TRIBUNKALTIM.CO, NUNUKAN - Selama pandemi Covid-19, Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) disarankan untuk dilakukan secara online.
Namun, tak semua sekolah bisa menerapkan hal tersebut, terlebih lagi, sekolah yang berada di perbatasan RI-Malaysia.
Satu di antaranya yakni SMPN 1 Sei Menggaris yang terletak di Desa Tabur Lestari, Kecamatan Sei Menggaris, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.
Kepala Sekolah SMPN 1 Sei Menggaris, Rusmilawati mengatakan, pihaknya tak bisa menerapkan PPDB online seperti yang dilakukan oleh sekolah lainnya, terutama wilayah perkotaan.
Hal itu disebabkan, pasokan listrik termasuk tower selama ini bergantung pada sebuah perusahaan di Sei Menggaris.
Baca juga: Diskominfo Tarakan Akui Server untuk Daftar PPDB Online Sempat Down karena Listrik Padam
"Kalau di sini sistem offline. Karena, di sini jaringan ada selagi listrik dari perusahaan nyala. Tapi kalau listrik padam, maka jangankan jaringan internet, jaringan telepon pun tidak ada. Sekolah pun numpang tower dari perusahaan," kata Rusmilawati kepada TribunKaltara.com, Selasa (22/6/2021).
Bahkan, wanita yang akrab disapa Mila itu menyampaikan, rumah siswa yang terletak paling jauh dengan sekolah, jaraknya 10 kilometer lebih.
Sehingga, untuk jalur zonasi sulit diberlakukan di wilayah Sei Menggaris.
"Ada siswa kami yang tinggal jauh misalnya di blok sawit, Desa Meranti. Susah sekali jaringan di sana baik telepon maupun internet. Anak-anak harus naik ke bukit untuk dapat jaringan. Ada siswa yang antar naik motor, ada juga yang nyeberang pakai perahu.
Misalnya di Desa Semaja tidak punya SMP di sana. Jadi anak di sana terpaksa daftar ke sekolah kami. Tiap hari bolak-balik naik perahu," ucapnya.
Menurutnya, kuota siswa baru tahun ini sama seperti tahun sebelumnya yakni 96 siswa.
Baca juga: Server Sempat Down Saat Pendaftaran PPDB Online, Kadisidik Tarakan Sebut Hanya Satu Hari
Sampai hari kedua PPDB ini, jumlah siswa yang sudah mendaftar di SMPN 1 Sei Menggaris baru 31 anak.
"Untuk sementara siswa yang sudah mendaftar dengan rumah tak jauh dari sekolah ada 29 anak. Kalau jalur perpindahan orang tua ada 2 siswa. Tahun lalu juga sama, kami terima tiga kelas, lalu yang terisi siswa baru hanya dua kelas," ujarnya.
"PPDB tetap kami buka sesuai Juknis yakni mulai 21-26 Juni. Lalu pendaftaran ulang 28-30 Juni. Tapi kami tidak tutup pendaftaran siswa sampai pertengahan Agustus nanti. Pertimbangannya, kuota siswa baru belum terpenuhi. Tahun lalu ada orang tua siswa yang juga karyawan perusahaan pindahan dari Sulawesi.
Kami tetap terima meskipun jadwal PPDB sudah tidak ada lagi," tuturnya.
Mila menuturkan, kebanyakan siswa yang mendaftar di SMPN 1 Sei Menggaris, merupakan anak karyawan PT NJL.
Lantaran, letak sekolah berada di tengah-tengah perusahaan NJL.
"Sebanyak 90 persen siswa, orang tuanya merupakan karyawan perusahaan. Paling 10 persen saja anak petani dan nelayan. Kalau penduduk asli di sini sekira 2 ribuan. Kalau total sama karyawan perusahaan ada 5 ribuan. Kebetulan di Desa Tabur Lestari ada dua sekolah yakni SMPN 1 dan SMPN 2. Itupun jarak antar sekolah agak berjauhan," ucapnya.
Mila menjelaskan, syarat PPDB di SMPN 1 Sei Menggaris sama seperti sekolah lainnya, yakni usia anak maksimal 15 tahun per 1 Juli 2021.
Lalu, siswa harus menyertakan surat keterangan lulus (SKL) atau ijazah SD, akta kelahiran, kartu keluarga, termasuk Kartu Indonesia Pintar (KIP) atau Kartu Program Keluarga Harapan (PKH), jika ada.
Total siswa di SMPN 1 Sei Menggaris, yakni 225 siswa termasuk siswa filial, sementara itu, jumlah guru ada 10 orang.
"Kami juga punya siswa filial. Artinya kerja sama dengan sekolah swasta milik perusahaan, yakni PT BSI. Dapodiknya ikut sekolah kami. Jadi kalau jumlah siswa sekolah kami saja ada 156 siswa. Jumlah guru honorer ada 7 orang. Pegawai negeri 3 orang.
Semua ikut PPPK tahun ini, kecuali satu guru agama, karena masih nunggu pengumuman dari Departemen Agama," imbuhnya.
Sementara itu, kata Mila, di SMPN 1 Sei Menggaris sejak awal pandemi sudah menerapkan pembelajaran tatap muka (PTM), dengan dibagi dua shift.
"Di sini zona hijau. Tapi PTM kami masih ikuti Prokes. Jadi shift-shiftan. Satu hari dua kelas yang hadir. Per shift itu 2 jam pelajaran. Itu berlaku untuk kelas VII-IX," ucapnya.