Virus Corona

Sosok Ini Tawarkan Kurikulum Transisi di Fase Pendidikan Sekolah New Normal, Begini Kisi-kisinya

Sosok ini tawarkan kurikulum transisi di fase pendidikan sekolah new normal, begini kisi-kisinya

Editor: Rafan Arif Dwinanto
ABS-CBN News
ILUSTRASI - Sekolah di Filipina 

TRIBUNKALTIM.CO - Sosok ini tawarkan kurikulum transisi di fase pendidikan sekolah new normal, begini kisi-kisinya.

Sudah sekitar 3 bulan terakhir Kegiatan Belajar Mengajar tatap muka di sekolah ditiadakan akibat pandemi Virus Corona atau covid-19.

Wacana sekolah tatap muka kembali mencuat setelah Presiden Jokowi menggaungkan fase new normal.

Seorang pengamat pendidikan menyarankan penggunaan kurikulum transisi di fase sekolah tatap muka, new normal.

Beberapa pengamat pendidikan menyebut kurikulum harus ikut menyesuaikan keadaan, terkait wacana pemerintah yang akan memberlakukan Kegiatan Belajar Mengajar konvensional di masa transisi new normal menjelang ajaran baru.

Hal ini menjadi perbincangan karena sektor pendidikan dan sektor kesehatan bagi siswa dan guru sama-sama penting untuk diprioritaskan.

 Kematian Covid-19 di Wilayah Khofifah Lampaui Daerah Anies, Dirut RS Menangis Dapat Laporan Begini

 Punya Utang Jatuh Tempo Rp 6,5 Triliun, Begini Cara BPJS Kesehatan Melunasinya, Kategori Gagal Bayar

 Dipicu Balita Bocor Jantung tak Dilayani Bupati Barito Kuala Hentikan Kerjasama BPJS Kesehatan

Dalam hal ini, Pemerhati Pendidikan dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Dr. Martadi M.Sn menawarkan alternatif yang bisa dipilih sekolah dengan menyesuaikan kurikulum dimasa transisi new normal.

"Kurikulum ini bisa disusun dengan memodifikasi Kurikulum 2013, baik penyederhanaan isi, strategi pembelajaran, dan penilaian agar lebih aplikatif serta kontekstual dengan kehidupan sekolah bahkan lingkungan keluarga," kata Martadi, Jumat (12/6/2020).

Menurutnya, Isi kurikulum transisi dapat disusun lebih realistis dengan mempertimbangkan beberapa hal penting seperti, keterbatasan waktu pembelajaran, daya dukung, dan pertemuan tatap muka antara guru-siswa.

"Yang lebih penting lagi, kurikulum transisi harus disusun dengan melibatkan orang tua partisipatif dan menempatkan keluarga sebagai bagian penting dalam pembelajaran atau home learning.

Sehingga kurikulum transisi harus berbasis rumah atau home base curriculum," ujar pria yang pernah meraih penghargaan sebagai Pengerak Literasi Surabaya dari Walikota Surabaya (2018).

kurikulum transisi, tidak boleh terlalu menekankan pada ketuntasan pencapaian target akademik akantetapi justru di fokuskan kepada pembentukan karakter, soft skills, dan nilai-nilai kepedulian kolektif untuk pencegahan penyebaran virus covid-19.

Melihat perbedaan kondisi sekolah di masing-masing daerah, Martadi merasa penting bagi sekolah diberikan ruang otonomi dalam menyusun kurikulum transisi.

"Pemerintah cukup membuat rambu-rambu secara umum, yang bisa dijadikan pedoman sekolah dalam menyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikannya (KTSP)," jelas pria yang pernah menjadi dosen berprestasi Universitas Negeri Surabaya (2008).

Di samping itu, Ia menilai Revitalisasi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) menjadi program atau ektrakurikuler yang wajib diberikan kepada semua siswa.

Halaman
123
Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved