HUT Kemerdekaan RI
Endiarto, Sutradara Film Animasi Merah Putih One for All, Jejaknya Pernah Bertemu Giring Ganesha
Film animasi Merah Putih One For All justru mendapat kritik tajam dari warganet terhadap kualitas animasi dan narasi yang dinilai jauh dari standar
Namun, tiga hari sebelum upacara, bendera tersebut hilang secara misterius.
Delapan anak itu pun bersatu dalam misi heroik untuk menyelamatkan bendera merah putih, menghadapi berbagai tantangan demi menjaga simbol kemerdekaan bangsa.
Anggaran Produksinya
Film ini disebut menelan biaya produksi sebesar Rp 6,7 miliar, angka yang tergolong besar untuk proyek animasi lokal.
Proses pengerjaan dimulai pada Juni 2025 dan rampung dalam waktu kurang dari dua bulan.
Informasi ini dikonfirmasi melalui akun Instagram resmi @movreview dan akun produser @totosoegriwo.
Mengapa Film Ini Dikritik?
Alih-alih mendapat pujian, trailer film Merah Putih: One For All justru dibanjiri kritik. Warganet menyoroti kualitas animasi yang dianggap kaku, grafis yang dinilai di bawah standar film bioskop modern, serta storytelling yang kurang matang.
Banyak YouTuber melakukan reaction terhadap trailer tersebut.
Beberapa netizen bahkan membandingkannya dengan film animasi lokal lain seperti Jumbo, yang dinilai lebih unggul dari segi eksekusi.
Menanggapi kritik tersebut, Toto Soegriwo menulis di akun Instagram-nya:
“Senyumin aja. Komentator lebih pandai dari pemain. Banyak yang mengambil manfaat juga kan? Postingan kalian jadi viral kan?”
Latar Belakang Produksi dan Tujuan Film
Merah Putih: One For All dibuat sebagai bagian dari kampanye edukatif untuk anak-anak Indonesia agar lebih mengenal nilai-nilai kebangsaan, persatuan, dan keberagaman.
Meski eksekusinya menuai kontroversi, film ini tetap menjadi upaya penting dalam menghadirkan konten lokal bertema nasionalisme di layar lebar.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.