Berita Nasional Terkini
Ditemukan Setelah 27 Hari, 7 Pekerja Freeport Meninggal dalam Longsor Tambang Grasberg
Setelah bekerja tanpa henti selama 27 hari, tim penyelamat PT Freeport Indonesia (PTFI) akhirnya menemukan seluruh 7 pekerja yang terjebak di tambang
TRIBUNKALTIM.CO - Setelah bekerja tanpa henti selama 27 hari penuh tantangan, tim penyelamat PT Freeport Indonesia (PTFI) akhirnya menemukan seluruh tujuh pekerja yang terjebak di tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC), Kabupaten Mimika, Papua Tengah.
Tragedi ini terjadi akibat longsor material basah pada Senin, 8 September 2025, sekitar pukul 22.00 WIT, dan menjadi salah satu insiden tambang paling memilukan dalam sejarah pertambangan Indonesia modern.
Kronologi Insiden: Malam Mencekam di Perut Bumi Papua
Pada malam kejadian, aktivitas penambangan di GBC berlangsung seperti biasa.
GBC sendiri merupakan salah satu tambang bawah tanah terbesar dan tercanggih di dunia, yang menjadi kelanjutan dari tambang terbuka (open pit) Grasberg setelah mencapai kedalaman maksimal.
Baca juga: Daftar Band yang Batal Tampil di Pestapora 2025, Singgung PT Freeport
Tambang ini menggunakan sistem block caving, yakni metode penggalian bawah tanah berskala besar dengan melemahkan struktur batuan agar runtuh ke bawah secara terkendali.
Namun pada 8 September malam, kondisi geoteknik di salah satu area kerja tidak stabil.
Material basah — campuran batuan dan air tanah — tiba-tiba meluncur dengan volume mencapai sekitar 800.000 ton, menimbun area kerja aktif dan membuat tujuh pekerja terjebak di kedalaman lebih dari 1.500 meter di bawah permukaan bumi.
Sejak saat itu, tim penyelamat dari PTFI bekerja tanpa henti bersama Kementerian ESDM, Polres Mimika, Basarnas, dan BPBD Papua Tengah.
Operasi penyelamatan dilakukan setiap hari dengan menghadapi kondisi yang sangat berat: minimnya visibilitas, risiko runtuhan lanjutan, serta medan sempit yang hanya bisa diakses menggunakan peralatan berat khusus.
Upaya Penyelamatan yang Penuh Perjuangan
Hari demi hari berlalu dengan harapan yang terus menipis.
Hingga 20 September 2025, dua pekerja pertama akhirnya ditemukan, yakni Wigih Hartono dan Irawan, keduanya bekerja sebagai teknisi listrik di PT Cita Contract.
Penemuan ini memberi semangat baru bagi seluruh tim penyelamat dan keluarga korban yang telah berada di Tembagapura sejak 14 September 2025.
Pencarian terus berlanjut hingga akhirnya, pada 5 Oktober 2025, lima korban lainnya ditemukan dalam kondisi telah meninggal dunia. Mereka adalah:
1 . Zaverius Magai – PT Redpath Indonesia
2. Holong Gembira Silaban – PT Redpath Indonesia
3. Dadang Hermanto – PT Redpath Indonesia
4. Balisang Telile – warga negara Afrika Selatan, PT Redpath Indonesia
5. Victor Bastida Ballesteros – warga negara Republik Chili, PT Redpath Indonesia
Dengan ditemukannya seluruh korban, Presiden Direktur PTFI Tony Wenas menyatakan bahwa operasi penyelamatan resmi dinyatakan selesai.
“Seluruh tujuh rekan kerja kami yang terdampak insiden pada 8 September 2025 telah ditemukan dan proses penyelamatan dinyatakan selesai,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (6/10/2025).
Duka Mendalam dan Penghormatan Terakhir
Tony Wenas menyampaikan rasa duka mendalam atas kehilangan tersebut. Menurutnya, para korban bukan sekadar pekerja, tetapi bagian dari keluarga besar Freeport.
