Berita Nasional Terkini

Kacab Bank BUMN yang Diculik dan Dibunuh Dipilih secara Acak, Berawal dari Kartu Nama

Kacab bank BUMN yang diculik dan dibunuh dipilih secara random, berawal dari kartu nama.

IST via TribunJakarta.com
PARA TERSANGKA - Kasus pembunuhan Kacab Bank BUMN libatkan 4 klaster, 15 orang jadi tersangka di antaranya pengusaha asal Jambi hingga mantan atlet kickboxing. Tersangka otak penculikan, C alias Ken, mendapatkan informasi soal rekening dormant dari rekannya berinisial S, polisi kini melakukan pengejaran. (IST via TribunJakarta.com) 

TRIBUNKALTIM.CO - Fakta baru pembunuhan kepala cabang BUMN, rencana kurang rekening dormant hingga penculikan acak.

Polda Metro Jaya berhasil mengungkap fakta-fakta mengejutkan di balik kasus penculikan dan pembunuhan Mohamad Ilham Pradipta, Kepala Cabang (Kacab) Bank BUMN di Cempaka Putih.

Kasus ini ternyata bermula dari informasi tentang rekening bank tak aktif atau dormant dan sebuah skema kejahatan yang terstruktur.

Peristiwa tragis ini terjadi pada Rabu, 20 Agustus 2025.

Saat itu, Mohamad Ilham Pradipta diculik di area parkir Lotte Grosir Pasar Rebo, Jakarta Timur.

Baca juga: Ini Peran 2 Oknum Prajurit Kopassus, Kronologi dan Motif Pembunuhan Kacab Bank BUMN Ilham Pradipta

Ia diseret paksa oleh sejumlah pelaku saat hendak masuk ke mobilnya.

Setelah diculik, Ilham dibawa ke sebuah kebun kosong di Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

Jenazahnya ditemukan di lokasi tersebut dalam posisi telungkup.

Hingga saat ini, 15 tersangka telah ditangkap, namun polisi masih memburu satu tersangka lain yang terlibat dalam kasus ini, sehingga total pelaku berjumlah 16 orang.

Motif Kejahatan

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Wira Satya Triputra, mengungkapkan bahwa motif utama di balik penculikan ini adalah untuk mencuri uang dari rekening dormant.

Rekening dormant adalah rekening bank yang tidak aktif atau tidak ada aktivitas transaksi dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan masing-masing bank.

Para pelaku berencana memaksa Ilham Pradipta untuk menguras rekening dormant.

Namun, Ilham terus melawan saat usai diculik, hingga akhirnya tewas karena penganiayaan.

Polisi Buru Sosok Berinisial S

Otak kejahatan ini, yang berinisial C alias Ken, diduga mendapatkan informasi mengenai rekening dormant dari seorang rekan berinisial S.

Kombes Wira menyatakan bahwa identitas S masih dalam penyelidikan dan pengejaran.

"Hasil pemeriksaan saudara C alias K itu mendapatkan informasi dari temannya inisial S, ini masih kami dalami dan melakukan pengejaran karena identitasnya belum jelas disampaikan," kata Wira dalam konferensi pers di Mapolda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Selasa (16/9/2025), dikutip dari Wartakotalive.com.

Meskipun motifnya telah terungkap, jumlah uang di dalam rekening dormant tersebut belum diketahui. 

Wira menyebut Ken masih bersikap tidak kooperatif dan tertutup selama pemeriksaan.

Pihak kepolisian juga menegaskan belum menemukan adanya keterlibatan karyawan bank dalam kasus ini, namun berkomitmen akan memproses hukum siapapun yang terbukti terlibat.

Baca juga: Jumlah Oknum Anggota TNI yang Terlibat Kasus Pembunuhan Kacab Bank BUMN Bertambah, Motif Terungkap

Korban Dipilih Secara Acak

Wira juga menyebut, korban dipilih secara acak, hanya berdasarkan selembar kartu nama.

