TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA – Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) UINSI Samarinda yang dipimpin Syifa Hajati berhasil menghadirkan pimpinan Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) di kampusnya.
Dr. Myrna A Safitri yang merupakan pimpinan tinggi madya OIKN tampil sebagai narasumber IKN-Talk bertema “Ibu Kota Nusantara dan Kalimantan Timur dalam Konstruksi Sejarah dan Perspektif Lingkungan."
Acara dialog publik ini digelar di Auditorium 22 Dzulhijjah Kampus 2 Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris, Samarinda Seberang.
Baca juga: Update IKN Nusantara: Jokowi Beber Investor Asing Antre Usai Pencoblosan Pilpres 2024, Cek Daftarnya
DEMA UINSI juga menghadirkan sejarawan Muhammad Sarip dan pegiat literasi Nanda Puspita Sheilla. Keduanya merupakan tim penulis Historipedia Kalimantan Timur yang diberi prolog oleh Deputi Myrna.
Myrna A Safitri yang menjabat Deputi Bidang Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam (LHSDA) OIKN menyatakan, hal yang dikhawatirkan sebagian orang bahwa pembangunan IKN akan merusak hutan itu tidaklah benar.
“Lokasi IKN adalah bekas areal hutan tanaman industri yang dipenuhi tanaman eukaliptus. Bukan hutan primer, melainkan hutan sekunder. Justru pembangunan IKN sebagai kota hutan itu berupaya melakukan rehabilitasi lahan,” kata Myrna.
Menurut Doktor Ilmu Hukum lulusan Universitas Leiden Belanda tersebut, pembangunan IKN itu selaras dengan alam. Area hijau akan mendominasi struktur perkotaan. Terhadap kawasan terbuka dan lahan kritis dilakukan reforestasi untuk menjadikan IKN sebagai kota hutan.
“Memilih Kalimantan Timur sebagai lokasi ibu kota baru juga bermaksud untuk memulihkan lingkungan dan kejayaan hutan tropis di kawasan ini,” ungkap Myrna.
Baca juga: Tahun Ini Investor Luar Negeri Bangun 70 Tower Rusun ASN di IKN Nusantara, Dari China dan Malaysia
Presiden DEMA UINSI Syifa Hajati, yang bertindak sebagai moderator, Sabtu (9/3/2024) mengaku bersyukur dan bangga bisa mengadakan IKN-Talk di akhir periode kepengurusan organisasinya.
Kegiatan berdurasi sekitar 2,5 jam ini terselenggara atas kerja sama DEMA UINSI dan Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB) Kota Samarinda yang diketuai oleh Dr. Rusmadi Wongso.
Dalam sesi tanya jawab, terdapat 10 peserta yang bertanya juga mengkritisi. Pertanyaan audiens membahas seputar isu keterlibatan warga lokal dalam pembangunan IKN, kekhawatiran penduduk setempat terpinggirkan dan sekadar menjadi penonton, persoalan tambang ilegal, kebudayaan, dan sebagainya.
Deputi Myrna menyatakan, jika ditanya kepada dirinya pribadi tentang peluang kiprah di pusat negara, dia sendiri telah membuktikan bahwa dirinya mampu.
“Saya pikir, Presiden mengangkat saya sebagai deputi di OIKN bukan semata-mata saya orang Kaltim. Tapi tentu karena ada portofolio dan kompetensi yang saya miliki. Sebelum jati diri saya diungkap ke publik, saya tidak pernah menyebut-nyebut saya anaknya siapa, cucunya siapa. Bukan saya juga yang mengungkap bahwa kakek saya adalah pejuang ’45 di Samarinda,” tutur Myrna.
Baca juga: Titik Nol IKN Nusantara Ditutup Sementara, Cek Alternatif Lokasi Lain yang Bisa Dikunjungi
Sementara itu, sejarawan Sarip menyampaikan aspirasi kepada pimpinan OIKN agar prasasti yupa yang orisinal nantinya dipindahkan ke IKN.
“Prasasti yupa hakikatnya adalah siaran pers pertama di Kepulauan Nusantara yang menjadi tonggak peradaban Indonesia. Dengan IKN di Kaltim maka sudah sepantasnya prasasti dari Kaltim itu dikembalikan ke bumi Kaltim. Mungkin bisa diletakkan di istana presiden yang baru. Usul ini juga pernah saya sampaikan langsung kepada Tim Komunikasi Presiden RI di Sekretariat Negara tahun lalu,” ujar Sarip.
Audiens IKN-Talk mayoritas berasal dari pengurus organisasi mahasiswa internal UINSI, undangan pengurus ormawa, pegiat, komunitas, dosen, dan jurnalis. Acara dibuka secara resmi oleh Wakil Rektor II UINSI Prof. Zamroni. (*)
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Kaltim dan Google News Tribun Kaltim untuk pembaruan lebih lanjut tentang berita populer lainnya