Ida Harus Berbagi Ponsel untuk Pembelajaran Daring Kedua Anaknya di Samarinda

Sudah lebih dua minggu ketiga anak Nur Aida warga Jalan Nughoro Noto Susanto, Kota Samarinda, Kalimantan Timur sekolah menggunakan cara daring.

TRIBUNKALTIM.CO/NEVRIANTO HARDI PRASETYO.
BELAJAR DARING-Warga Jalan Nugroho Noto Susanto, Nuraida mengawasi ketiga anaknya belajar menggunakan metode Daring (Dalam Jaringan), dirumah keluarganya, Minggu(26/7/2020) 

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Sudah lebih dua minggu ketiga anak Nur Aida warga Jalan Nughoro Noto Susanto, Kota Samarinda, Kalimantan Timur sekolah menggunakan cara daring.

Menurutnya selama dua Minggu terakhir ia merasa kesulitan dalam membagi waktu belajar anaknya dengan sistem online.

Bukan karena keterbatasan waktu untuk menemani ketiga anaknya belajar, tapi justru hal tersebut karena terbatasnya alat bantu untuk melakukan pembelajaran secara daring.

Sebab ia hanya memiliki satu ponsel khusus untuk melakukan pembelajaran secara online.

Bahkan ponsel tersebut harus dibagi ketiga anaknya agar bisa mendapatkan ilmu dari sekolah meskipun tidak melakukan tatap muka secara langsung.

Baca Juga:Disdikbud Kukar Sediakan Portal dan YouTube Kukar Pintar untuk Pembelajaran Daring

Baca Juga:Disdikbud Kukar Sediakan Portal dan YouTube Kukar Pintar untuk Pembelajaran Daring

"Ribetnya itu kalau misal hapenya terbatas anak dua atau tiga hp hanya satu. Kedua kalau kuota habis kami mau pakai WiFi cuma berpikir lagi bapaknya jualan kayaknya mubazir pakai WiFi kalau dipasang di rumah," ucap Nur Aida melalui sambungan telepon, Minggu (26/7/2020).

Selain itu keterbatasan lainnya, saat ini saat anak pertamanya belajar daring. Apalagi saat ini anak pertamanya itu sedang tinggal di rumah neneknya.

Sehingga mau tidak mau ponsel yang ia miliki yang berfungsi untuk berjualan secara daring pun digunakan untuk kedua anaknya yang lain.

"Harus diakalin waktunya," katanya. Sementara itu ia pun harus memutar otak agar pengeluaran bulanan tidak membengkak.

Salah satu caranya adalah menekan biaya yang dirasakan tidak penting. Seperti penghematan kuota internet. Yang biasanya kuota internet dipakai untuk mengakses konten YouTube saat inipun dilarang.

"Kita lakukan sehemat mungkin. Kalau dulu buka YouTube boleh saja. Sekarang ini kalau main hp hanya buat belajar saja," ucapnya.

Bahkan saat ini pendapatan keluarganya pun tidak menentu. Hal tersebut dikarenakan suaminya yang berjualan di kantin sekolah harus berjualan di rumah. Hal ini berpengaruh terhadap pendapatan hariannya.

"Sekarang jualan apa yang bisa dijual. Mulai dari makanan dijual online sampai barang. Kalau dulu Bapak jaga kantin di sekolah. Karena sekolahnya tutup mau tidak mau dirumah dulu,"ucap wanita yang disapa Ida ini.

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved