TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - PT Indominco Mandiri (IMM) Bontang dijadikan objek observasi diskusi organisasi pangan dunia, Selasa (23/4/2024).
Agenda yang dikemas dengan konsep Dialog Lapangan tentang Restorasi Ekosistem Hijau itu diselenggarakan oleh Universitas Mulawarman (Unmul) Kota Samarinda, Kalimantan Timur dengan mengajak para relawan dari 10 negara yang ikut serta melihat langsung upaya IMM dalam melakukan upaya restorasi.
"Secara spesifik kami memilih IMM menjadi objek diskusi karena perusahaan ini memiliki komitmen dalam merestorasi ekosistem hutan pasca aktivitas pertambangan," kata Ketua Panitia Pelaksana Dialog Hutan, Mustofa Agung Sarjono.
Ia mengatakan program ini merupakan agenda kedua pasca kegiatan pertama dihelat di Sumatera Utara.
Baca juga: Kampus Unmul Samarinda Tuan Rumah The Forests Dialogue, Diikuti 10 Negara Bahas Restorasi Hutan
"Kaltim dipilih menjadi tujuan kedua karena merupakan provinsi pertama yang mengenalkan ekosistem hijau dan penurunan emisi karbon," sambungnya.
Dalam kesempatan ini para peserta yang juga didampingi Dinas Kehutanan Kaltim diajak mengeksplore ke beberapa titik-titi reklamasi perusahaan yang berada di Kota Bontang tersebut.
Pada titik pertama, IMM mengajak para simpatisan itu melihat lokasi reklamasi mereka yang berada di PIT21 East Blok.
Area seluas 25.35 hektare ini telah direklamasi sejak 2019 silam dan ditumbuhi 15.844 pohon.
Dalam melakukan restorasi ekosistem, Indominco Mandiri sangat patuh terhadap regulasi yang telah ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
"Di sini terdapat 60 persen fast growing (tumbuh dengan cepat) dan 40 persen pohon lokal seperti meranti, ulin dan gaharu," ucap Bayu, Mine Rahabilitasion Indominco Mandiri.
Setelah melakukan beberapa diskusi di titik tersebut, rombongan diarahkan ke tujuan selanjutnya yakni Arboretum 30 Gemilang IMM.
Baca juga: Sangatta Kutim Sering jadi Langganan Kebakaran Hutan, Ardiansyah Sulaiman: Stop Bakar Sampah
Kawasan seluas 65 hektare ini dulunya merupakan area yang ditambang Indominco pada 1997 hingga 2021 lalu.
Pasca ditambang, setelah direklamasi dan revegetasi secara konsisten, area ini sudah kembali menjadi hutan sebagaimana mestinya dan telah dipenuhi oleh berbagai flora dan fauna khas Kalimantan Timur.
Bahkan Arboretum 30 Gemilang ini telah diresmikan oleh Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Alue Dohong pada Februari 2024 lalu dengan fungsi konservasi, biodiversity, ecotourism dan pendidikan.
Di area ini juga terdapat budidaya madu kelulut.
Puluhan peserta yang hadir diberikan kesempatan untuk menikmati madu kelulut langsung dari sarangnya.
"Manis dan enak sekali madunya," begitu narasi para rombongan.
Baca juga: OIKN Sebut Hanya Sisa 23 Persen Wilayah di IKN Nusantara yang Perlu Direforestasi Jadi Hutan Tropis
Setelahnya para peserta juga diberikan kesempatan untuk berkontribusi melakukan penanaman pohon lokal yang berada di ujung area.
Puas melihat area Arboretum 30 Gemilang, rombongan kembali diarahkan ke area barak karyawan.
Namun bukan untuk melihat kehidupan di camp karyawan, melainkan mengunjungi hutan alami yang mereka namai dengan Arboretum Kanahuang.
Ya, meski berada di dalam konsesi, namun Indominco tidak melakukan aktivitas penambangan di hutan seluas 119 hektare yang belum tersentuh ini.
Mine Rehabilitasion Indominco Mandiri, Bayu menjelaskan bahwa area tersebut sengaja tetap dijaga kelestariannya sebagai tolak ukur mereka untuk melakukan reklamasi dan restorasi pasca tambang.
Selain itu Arboretum Kanahuang juga dijadikan tempat budidaya jutaan bibit pohon yang digunakan untuk restorasi ekosistem.
Saking alaminya di dalam hutan ini masih ditemukan puluhan satwa dan tumbuhan endemik Kaltim.
Seperti Orang Utan, Bekantan, Burung Julang Emas, Beruk, sejumlah reptil dan amfibi langka dan pohon ulin yang telah berusia ratusan tahun.
Di sini juga terdapat Danau Kanahuang yang juga masih terjaga keasliannya.
Forestry Management Head PT Indominco Mandiri, Dwi Darmadi menjelaskan makna dari Kanahuang yang mereka pakai untuk menamai hutan lestari tersebut.
Baca juga: Berubah Drastis dalam 2 Tahun! Ini Potret Perubahan Hutan di IKN Nusantara yang Terekam Satelit NASA
Kanahuang sendiri berasal dari bahasa Dayak Ngaju yang berarti cinta.
"Kenapa? Karena kalau danaunya kita foto menggunakan drone, ia berbentuk hati atau love," ucap Dwi Darmadi menjelaskan asal usal kata Kanahuang tersebut.
Puas mengelilingi Arboretum Kanahuang para peserta akhirnya beristirahat di rest area yang berada tepar di ujung Danau 'Cinta' tersebut.
Dwi Darmadi menambahkan bahwa alasan mereka tetap istikamah melakukan reklamasi dan restorasi ekosistem yang baik adalah untuk meninggalkan warisan tanah air yang subur bagi generasi penerus.
"Kita tentu tidak mau anak cucu kita hanya mengenal beragam flora dan fauna serta asrinya alam kita melalui buku. Indominco tidak mau meninggalkan warisan buruk," tegasnya.
Terkait kunjungan Unmul dan Kehutanan sendiri, pihaknya menyambut dengan sangat antusias.
Bukan untuk membanggakan diri. Melainkan mereka ingin memperlihatkan dampak positif atas konsistensi rasa tanggung jawab mereka selama bertahun-tahun.
"Tentu kami perlu penilaian orang lain untuk bisa dikatakan baik. Puji syukur sejauh ini respon mereka untuk kegiatan reklamasi kami sangat positif," ucapnya.
Baca juga: Wakil Menteri LHK Nilai Program Reklamasi PT Indominco Mandiri Berhasil Kembalikan Fungsi Hutan
Titik-titik yang mereka tunjukan hanya segelintir dari 80 persen area pertambangan Indominco Mandiri yang telah direklamasi.
Pihaknya menyadari, apa yang dilakukan saat ini bakal dirasakan oleh generasi penerus.
"Kalau kita meninggalkan warisan yang buruk tentu saja anak cucu kita yang mendapat akibatnya. Jadi kita lakukan yang terbaik yang bisa kita lakukan saat ini," pungkasnya
(*)