“Atas nama pribadi dan perusahaan, saya menyampaikan belasungkawa kepada keluarga yang telah berada di Tembagapura sejak 14 September. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberi kekuatan dan ketabahan bagi kita semua,” ungkapnya.
Jenazah kelima korban yang baru ditemukan akan diterbangkan ke Jakarta sebelum dikirim ke kampung halaman masing-masing, kecuali Zaverius Magai, yang akan dimakamkan di Kuala Kencana, Timika.
PTFI memastikan seluruh proses pemulangan dilakukan dengan penuh penghormatan dan dukungan penuh kepada keluarga.
“Kami memastikan pendampingan penuh bagi seluruh keluarga rekan kerja yang telah berpulang, serta penanganan jenazah dengan penuh hormat,” tegas Tony.
Mengapa Proses Penyelamatan Memakan Waktu Lama?
Menurut laporan internal PTFI, tantangan utama dalam proses penyelamatan adalah volume material basah yang sangat besar — sekitar 800 ribu ton — yang menutupi area kerja dengan kedalaman dan tekanan ekstrem.
Material tersebut terbentuk akibat kombinasi curah hujan tinggi, kondisi geoteknik kompleks, dan aktivitas tambang intensif.
Selain itu, sistem tambang bawah tanah seperti GBC memiliki struktur jaringan terowongan yang rumit, dilengkapi dengan jalur udara, transportasi, dan ventilasi yang sangat spesifik.
Setiap langkah penyelamatan harus memperhatikan keamanan pekerja penyelamat agar tidak memicu longsor susulan.
Basarnas Papua menyebut operasi ini sebagai salah satu yang paling menantang dalam sejarah pencarian bawah tanah di Indonesia.
Sekilas Tentang Grasberg Block Cave
Grasberg Block Cave (GBC) adalah proyek tambang bawah tanah utama PTFI setelah tambang terbuka Grasberg tidak lagi dapat dieksploitasi secara ekonomis.
Terletak di pegunungan tinggi Tembagapura, Papua Tengah, tambang ini beroperasi dengan sistem otomatisasi tinggi menggunakan alat remote-controlled loader dan ore handling system.
Sistem block caving yang digunakan memungkinkan batuan bijih runtuh ke bawah gravitasi setelah struktur pendukungnya dilemahkan, kemudian bijih dikumpulkan di bawah untuk diangkut ke permukaan.
Metode ini efisien namun sangat kompleks dan berisiko jika stabilitas batuan terganggu, seperti yang terjadi dalam tragedi September 2025 ini.
Investigasi Menyeluruh untuk Cegah Insiden Serupa
PTFI bersama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah membentuk tim investigasi khusus untuk menelusuri penyebab utama longsoran.
Proses investigasi akan dilakukan secara menyeluruh, independen, dan transparan, termasuk menganalisis data geoteknik, sistem pemantauan air tanah, hingga prosedur keselamatan kerja.
Tony Wenas menegaskan bahwa hasil investigasi akan menjadi dasar untuk memperkuat sistem pencegahan di masa depan.
“Hasil investigasi akan menjadi dasar bagi perusahaan untuk menerapkan langkah-langkah pencegahan agar kejadian serupa tidak terjadi di masa mendatang,” katanya.
Dukungan Pemerintah dan Solidaritas Nasional
Kementerian ESDM menyampaikan apresiasi terhadap dedikasi tim penyelamat yang telah bekerja tanpa kenal lelah.
Pemerintah berjanji untuk memastikan evaluasi menyeluruh terhadap standar keselamatan tambang bawah tanah di Indonesia.
Sementara itu, berbagai kalangan di Papua dan Jakarta turut menyampaikan belasungkawa, termasuk rekan-rekan sesama penambang dan pekerja kontraktor PTFI.
Di Tembagapura, upacara penghormatan terakhir digelar dengan mengheningkan cipta selama satu menit, diikuti doa lintas agama.
Artikel ini telah tayang di Tribun-Papua.com dengan judul Tim PT Freeport Temukan Seluruh Pekerja dari Insiden Luncuran Material Basah
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Seluruh Korban Longsor Tambang Grasberg Ditemukan, Freeport Akhiri Pencarian Setelah 27 Hari"
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.