Berita Kaltim Terkini
Ada yang Diterkam Saat Main HP, Kasus Manusia Diterkam Buaya di Kaltim Sepanjang 2025 Bertambah Lagi
TewasnyaDongak (61) seorang lansia di Paser di awal bulan Agustus 2025 ini menambah panjang daftar manusia diterkam buaya di Kaltim.
TRIBUNKALTIM.CO - TewasnyaDongak (61) seorang lansia di Paser di awal bulan Agustus 2025 ini menambah panjang daftar manusia diterkam buaya di Kaltim.
Sepanjang tahun 2025 ini, tercatat sudah ada 10 kasus manusia diterkam buaya di Kaltim, dan korban terbanyak adalah anak-anak.
Korban tadi diterkam buaya saat sedang berenang, memancing, hingga sedang main HP.
Khusus di Paser,kemunculan buaya di sejumlah wilayah kini semakin sering terjadi.
Baca juga: Rumah Produksi Batik Tanjung Langit Paser Catat Omzet Rp 10 Jutaan per Bulannya
Fenomena ini mengundang perhatian berbagai pihak, termasuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Paser.
Komandan Rescue BPBD Paser, Marwansyah, menyampaikan bahwa meningkatnya populasi buaya di Paser bukanlah hal kebetulan, melainkan dipengaruhi oleh beberapa faktor utama.
Menurut Marwansyah, perubahan cuaca menjadi salah satu penyebab utama. Cuaca panas yang melanda wilayah Paser dalam waktu yang cukup lama telah menciptakan kondisi ideal bagi telur-telur buaya untuk menetas secara alami.
“Satu ekor buaya bisa puluhan bahkan bisa ratusan tuh telurnya karena cuaca ini memenuhi untuk untuk hidup, jadi kembangnya dia netas,” jelas Marwansyah pada Selasa (24/6/2025)
Tingkat penetasan yang tinggi berakibat pada peningkatan populasi buaya dalam waktu relatif singkat.
Tidak hanya itu, kondisi lingkungan yang semakin tertekan juga turut mendorong pergerakan buaya ke wilayah-wilayah baru.
Banyaknya perambahan hutan di daerah aliran sungai (DAS) membuat ekosistem tempat buaya mencari makan menjadi terganggu.
Pohon-pohon yang ditebang secara masif menyebabkan berkurangnya populasi satwa yang menjadi mangsa alami buaya seperti monyet dan ikan air tawar.
“Karena memang buaya itu karakternya dia mau cari yang aman, tempat yang aman. Di sana kan sudah banyak makanan kurang karena akibat penembangan pohon di kiri kanan,” ungkapnya.

Marwansyah menambahkan bahwa buaya memiliki naluri kuat untuk bertahan hidup. Ketika sumber makanan terganggu, mereka akan bermigrasi mencari habitat baru yang lebih nyaman dan aman, meski harus mendekati wilayah aktivitas manusia.
Saat ini, keberadaan buaya sudah dilaporkan di berbagai daerah, mulai dari Kendur, Damit, Olong Pinang, hingga Muara Samu wilayah-wilayah yang sebelumnya tidak pernah menjadi tempat buaya menetap.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.