibi Sangat Ingin Bahagiakan Orangtua yang Menitipkannya di Panti Asuhan

Habibi, bocah 9 tahun tak dendam kepada kedua orangtua yang menitipkannya di Panti Asuhan, dan justru ingin membahagiakan ayah dan ibunya

Editor: Doan Pardede
TribunNewsmaker.com | KOMPAS.com/AZWA SAFRINA
ANAK PANTI ASUHAN - Habibi hanya ingin satu hal: bisa bahagiakan orangtua yang menitipkannya ke panti karena tak mampu.(TribunNewsmaker.com | KOMPAS.com/AZWA SAFRINA) 

TRIBUNKALTIM.CO - Habibi, bocah yang masih berusia 9 tahun tak dendam kepada kedua orangtua yang menitipkannya di Panti Asuhan Ulul Azmi, Gunung Anyar, Surabaya.

Malah, Habibi punya keinginan mulia yang ingin suatu saat diwujudkan untuk orangtua yang menitipkannya di Panti Asuhan karena kemiskinan itu.

Di balik dinding sederhana Panti Asuhan Ulul Azmi, Habibi menyimpan mimpi yang luar biasa. 

Mimpinya yakni ingin membelikan mobil untuk orangtuanya yang menitipkannya karena tak sanggup membiayainya.

Baca juga: Astra Motor Kaltim 1 Adakan Stylo Fashion Ride dan Berikan Santunan Panti Asuhan Hidayatullah Berau

Meski sempat menangis dan ingin kabur, Habibi kini justru tumbuh dengan hati paling lapang memimpikan kebahagiaan bagi orang yang harus melepasnya sejak umur 8 tahun. 

Habibi, seorang anak berusia 9 tahun memiliki hati mulia meskipun mendapat perlakuan tak menyenangkan dari orang tua.

Ketika rasa rindu melanda, Habibi biasanya berbincang lewat sambungan telepon dengan orangtuanya.

Ya, Habibi tidak tinggal langsung bersama kedua orang tuanya.

Habibi dititipkan oleh orang tuanya di sebuah panti asuhan.

Bukan tanpa alasan, orang tua Habibi tak mampu membiayai sang anak lantaran sudah memiliki banyak anak. 

Nasib Habibi akhirnya harus dititipkan ke panti asuhan oleh kedua orangtuanya.

Jika rindu dengan orang tua, Habibi langsung menelpon orang tuanya meski tak bertemu secara nyata.

“Biasanya telepon sama mama, ditanya, ‘Di situ gimana? Nyaman enggak? Habibi sekarang sudah bisa ngaji enggak?’,” terangnya.

ANAK PANTI ASUHAN - Habibi hanya ingin satu hal: bisa bahagiakan orangtua yang menitipkannya ke panti karena tak mampu
ANAK PANTI ASUHAN - Habibi hanya ingin satu hal: bisa bahagiakan orangtua yang menitipkannya ke panti karena tak mampu (TribunNewsmaker.com | KOMPAS.com/AZWA SAFRINA)

Masa terindah yang paling diingatnya adalah saat dia bersama kedua orangtuanya bermain di wahana pasar malam atau mengelilingi bazar-bazar.

Anak yang beranjak sembilan tahun itu juga sangat suka memancing yang diajarkan oleh sang ayah.

“Terakhir memancing di tambak sebelum pindah ke sini, dapat 10 ikan dimakan bareng-bareng,” paparnya.

Meski begitu, kini Habibi yang baru menginjak kelas 3 SD itu harus tetap tegar dan mempersiapkan masa depannya.

Dititipkan di panti asuhan, Habibi justru punya mimpi yang sangat mulia.

Siapa yang menyangka Habibi memimpikan agar suatu saat ia bisa menyenangkan ayah ibunya.

“Nanti kalau sudah besar ingin belikan mama papa sepeda, mobil, bahagiakan mereka biar bisa tinggal sama-sama lagi,” ungkap dia.

Panti asuhan tak cuma menjadi tempat berlindung anak-anak yang tidak memiliki orangtua, tapi pun menjadi jembatan pendidikan bagi anak-anak dari keluarga miskin.

Salah satunya adalah Habibi, bocah laki-laki kelahiran Malang, Jawa Timur, yang harus berpisah dengan orangtuanya sejak berumur delapan tahun, dan menjalani kehidupan yang tidak pernah dia harapkan.