“Kacab Bank ini dijadikan korban, ini dipilihnya secara random dan para tersangka ini punya kartu namanya saja awalnya, jadi tidak ada yang kenal dengan korban,” katanya.

Namun, pernyataan itu menimbulkan tanda tanya besar.

Sebab, fakta-fakta yang terungkap dalam penyidikan justru menunjukkan adanya skema penculikan yang terstruktur, melibatkan dana operasional, pembagian peran, dan transaksi pembayaran.

Penyidikan mengungkap bahwa tersangka C alias Ken adalah otak perencana yang memiliki akses terhadap data rekening dormant.

Ken disebut menggandeng DH, yang berperan sebagai penghubung lapangan, untuk menyusun rencana penculikan secara sistematis.

Tujuannya bukan sekadar menculik, melainkan memaksa korban menggunakan otoritasnya sebagai kepala cabang bank untuk memindahkan dana ke rekening penampung yang telah disiapkan.

Karena beberapa kepala cabang sebelumnya menolak bekerja sama, mereka beralih ke metode paksa - dan Ilham Pradipta menjadi target setelah DH menerima selembar kartu nama dari rekannya.

“Berdasarkan keterangan saudara DH, ini merupakan salah satu orang yang mencari dan dia juga minta kepada temannya kira-kira apakah ada kenalan Kacab Bank, dan temannya hanya memberikan kartu nama sehingga dari situ dilakukan pembuntutan,” papar Wira.

Baca juga: Update Kasus Pembunuhan Kacab Bank BUMN, Kopda FH Ternyata Cuma Perantara dan Masih Ada Mastermind

2 Oknum TNI Terlibat

Danpomdam Jaya, Kolonel CPM Donny Agus Priyanto, mengungkapkan dua oknum anggota TNI yakni Kopda FH dan Serka N terlibat dalam kasus ini.

Mereka diberikan uang sebesar Rp100 juta untuk melakukan penculikan terhadap korban.

Atas perbuatannya itu, keduanya telah ditetapkan sebagai tersangka.

"Uang yang dijanjikan kepada Kopda FH dan Serka N untuk melakukan perbuatan tersebut, berdasarkan hasil keterangan saksi dijanjikan nominal Rp100 juta. (Pembagiannya) kalau bahasanya silakan diatur," ungkap Donny dalam jumpa pers di Polda Metro Jaya, Selasa.

Donny menjelaskan, uang yang pada akhirnya diterima oleh dua anggota TNI tersebut berawal dari perjanjian dengan salah satu tersangka utama penculikan yakni JP.

Awalnya, JP mendatangi Serka N di rumahnya pada Minggu, 17 Agustus 2025 untuk membicarakan rencana penculikan terhadap korban.

"Selanjutnya pada pertemuan tersebut saudara JP menawarkan pekerjaan kepada Serka N untuk menjemput seseorang untuk dihadapkan kepada bos-nya yang diketahui bosnya tersebut atas nama saudara DH," kata Donny.

Mendapat tawaran tersebut, kemudian keesokan harinya yakni Senin, 18 Agustus 2025, Serka N menghubungi Kopda FH meminta bantuan dalam melaksanakan penculikan tersebut.

Dalam sambungan telepon itu, Serka N juga meminta agar Kopda FH datang untuk bertemu dengan dirinya dan JP di sebuah Kafe di wilayah Jakarta Timur.

Pada saat ketiga orang itu berkumpul di kafe tersebut, kemudian JP menjelaskan mengenai tugas yang akan dilakukan kepada Kopda FH.

"Dan pekerjaannya tersebut akan mendapat imbalan," jelasnya.

Sehari pasca pertemuan, kemudian Serka N kembali menindaklanjuti rencana penculikan itu dengan memastikan kesediaan Kopda FH untuk turut serta.

Kopda FH pada akhirnya menyetujui tawaran tersebut dan bertugas mengumpulkan tim yang akan dilibatkan untuk melakukan penjemputan terhadap Ilham Pradipta.

