Program Makan Bergizi Gratis

Penjelasan SPPG soal Viral Temuan Ulat di Menu Makan Bergizi Gratis di Bangkalan Madura

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur, kembali menjadi sorotan publik.

KOMPAS.com / Repro (Luhur)
ULAT MENU MBG - Due ekor ulat di menu MBG di Bangkalan, Madura. Ini penjelasan SPPG soal penemuan ulat di menu Makan Bergizi Gratis (KOMPAS.com / Repro (Luhur) ) 
Ringkasan Berita:
  • Dua ekor ulat ditemukan dalam menu Makan Bergizi Gratis (MBG) di SMAN 1 Kamal, Bangkalan, Jatim, yang memicu perhatian publik
  • Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) mengakui adanya kelalaian dan menyebut jenis ulat itu, Samia Cynthia Ricini, aman dikonsumsi serta kaya protein
  • Kasus ini menjadi satu dari rangkaian insiden serupa di Bangkalan, memunculkan evaluasi besar terhadap kebersihan dan pengawasan dapur MBG.

TRIBUNKALTIM.CO - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur, kembali menjadi sorotan publik.

Bukan karena cita rasa masakannya yang menggugah selera, melainkan karena ditemukannya dua ekor ulat pada menu daun singkong yang disajikan di SMAN 1 Kamal, Senin (27/10/2025).

Menu Makan Bergizi Gratis yang terdapat ulat itu fotonya lantas beredar di grup WhatsApp.

Kepala SMAN 1 Kamal, Mohammad Sairi, membenarkan kebenaran kabar tersebut.

Baca juga: BGN Klarifikasi Isu Viral Insentif Rp5 Juta untuk Konten Positif Program Makan Bergizi Gratis

“Betul, itu Senin kemarin, saya mendengar dari cabang dinas tentang ulat pada menu MBG di sekolah kami. Ada dua ulat yang sudah mati pada sayur singkong, hanya satu porsi MBG,” ungkapnya kepada Tribun Madura, Selasa (28/10/2025).

Meski terkesan janggal, Sairi menilai keberadaan ulat pada sayuran tidak selalu berarti buruk.

Menurutnya, hal itu justru bisa menjadi pertanda bahwa sayuran tersebut alami dan tidak terpapar banyak pestisida.

“Wajar kalau di sayur ada ulat karena justru kondisi sayurnya itu sehat, mungkin yang membersihkan sayuran kurang teliti sehingga ulat masih lengket. Beda halnya dengan ulat apabila ditemukan pada menu olahan daging,” pungkas eks Kepala SMAN 3 Bangkalan itu.

Penjelasan dan Klarifikasi dari SPPG

Menanggapi viralnya kabar tersebut, Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG)—lembaga yang bertugas memastikan distribusi dan kualitas makanan dalam program MBG—turun tangan memberikan klarifikasi.

Kepala SPPG Gili Timur, Diandra Dieva Pertiwi, menjelaskan bahwa pihaknya memang lalai dalam proses penyajian, namun memastikan ulat tersebut hanya ditemukan di satu ompreng (wadah nasi logam) dan belum sempat dikonsumsi oleh siswa.

“Untuk temuan ulat itu hanya ada di 1 ompreng dan itu belum sempat di konsumsi. Kami langsung dapat konfirmasi dari pihak sekolah dan langsung melakukan penarikan makanan kemudian mengganti dengan yang baru,” kata Diandra, Rabu (29/10/2025).

Menurutnya, jenis ulat yang ditemukan bukan sembarang ulat.

“Ulat yang ditemukan di sayur daun singkong di dalam ompreng itu merupakan ulat yang bisa dikonsumsi,” ujarnya.

Ia menjelaskan lebih lanjut bahwa ulat tersebut adalah Samia Cynthia Ricini, sejenis ulat yang biasa hidup di batang atau area daun singkong.

“Itu merupakan ulat yang biasa hidup di batang atau area daun singkong dan menurut penelitian yang ada sebenarnya ulat jenis Samia Cynthia Ricini ini bisa dikonsumsi dan tinggi protein, hanya saja memang tidak seharusnya terjadi,” terang Diandra.

Sebagai catatan, Samia Cynthia Ricini dikenal juga sebagai ulat sutra Eri—hewan penghasil benang sutra alami yang dalam beberapa penelitian disebut memiliki kandungan protein tinggi dan lemak sehat.

Meski secara teori dapat dikonsumsi, tentu tidak ideal ditemukan berguling manja di sayur sekolah.

