Berita Internasional Terkini
Dianggap Gagal, Benjamin Netanyahu di Ujung Tanduk, Oposisi Rapatkan Barisan Siap Jegal PM Israel
Dianggap gagal, Benjamin Netanyahu di ujung tanduk, oposisi rapatkan barisan siap jegal PM Israel di Pemilu 2026.
Mereka menilai Netanyahu terlalu mencampuri urusan taktis yang seharusnya menjadi kewenangan militer.
Di dalam negeri, pemerintahan Netanyahu juga dinilai gagal menjaga persatuan nasional.
Skandal korupsi, kebijakan ekonomi yang memperlebar kesenjangan sosial, serta meningkatnya ketegangan antara kelompok sayap kanan dan moderat turut memperburuk situasi.
Oposisi Mulai Merapatkan Barisan
Kekecewaan terhadap kepemimpinan Netanyahu mendorong sejumlah tokoh oposisi untuk menyusun langkah politik besar.
Koalisi yang dipimpin oleh Yair Lapid dan mantan Perdana Menteri Naftali Bennett dilaporkan menggelar pertemuan tertutup menjelang perayaan hari raya Yahudi Sukkot pada Senin (6/10/2025).
Meski isi pertemuan tidak dirinci, pertemuan tersebut menjadi sinyal kuat bahwa blok oposisi tengah memperkuat barisan.
Koalisi ini terdiri dari partai-partai lintas ideologi, mulai dari kanan moderat, tengah, hingga kiri liberal.
Baca juga: 145 Negara Akui Palestina, Terbaru Inggris, Kanada, Australia, dan Portugal yang Bikin Israel Murka
Meski berbeda pandangan dalam sejumlah isu, mereka sepakat bahwa masa kepemimpinan Netanyahu harus diakhiri demi menyelamatkan kredibilitas politik Israel.
Langkah ini mencerminkan konsolidasi oposisi yang dilandasi oleh kekecewaan mendalam terhadap arah pemerintahan Netanyahu, yang dinilai semakin otoriter dan gagal mengelola krisis nasional.
Penurunan Kepercayaan Publik
Survei terbaru dari Israel Democracy Institute (IDI) dan The Jerusalem Post menunjukkan bahwa hanya sekitar 40 persen warga Israel yang masih menaruh kepercayaan pada Netanyahu.
Angka ini menurun drastis dibandingkan sebelum konflik Gaza, di mana dukungan publik berada di kisaran 55–60 persen.
Sebaliknya, sekitar 52 persen responden menyatakan sudah tidak percaya pada kemampuan Netanyahu dalam memimpin negara di tengah krisis yang semakin memburuk.
Penurunan ini mencerminkan meningkatnya rasa frustrasi publik terhadap kepemimpinan yang dinilai terlalu berfokus pada kekuasaan pribadi dan minim solusi konkret.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.