"Pada saat pertemuan tersebut Kopda F meminta uang operasional sebesar Rp5 juta dan pada saat itu disanggupi oleh Serka N dan uang tersebut dari pemberian saudara JP," jelasnya.

Usai adanya pemberian uang tersebut, Serka N kembali melakukan pertemuan dengan JP pada Rabu, 20 Agustus 2025 di sebuah bank swasta di wilayah Jakarta Timur.

Dalam pertemuan itu, JP menarik uang sebesar Rp95 juta dan menyerahkannya kepada Serka N yang nantinya akan digunakan untuk kegiatan penculikan tersebut.

"Selanjutnya setelah diterima Serka N, uang tersebut dibawa dan diberikan kepada Kopda FH di sebuah Kafe di wilayah Rawamangun Jakarta Timur," imbuh Donny.

Dibagi dalam 4 Klaster

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Wira Satya Triputra, mengatakan para tersangka terbagi dalam empat klaster berdasarkan peran masing-masing.

“Dari 15 tersangka tersebut, kami membagi ke dalam empat kategori klaster,” ungkapnya di Mapolda Metro Jaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa.

Dikutip dari Wartakotalive.com, berikut pembagian empat klaster tersebut:

Klaster 1: Otak Penculikan

Klaster ini merupakan aktor intelektual dalam kasus penculikan Ilham.

Para tersangka antara lain:

C alias Ken – Mengatur, merancang rencana penculikan, dan menyiapkan tim IT untuk memindahkan uang dari rekening dormant ke rekening penampungan.

Dwi Hartono (DH) – Mencari tim penculik, merencanakan aksi, serta memberikan Rp60 juta kepada JP untuk biaya operasional.

AAM – Merencanakan penculikan dan menyiapkan tim pemantau korban.

JP – Menyiapkan tim eksekutor bersama N, ikut membuang korban ke Cikarang, mengoordinasikan pembuntutan, serta memberikan Rp150 juta kepada N untuk operasional.

Klaster 2: Eksekutor Penculikan

Kelompok ini terlibat langsung dalam aksi penculikan terhadap korban, yakni:

Eras – Memaksa korban masuk ke mobil para penculik, melakukan penganiayaan, melilit lakban dan mengikat tangan korban.

Ia menerima Rp45 juta dari Kopda FH (oknum TNI, ditangani Pomdam Jaya) dan membagi uang tersebut ke empat rekannya.

REH – Membantu memegangi korban dari belakang.

RS – Membantu memegangi korban dari sisi kanan.

AT – Membantu memasukkan korban ke mobil Avanza putih yang digunakan dalam penculikan dan menahan dari sisi kiri.

EWB – Bertugas sebagai sopir mobil penculik.

Klaster 3: Penganiaya hingga Korban Tewas

Sebelum dibuang, korban diketahui dianiaya hingga tewas.

Pelaku penganiayaan diketahui JP, yang juga menjadi salah satu otak perencana, ikut menganiaya dan membuang korban.

MU selaku sopir mobil Fortuner hitam yang digunakan untuk membawa korban dari Kemayoran hingga lokasi pembuangan.

Di tengah perjalanan, DS menggantikan MU karena terjadi perlawanan korban sampai akhirnya tak berdaya.

Klaster 4: Surveilance atau Pengintai

Ada empat tersangka dalam klaster ini yakni AW, EWH, RS, dan AS yang membuntuti korban mulai dari kantor.

"Dari kasus ini, masih ada satu orang yang belum tertangkap dan kami tetapkan sebagai DPO dengan inisial EG. Ini perannya adalah sebagai tim yang masuk dalam kategori klaster empat, ikut membuntuti korban," jelas Wira. (*)

Artikel ini telah tayang di WartaKotalive.com dengan judul Dari Mana Ken Tahu Rekening Dormant hingga Bunuh Kacab Bank BUMN? Polisi Ungkap Sosok Ini

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Otak Penculikan Kacab Bank BUMN Dapat Informasi Rekening Dormant dari S, Polisi Lakukan Pengejaran

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved