Berita Samarinda Terkini

BPBD Ungkap SDN 020 Samarinda Utara Berada di Zona Rawan Longsor

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

LONGSOR -  SDN 020 Samarinda Utara berada di kawasan rawan longsor, sehingga menjadi perhatian serius dari BPBD dan Dinas Pendidikan setempat. (TRIBUNKALTIM.CO/SINTYA ALFATIKA SARI)

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA — Hujan deras disertai angin kencang pada Sabtu (3/8) lalu menyebabkan atap salah satu ruang kelas di SDN 020 Samarinda Utara jebol.

Tak hanya mengakibatkan kerusakan fisik, insiden ini kembali membuka sorotan terhadap kondisi geografis sekolah yang berada di kawasan rawan longsor.

Kawasan sekolah yang berada di area perumahan ini dinilai memiliki kerentanan tersendiri dari sisi kontur dan struktur tanah.

Analis Kebencanaan BPBD Kota Samarinda, Hamzah Umar menegaskan bahwa lokasi SDN 020 memang masuk dalam wilayah berisiko, meski belum pada kategori tinggi.

“Memang ada sekolah yang berada di lokasi rawan longsor. Sebenarnya, pihak Dinas Pendidikan sudah melaporkan kondisi tersebut. Beberapa pondasi bangunan sudah mengalami penurunan, dan dari segi lokasi, memang bisa kita lihat bahwa daerah tersebut rawan,” ungkap Hamzah, Rabu (6/8). 

Baca juga: Bupati Kubar Frederick Serahkan 100 Pekat Bantuan untuk Korban Longsor di Bunyut

Ia menyebutkan bahwa SDN 020 berada dekat kawasan yang curam, dengan karakteristik lereng yang cukup ekstrem.

Oleh karena itu, BPBD telah menyarankan kepada Dinas Pendidikan untuk segera mengambil langkah mitigasi.

“Langkah-langkah mitigasi yang disarankan antara lain adalah pembangunan turap yang menyesuaikan dengan kondisi lereng, serta penanaman vegetasi yang berfungsi sebagai penahan longsor,” jelasnya.

Mengenai opsi relokasi, Hamzah menilai hal tersebut belum menjadi prioritas lantaran potensi longsor di lokasi sekolah masih tergolong rendah hingga sedang.

Ia membandingkan kasus ini dengan SMPN 24 Samarinda, yang sebelumnya harus direlokasi karena berada tepat di zona tangkapan air dan dua sisi perbukitan yang pernah longsor hingga menimpa bangunan sekolah.

“Kalau untuk SDN 020, kondisinya berbeda. Tidak serta-merta harus direlokasi karena dari hasil pemantauan, potensi longsor di sana tergolong rendah hingga sedang. Selain itu, secara historis, tidak terjadi longsor setiap kali hujan deras,” terangnya.

Menurutnya, ancaman longsor di SDN 020 lebih berkaitan dengan kondisi topografi dan aliran air yang tidak terkendali.

Oleh karena itu, BPBD menekankan pentingnya penguatan struktur bangunan dan sistem drainase yang mampu mencegah air meresap ke dalam tanah.

“Air tidak boleh mengalir secara liar. Seperti pada kasus di Perumahan Keledang Mas dan Premier Hill, longsor terjadi karena kejenuhan air. Air yang meresap ke dalam tanah menyebabkan pelapukan, dan jika jenis tanahnya tidak kuat menahan beban, maka akan terjadi longsor,” pungkas Hamzah.

Baca juga: Anggota Komisi I DPRD Kukar Safruddin Kawal Proses Ganti Rugi 21 Rumah Akibat Longsor di Desa Batuah

BPBD memastikan bahwa pihaknya terus memantau kondisi sekolah-sekolah yang berada di zona berisiko.

Dalam waktu dekat, mereka juga akan mengintensifkan pemetaan dan kajian teknis guna memastikan keamanan sarana pendidikan dari potensi bencana alam. (*)

 

 

 

 

Berita Terkini