Padahal, pengunjung yang memanfaatkan toilet ini dipungut biaya sekitar Rp 2.000 untuk aktivitas buang air kecil (BAK) dan Rp 5.000 untuk buang air besar (BAB).
Jadi, bagi Anda yang berkeinginan untuk berkunjung ke Titik Nol IKN namun jeda sejenak di Rest Area, kami sarankan membawa tisu kering, tisu basah, dan juga air bersih dalam kemasan.
Bergeser ke area di mana terdapat tenant-tenant sebagai sentra UMKM dan kuliner, tampak kotor.
Debu menyelimuti meja-meja dan kursi-kursi.
Sampah menumpuk tak diangkut, padahal jarum jam di tangan telah menunjukkan pukul 17.15 WITA.
Kemudian, baru sebagian di sisi barat yang terisi tenant, sementara sisi timur masih kosong.
Kendati demikian, kehadiran Rest Area ini membawa dampak bagi para pedagang yang membuka kiosnya di sini.
Yoehana Fitria Ika Nuraenie contohnya.
Baca juga: Transportasi Canggih Jadi Kenyataan, Taksi Terbang IKN Nusantara Diujicoba di Balikpapan-Samarinda
Perempuan berhijab ini membuka kios Ginger Cafe 120. Omset sehari bisa mencapai kisaran Rp 700.000-Rp 800.000.
"Saya berjualan kopi, air mineral, minuman ringan lain, es buah, dan makanan seperti mie instan," ujar Yoehana kepada Kompas.com.
Omset ini tidak harus dipotong biaya sewa ruang, karena Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) belum menetapkan tarif sewa.
"Iya hingga saat ini saya masuk sini free.
Tetapi harga jual makanan dan minuman tertentu sudah dipatok OIKN. Kecuali hand made," imbuhnya.
Untuk diketahui, Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) membangun rest area sebagai sentra UMKM lokal dan kuliner bagi pengunjung yang datang ke Titik Nol IKN.
Rest area dibangun sebagai wadah pemasaran, meningkatkan kapasitas, dan menghidupkan UMKM lokal.