Hal ini dikarenakan menurut para Gen Z, ChatGPT sudah seperti sistem operasi pribadi dalam kehidupan digital mereka.
Dalam hal ini, Gen Z disebut menghubungkan ChatGPT ke berbagai dokumen atau file di perangkat, dan membuat sekumpulan prompt atau perintah yang bisa digunakan berkali-kali sesuai kebutuhan mereka.
"Mereka benar-benar memperlakukan ChatGPT layaknya sistem operasi pribadi. Banyak dari mereka menyusunnya sedemikian rupa agar terhubung dengan berbagai dokumen penting. Mereka juga memiliki kumpulan prompt kompleks yang sudah dihafal atau disimpan untuk digunakan kapan pun dibutuhkan," jelas Altman.
Kondisi ini berbanding terbalik dengan yang dilakukan oleh generasi Milenial.
Disebutkan Altman, generasi ini cenderung menggunakan ChatGPT untuk keperluan yang lebih ringan dan praktis.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, generasi Milenial menganggap kehadiran asisten AI ini sebagai "pengganti" Google yang dulunya menjadi mesin pencari utama secara global.
Baca juga: ChatGPT Bisa Diakses Lewat WhatsApp, Tanpa Unduh Aplikasi dan Tanpa Akun
Gen Z jadi pengguna paling aktif
Laporan internal OpenAI yang dirilis pada Februari 2024 lalu mengungkapkan bahwa banyak dari mahasiswa Amerika Serikat yang didominasi oleh usia 18-24 tahun tercatat sebagai pengguna ChatGPT paling aktif.
Tidak hanya itu, kelompok usia ini juga dilaporkan menjadi yang paling intens dalam mengintegrasikan alat AI tersebut ke dalam rutinitas harian mereka.
Mulai dari menyusun esai, membuat jadwal belajar, mencari inspirasi karir, hingga keputusan besar dalam hidupnya.
Penggunaan ChatGPT dalam kehidupan Gen Z bahkan disebut sudah menjangkau usia yang lebih muda.
Menurut Survei Pew Research pada Januari 2024 lalu, 26 persen remaja AS berusia 13-17 tahun menggunakan ChatGPT untuk keperluan sekolah mereka.
Angka ini disebut naik secara signifikan dibanding dengan tahun sebelumnya (2023) yang hanya mencatat sekitar 13 persen.
Baca juga: Tijjani Reijnders, Pemain Baru Man City Ungkap 2 Budaya Indonesia yang Beri Pengaruh Besar
Ini menunjukkan bahwa Gen Z, termasuk kalangan pelajar, menjadi pengguna ChatGPT yang paling aktif.
Kendati demikian, masifnya penggunaan alat bantu AI di kalangan pengguna muda ini turut memunculkan kekhawatiran dari sejumlah pihak.
Anggota parlemen di California, misalnya, sejak tahun lalu disebut telah mengusulkan regulasi agar perusahaan AI seperti bisa secara tegas mengingatkan pengguna muda bahwa mereka tidak sedang berbicara dengan manusia, melainkan sistem komputer.