Habibi adalah anak ketiga dari empat saudara, dengan dua kakaknya yang duduk di bangku SMP dan SMK, serta adiknya yang masih balita.

Tidak diketahui pasti apa pekerjaan kedua orangtua Habibi, namun yang jelas, dia lahir dari keluarga yang serba kekurangan hingga memaksanya masuk ke panti asuhan.

“Waktu itu mama bilang, ‘Habibi mau enggak masuk panti?’ Aku tanya, ‘Apa itu panti, Ma?’ Ya, panti itu kayak pondok pesantren tapi agak beda."

"Oh, mulai kapan? Ya, kalau bisa mulai hari Minggu. Diantar siapa? Sama mama,” jelas Habibi saat ditemui Kompas.com, Jumat (25/7/2025) lalu.

Akhirnya, pada awal tahun 2024, menjadi kali pertama Habibi dirawat di Panti Asuhan Ulul Azmi yang berlokasi di Jalan Raya Wiguna Timur, Kecamatan Gunung Anyar, Surabaya, Jawa Timur.

Di usianya yang masih belia, Habibi harus menerima kenyataan pahit itu, yang tentu membuatnya syok.

Salah satu pengurus panti asuhan, Umi Fadilah, mengatakan, sekitar dua hari setelah kepindahan, Habibi berusaha melarikan diri dari panti, tetapi berhasil ditemukan kembali.

“Waktu itu dia sambil nangis teriak-teriak bilang, ‘Aku kangen mama, aku mau mama’. Ya, sebenarnya kasihan sih, Mbak, tapi mau gimana lagi, keluarganya juga kurang mampu,” ujar Umi.

Akhirnya, pihak panti asuhan memberikan pengertian kepada Habibi bahwa jika keadaan menjadi lebih baik, maka dia dapat kembali lagi dengan keluarganya.

Baca juga: APJI Balikpapan Santuni 60 Anak Panti Asuhan, Dorong Dukungan untuk Pengusaha Kuliner Lokal

“Ya, kita beri pengertian, mungkin Habibi ditaruh di sini dulu, nanti kalau mama sudah ada rezeki, Habibi bisa sekolah di rumah (di Malang) lagi, bisa ikut mama lagi. Semenjak itu, sudah enggak pernah ngerengek lagi sih,” kata dia.

Habibi menuturkan, kala itu ibunya hanya menyampaikan bahwa dirinya harus tinggal di panti asuhan untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

“Mama bilangnya Habibi harus tinggal di sini biar lebih pintar, bisa ngaji, bisa sekolah,” kata Habibi.

Sang ibu selalu mengunjunginya setiap dua minggu sekali dan saat libur sekolah tiba.

“Sama sewaktu malam takbiran, malam ke-25 puasa selalu pulang ngumpul sama keluarga. Di rumah saja, enggak keluar, tapi senang karena kumpul lagi,” jelasnya dengan suara lirih dan kepala tertunduk.

Setiap kali berkunjung, Habibi selalu menghabiskan waktunya seharian mengobrol maupun jalan-jalan di taman bersama ibunya.

“Biasanya ngobrol tentang masa kecilku kayak, ‘Ma, aku boleh lihat foto kecilku enggak?’, terus ditunjukin waktu aku bayi gimana,” ucap dia.

Meskipun ia tidak pernah diberitahu alasan panti asuhan yang dipilih sangat jauh dari kota kediamannya, kini Habibi sudah bisa beradaptasi dan merasa nyaman dengan lingkungan barunya.

“Enggak pernah tanya ke mama sih (soal alasan dipindahkan ke panti asuhan yang jauh), enggak berani tanya, takut dimarahi. Tapi, aku tetap sayang mama papa,” ucap dia.

Sekarang, Habibi sudah bisa bermain dengan nyaman dan ceria kembali bersama teman-teman seumuran maupun kakak-kakak di panti asuhannya.

Segala kegiatan mulai dari bersih-bersih kamar, belajar, bermain, hingga sekolah dijalani bersama.

“Kalau yang paling suka beres-beres di hari Minggu, biasanya setelah itu dikasih uang Rp 10.000 bisa buat beli jajan wafer,” ungkap dia, seperti dilansir TribunNewsmaker.com di artikel berjudul Habibi Bocah 9 Tahun Ditinggal di Panti Surabaya, Mimpinya Ingin Belikan Mobil untuk Orangtua.

Ikuti berita populer lainnya di saluran berikut: Channel WA, Facebook, X (Twitter), YouTube, Threads, Telegram

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved