Virus Corona
Skenario Ahli, Akhir Pandemi Corona di Indonesia, Bukan Hanya Kapan Puncaknya, tapi Seberapa Tinggi?
Berikut ini skenario ahli mengenai akhir pandemi Corona di Indonesia, bukan kapan puncaknya, tapi seberapa tinggi puncaknya, ini risiko yang dihadapi
TRIBUNKALTIM.CO - Berikut skenario ahli mengenai akhir pandemi Corona di Indonesia, bukan kapan puncaknya, tapi seberapa tinggi puncaknya, ini risiko yang akan dihadapi.
Saat ini sudah memasuki pekan keempat April 2020, kapankah covid-19 ini akan berakhir, ahli berikan penjelasan mengenai dua skenario kemungkinan yang terjadi.
Direktur Lembaga Eijkman Profesor Amin Soebandrio yang perlu diperhatikan bukan kapan puncaknya, tetapi seberapa tinggi puncak dari pandemi covid-19 ini, karena ada risiko yang akan dihadapi.
Direktur Lembaga Eijkman Profesor Amin Soebandrio mengatakan berbagai prediksi dilakukan para peneliti dan ahli di Indonesia untuk memperkirakan puncak pandemi virus Corona ini.
"Tetapi tidak cukup sampai kapan puncak ( pandemi ) itu akan tercapai, namun yang lebih penting adalah seberapa tinggi puncaknya," kata Prof Amin dalam acara Ngopi Ring 1, Satu Asa Lawan covid-19 yang digelar Lembaga Survei Kedai Kopi, Rabu (22/4/2020).
Prof Amin mengacu pada salah satu prediksi, apabila puncak tertinggi wabah virus Corona di Indonesia terjadi pada 2-3 minggu ke depan dengan angka kasus mendekati 100.000 orang.
• Sandiaga Uno Dipuji Orang Kepercayaan Megawati, hingga Beber Virus Corona di Indonesia Mereda
• Viral di WhatApp, Mesin ATM Tempat Tertinggi Penularan Virus Corona, Penjelasan IDI & Langkah Aman
• DI ILC, Rizal Ramli Sebut Prabowo, tak Ada Suaranya tapi Dia Tidak Tanda Tangani Proyek Alutsista
• Fuad Bawazier Sebut Istilah Kabinet Kaki Tiga di ILC, Singgung Peran Luhut, Sri Mulyani & Airlangga
Dalam prediksi tersebut, angka kasus akan turun tajam setelah 1-2 minggu, sampai wabah selesai.
Namun, ada yang dilupakan, kata Prof Amin, menurut data saat ini, pasien covid-19 yang dites dengan PCR dan dirawat di rumah sakit ada sekitar 80 persen.
Prof Amin mengungkapkan sekarang pasien positif virus Corona sekitar 7.000, tetapi yang mendapat perawatan sekitar 80 persen itu ada kurang lebih 5.000 sampai 6.000 orang.
"Bisa dibayangkan jika orang yang terinfeksi ada 100.000 orang, maka yang perlu mendapat perawatan di rumah sakit ada sekitar 70.000 sampai 80.000 orang.
Pertanyaannya, apakah fasilitas layanan kesehatan kita siap merawat pasien sebanyak itu," ungkap Prof Amin.
Sedangkan skenario kedua, merujuk pada grafik kasus yang lebih stabil dengan tidak berharap puncak kasus pandemi Corona ini tidak terlalu tinggi.
"Kalau puncaknya sekitar 10.000 sampai 15.000 kasus, dengan asumsi 80 persen pasien dirawat di rumah sakit, berarti kebutuhan tempat tidur pasien sekitar 8.000 sampai 10.000 an saja," jelas dia.
Angka ini relatif lebih rendah, dibandingkan jika mengharapkan skenario puncak pandemi dengan angka yang tinggi.
Kendati memang dengan menggunakan skenario kedua, kemungkinan masa pandemi Corona ini akan lebih lama selesainya.