Prosedur Masak dan Evaluasi

Lebih lanjut, Diandra memastikan bahwa prosedur pengolahan bahan pangan sudah sesuai standar keamanan dan kebersihan.

Ia menjelaskan bahwa proses pengolahan daun singkong dilakukan dengan pengecekan kualitas bahan, perendaman menggunakan air garam, dan pembilasan air mengalir dua kali untuk memastikan tidak ada residu tanah atau hama.

“Ini merupakan prosedur yang sudah sesuai. Proses memasak atau perebusan juga dilakukan sebanyak dua kali dengan high temperature, hal ini juga sudah sesuai dengan prosedur,” ungkapnya.

Namun demikian, SPPG tidak tinggal diam.

 Sebagai bentuk tanggung jawab dan pencegahan, mereka memutuskan untuk sementara waktu tidak menggunakan daun singkong dalam menu MBG hingga proses evaluasi selesai.

“Kami akan lebih berhati-hati dan akan menghindari penggunaan daun singkong dalam jangka waktu yang belum ditetapkan,” tambah Diandra.

Rentetan Kasus Serupa di Bangkalan

Insiden ini bukanlah kasus tunggal. Sejak pertengahan September 2025, Bangkalan berkali-kali diterpa laporan soal kualitas menu MBG.

Dimulai dari ribuan porsi makanan yang ditarik karena berbau amis pada 16 September 2025 di sejumlah sekolah seperti SMAN 3, SMKN 1, SMKN 2, SDN Mlajah 1, dan SDN Mlajah 2.

Tak lama berselang, pada 19 September 2025, warga menemukan belatung dalam menu MBG distribusi SPPG JK Restu Bumi Anyar yang dikirim ke SDN Bumi Anyar 1 dan SDN Paseseh 1, Kecamatan Tanjung Bumi.

Bahkan, pada 23 September 2025, video warga memperlihatkan seekor ulat merayap di dinding food tray (nampan makan) dan viral di media sosial.

Kondisi tersebut mendorong Satgas MBG Pemkab Bangkalan memanggil seluruh pihak SPPG untuk klarifikasi.

Rapat yang digelar pada 23 September 2025 mengungkap fakta bahwa belatung muncul akibat lalat yang bertelur di makanan, sedangkan ulat kemungkinan berasal dari proses pencucian sayur yang kurang bersih.

Koordinator Wilayah SPPG Kabupaten, Bambang, mengatakan bahwa pihaknya kini lebih ketat berkomunikasi antar tim.

“Setelah rentetan peristiwa beberapa waktu lalu, kami secara inten berkomunikasi melalui grup WhatsApp. Insya Allah di Bangkalan semakin membaik penyajian MBG terhadap penerima manfaat, hanya kemarin itu ada dua ulat yang sudah mati,” tegasnya.

Kapasitas dan Tantangan SPPG Bangkalan

Berdasarkan data Badan Gizi Nasional (BGN), kebutuhan dapur SPPG di Kabupaten Bangkalan mencapai 93 unit dapur.

Dari jumlah tersebut, 24 dapur sudah beroperasi dan 14 unit lainnya masih berstatus running—artinya sudah memiliki kepala SPPG, namun belum beroperasi secara penuh.

“SPPG yang berstatus running itu sudah ada kepala SPPG-nya namun belum beroperasi. Semoga ke depan pelayanan SPPG di Kabupaten Bangkalan tidak ada kendala lagi,” pungkas Bambang.

Meski kasus ulat dalam sayur daun singkong mungkin terdengar sepele, peristiwa ini menjadi cermin penting bagi pelaksanaan program nasional seperti MBG.

Tujuannya mulia—memberi asupan gizi seimbang bagi siswa agar lebih fokus belajar—namun tanpa pengawasan yang ketat, niat baik itu bisa tergelincir oleh seekor ulat yang salah tempat.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Kasus Temuan Ulat di Menu MBG di Bangkalan Madura, SPPG Sebut Bisa Dikonsumsi dan Tinggi Protein

Artikel ini telah tayang di Kompas dengan judul Menu MBG di Bangkalan Ada Ulat, SPPG: Itu Jenis Ulat yang Bisa Dikonsumsi dan Tinggi Protein

Artikel ini telah tayang di Kompas dengan judul Ada Ulat di MBG Bangkalan, SPPG Akui Lalai tapi Sebut Aman Dikonsumsi

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved