Berita Viral

Viral Penemuan Daging Babi Berwarna Biru Neon, Ini Penyebab dan Dampaknya bagi Manusia

Awal tahun 2025, masyarakat California, Amerika Serikat, dikejutkan oleh temuan tak biasa, seekor babi hutan dengan daging berwarna biru neon. 

Grafis TribunKaltim.co/canva
BABI BIRU NEON - Ilustrasi babi hutan yang diolah di Canva. Ada penemuan daging babi berwarna biru neon, apa penyebab dan dampak bagi manusia? (Grafis TribunKaltim.co/canva) 

TRIBUNKALTIM.CO - Awal tahun 2025, masyarakat California, Amerika Serikat, dikejutkan oleh temuan tak biasa, seekor babi hutan dengan daging berwarna biru neon. 

Fenomena daging babi biru neon ini bukan sekadar mitos atau efek pencahayaan, melainkan hasil nyata dari kontaminasi kimia yang serius. 

Warna biru neon adalah jenis warna yang sangat mencolok, terang, dan tampak seolah-olah memancarkan cahaya dari dalam.

Daging, otot, dan jaringan lemak babi tersebut tampak berpendar biru terang, mirip warna minuman slushie 7/11--minuman beku bersoda yang sangat populer di gerai 7-Eleven, terutama di Amerika Serikat dan beberapa negara lain. 

Penemuan daging babi biru neon terjadi di Monterey County, sebuah wilayah pesisir di California bagian tengah. 

Baca juga: Waspada! Ini 9 Merek Marshmallow yang Mengandung Babi dan Masih Beredar di Paser Kaltim

Daerah ini dikenal sebagai habitat babi hutan liar dan menjadi lokasi berburu yang cukup aktif. 

Pada Februari 2025, Dan Burton, pemilik Urban Trapping Wildlife Control, membedah bangkai babi hutan dan menemukan lapisan lemak berwarna biru menyala di bawah kulitnya.

Ia segera mengirimkan sampel ke California Department of Fish and Wildlife (CDFW) untuk pengujian laboratorium.

Hasil Uji Laboratorium: Kandungan Diphacinone

Berdasarkan hasil uji dari Laboratorium Kesehatan Satwa Liar (WHL) dan Laboratorium Kesehatan Hewan dan Keamanan Pangan California, ditemukan bahwa babi tersebut terpapar rodentisida antikoagulan jenis diphacinone.

Rodentisida adalah racun yang digunakan untuk membunuh hewan pengerat seperti tikus dan mencit. 

Sementara itu, diphacinone adalah bahan aktif dalam rodentisida yang bekerja dengan cara menghambat pembekuan darah, sehingga menyebabkan pendarahan fatal pada hewan yang terpapar.

Apa Itu Rodentisida Antikoagulan?

Rodentisida antikoagulan adalah jenis racun yang mengganggu sistem pembekuan darah. 

Ketika hewan memakan umpan yang mengandung zat ini, mereka tidak langsung mati, tetapi mengalami pendarahan internal yang lambat dan fatal. 

Diphacinone termasuk dalam golongan ini dan digunakan secara terbatas di California untuk pengendalian hama pertanian. 

Meski penggunaannya telah dibatasi sejak 2024, zat ini masih legal dalam kondisi tertentu dan ditemukan dalam tubuh berbagai satwa liar seperti beruang hitam, kucing hutan, dan kini babi hutan.

Kenapa Daging Bisa Berwarna Biru?

Warna biru neon pada daging babi hutan bukanlah efek alami, melainkan hasil dari akumulasi zat kimia berpigmen yang masuk ke jaringan tubuh. 

Babi hutan, sebagai hewan omnivora, bisa merusak wadah umpan pestisida dan memakan butiran racun tersebut. 

Zat aktif diphacinone yang berwarna biru kemudian terserap ke dalam lemak dan otot, menghasilkan warna mencolok yang terlihat saat bangkai dibedah.

Dampak bagi Manusia

Pertanyaan besar yang muncul adalah: apakah daging babi biru ini aman dikonsumsi? Jawabannya: sangat berisiko. 

Dalam dosis tinggi, diphacinone bisa menyebabkan pendarahan hebat pada manusia. 

Penelitian dari tahun 2011 menunjukkan bahwa memasak daging yang terkontaminasi rodentisida tidak menghilangkan racunnya. 

Artinya, konsumsi daging tersebut tetap berbahaya meski sudah dimasak.

Gejala paparan pada manusia bisa meliputi:

- Memar dan pendarahan spontan
- Gangguan pembekuan darah
- Penurunan jumlah sperma
- Risiko diabetes dan kanker
- Gangguan organ dalam

Dampak pada Satwa Liar dan Rantai Makanan

Kontaminasi rodentisida tidak berhenti pada babi hutan. 

Penelitian menemukan zat serupa dalam tubuh beruang hitam, singa gunung, burung hantu belang utara, dan bahkan kondor California

Ini menunjukkan bahwa racun bisa menyebar melalui rantai makanan, dari hewan yang memakan umpan hingga predator yang memakan bangkai. 

Efek ini disebut sebagai “paparan sekunder” dan menjadi ancaman serius bagi ekosistem.

Peringatan Resmi dari CDFW

CDFW adalah singkatan dari California Department of Fish and Wildlife, yaitu Departemen Perikanan dan Satwa Liar California.

Pada 30 Juli 2025, CDFW mengeluarkan peringatan resmi kepada para pemburu dan pengguna pestisida. Koordinator Investigasi Pestisida CDFW, Dr. Ryan Bourbour, menyatakan:

“Para pemburu harus menyadari bahwa daging hewan buruan, seperti babi hutan, rusa, beruang, dan angsa, mungkin terkontaminasi jika hewan buruan tersebut terpapar rodentisida.”

CDFW juga mengimbau agar pemburu tidak mengonsumsi bagian tubuh hewan yang memiliki kelainan warna, terutama jaringan biru. 

Mereka juga diminta melaporkan temuan serupa agar bisa ditindaklanjuti secara ilmiah dan regulatif.

Imbauan untuk Petani dan Pengguna Pestisida

CDFW menekankan pentingnya penggunaan metode aplikasi pestisida yang aman. 

Sebelum menyemprotkan rodentisida, pengguna harus memastikan bahwa area tersebut tidak digunakan oleh satwa liar nontarget.

Penggunaan pendekatan manajemen hama terpadu (IPM) juga dianjurkan untuk mengurangi risiko paparan.

IPM adalah strategi pengendalian hama yang menggabungkan berbagai metode seperti:

- Kebersihan lingkungan
- Perangkap mekanis
- Pengendalian biologis
- Penggunaan pestisida secara selektif dan terbatas

Alternatif Pengendalian Hama

Beberapa kota di AS seperti New York dan Chicago telah mencoba metode alternatif seperti ContraPest—cairan non-toksik yang menyebabkan menopause dini pada tikus betina.

Pendekatan ini dinilai lebih ramah lingkungan dan tidak menimbulkan risiko kontaminasi pada satwa liar.

Lisa Owens Viani, Direktur organisasi Raptors Are The Solution (RATS), menyatakan bahwa menjaga kebersihan dan mengurangi sumber makanan tikus adalah langkah awal yang paling efektif.

Dan Burton, pemburu yang menemukan babi biru neon, mengaku pernah bekerja di industri pestisida.

Namun, pengalaman masa kecil melihat anjingnya keracunan membuatnya beralih ke metode yang lebih aman. Ia menyebut ada ironi besar dalam kasus ini:

“Beberapa tahun lalu, California melarang amunisi timah untuk melindungi kondor dari keracunan. Sekarang, kita justru melihat babi hutan memakan racun berwarna biru ini—dan kondor bisa ikut terdampak kalau mereka memangsa bangkai tersebut.”

Kasus ini menjadi pengingat bahwa pengendalian hama harus dilakukan dengan bijak, mempertimbangkan dampaknya tidak hanya pada target, tetapi juga pada ekosistem dan kesehatan manusia.

Artikel ini telah tayang di Tribun-Medan.com dengan judul Fakta Seputar Daging Babi Biru Neon yang Punya Dampak Mengerikan Bagi Manusia

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Daging Babi Hutan di California Berubah Jadi Biru, Apa Penyebabnya?"

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved