Penjelasan BMKG dan Astronot Amatir Soal Fenomena Topi Awan di Gunung Merapi, Lawu, Arjuno, Merbabu
Simak penjelasan BMKG soal fenomena topi awan di atas Gunung Merapi, Gunung Lawu, Gunung Arjuno dan Gunung Merbabu
TRIBUNKALTIM.CO - Simak penjelasan BMKG soal fenomena topi awan di atas Gunung Merapi, Gunung Lawu, Gunung Arjuno dan Gunung Merbabu.
Diketahui, fenomena topi awan terlihat seperti awan berbentuk lingkaran tepat di atas puncak suatu gunung.
Sejumlah warganet mengunggah foto yang menampilkan fenomena gunung bertopi awan yang nampak di dekat daerah mereka baru-baru ini.
• Kabar Terkini dan Nama 13 Pendaki yang Terjebak Kebakaran Hebat di Gunung Raung, Ada 7 WNA Singapura
• Alasan Ingin Menjemur, Pendaki Mancanegara Naik Gunung Cartensz September-November
• Berawal dari Pesta Miras, 150 Kios Terbakar di Distrik Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua
Salah satunya seperti unggahan dari akun Twitter Merapi News, @merapi_news yang mengunggah empat foto gunung bertopi awan, yakni Gunung Lawu, Gunung Merapi, Gunung Arjuno, dan Gunung Merbabu.
Sebelumnya, sekumpulan awan yang membentuk topi juga terjadi di puncak Gunung Lawu pada Kamis (3/10/2019) sekitar pukul 05.22 WIB dan menjadi perbincangan di media sosial.
"Tidak hanya Gunung Lawu, tapi Gunung Merapi, Gunung Merbabu, dan Gunung Arjuno juga diselimuti awan lenticular di puncaknya tadi pagi," tulis akun Merapi News dalam twitnya.
Menanggapi keseragaman fenomena awan topi yang terbentuk di waktu yang sama ini, astronot amatir Marufin Sudibyo menjelaskan bahwa kejadian tersebut terjadi karena gunung menghadapi terpaan angin lokal.
"Awan ini disebut awan lentikular.
Mereka terbentuk bersamaan karena pada saat yang sama, gunung-gunung itu menghadapi terpaan angin lokal pada situasi udara yang relatif lembab dan bersuhu lebih dingin," ujar Marufin saat dihubungi Kompas.com, Minggu (6/10/2019).
Marufin mengungkapkan, awan lentikular merupakan awan stasioner (tak bergerak/menetap di satu tempat) yang terbentuk saat aliran udara menubruk satu penghalang besar.
Sehingga membentuk pusaran stasioner.
Adapun penghalang yang dimaksud bisa berupa puncak gunung, bisa berupa kawasan dengan tekanan udara lokal lebih tinggi.
"Di pusaran itulah awan terbentuk, yang bisa bertahan mulai beberapa jam hingga berhari-hari kemudian," ujar Marufin.
Pertanda Badai
Tak hanya itu, Marufin juga mengungkapkan bahwa pada umumnya awan lentikular terbentuk saat pagi hari atau sore hari, di mana udara cenderung lebih dingin.