Pola pengasuhan yang tidak konsisten juga berkontribusi besar terhadap perilaku ini termasuk jika orang tua terlalu memanjakan dan menuruti keinginan anak.
Karena ini adalah perilaku normal, maka orang tua perlu meresponnya secara tepat dan proporsional, sebab jika salah dalam memberikan perlakuan akan berdampak negatif terhadap perkembangan anak.
Tantrum biasanya terjadi pada anak yang aktif dengan energi berlimpah. Tantrum juga lebih mudah terjadi pada anak-anak yang dianggap “sulit”, dengan ciri-ciri:
- memiliki kebiasaan tidur,
- makan dan buang air besar tidak teratur,
- sulit menyesuaikan diri dengan situasi, makanan dan orang-orang baru,
- lambat beradaptasi terhadap perubahan,
- suasana hati (moodnya) lebih sering negatif,
- mudah terprovokasi,
- gampang merasa marah atau kesal dan sulit dialihkan perhatiannya
Baca juga: Profil/Biodata Nirina Zubir, Artis yang Mundur Dukung Capres Gegara Kasus Mafia Tanah Belum Kelar
Kebanyakan tantrum terjadi di tempat dan waktu tertentu.
Biasanya di tempat-tempat publik setelah mendapatkan kata “tidak” untuk sesuatu yang mereka inginkan.
Tantrum biasanya berhenti saat anak mendapatkan apa yang diinginkan.
Secara tipikal tantrum mulai terjadi pada saat anak mulai membentuk sense of self.
Pada usia ini anak sudah cukup untuk memiliki perasaan “me” dan “my wants”, tetapi mereka belum memiliki keterampilan yang memadai bagaimana cara memuaskan keinginan mereka secara tepat.
Tantrum puncaknya pada usia 2-4 tahun.
Perilaku tantrum adalah sebuah persitiwa yang umum dialami oleh anak, sehingga orangtua tidak perlu terlalu risau jika menghadapi anak yang seperti ini.
Terpenting adalah bagaimana orangtua atau pengasuh untuk dapat mengontrol emosi dan mengambil tindakan yang tepat.
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Kaltim dan Google News Tribun Kaltim untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.