Balita di Samarinda Dibunuh

Anak Ditutup Kain Kuning oleh Ayahnya, Polisi Rilis Kronologi Pembunuhan 2 Balita di Samarinda

Seorang pria berinisial W di Samarinda, Kalimantan Timur, tega menghabisi nyawa dua anak kandungnya yang masih balita.

|
Editor: Doan Pardede
Tribun Kaltim
PEMBUNUHAN BALITA SAMARINDA - Headline Tribun Kaltim 30 Juli 2025. Anak ditutup kain kuning oleh ayahnya, Polisi rilis kronologi pembunuhan 2 balita di Samarinda, Kalimantan Timur. 

"Tapi karena ada rasa kasihan, pelaku menghentikan cekikannya. Neneknya berhasil kabur dan meminta bantuan warga," ungkap Hendri. 

Usai peristiwa itu, pelaku tidak kabur dan hanya duduk terdiam di rumahnya.

Polisi langsung mengamankan pelaku dan menetapkannya sebagai tersangka pembunuhan berencana.

Tes urine menunjukkan W negatif dari zat terlarang.

Ia juga menjalani pemeriksaan kejiwaan di RSJD Atma Husada Samarinda, sementara autopsi terhadap korban masih menunggu hasil resmi.

Pelaku dijerat dengan Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana Jo Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan, serta Pasal 76C Jo Pasal 80 UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. 

"Ancaman hukuman seumur hidup atau maksimal 20 tahun penjara, bisa ditambah 15 tahun karena korbannya anak-anak," kata Hendri. 

Rekonstruksi kasus akan dilakukan dalam waktu dekat.

Polresta Samarinda menyatakan bahwa proses penyidikan akan dikawal secara profesional dan berkoordinasi dengan Kejaksaan Negeri Samarinda. 

Masih Syok

Ibu dari dua balita yang tewas dibunuh ayah kandungnya di Kota Samarinda, Kalimantan Timur, masih mengalami syok berat dan memerlukan pendampingan psikologis. 

Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak (TRC PPA) menyebut ibu korban masih sangat terpukul atas tragedi yang terjadi di rumah mereka di Jalan Rimbawan 1, Kelurahan Karang Anyar. 

"Kami sudah koordinasi dengan UPTD PPA untuk memberikan pendampingan psikologis. Ibu korban masih sangat terpukul," kata Ketua TRC PPA Kaltim, Rina Zainun kepada TribunKaltim.co, Senin (28/7/2025).

Dari keterangan istri pelaku, suaminya yang selama ini berperan sebagai pengasuh anak karena tidak bekerja.

Akan tetapi, suaminya tidak pernah menunjukkan gelagat mencurigakan atau mengalami gangguan jiwa. 

"Menurut sang istri, tidak pernah ada cekcok karena ekonomi. Pelaku juga tidak menunjukkan tanda- tanda gangguan jiwa. Bahkan sebelum kejadian, istri masih memberi makan anak-anak dan berbincang dengan suaminya,” lanjut Rina.

Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved