Film
Animator Junaid Miran Batalkan Tuntutan untuk Film Merah Putih: One For All, Begini Alasannya
Kreator animasi 3D asal Pakistan, Junaid Miran menyatakan bahwa dirinya membatalkan tuntuan kepada pihak produksi film Merah Putih One For All.
TRIBUNKALTIM.CO - Kreator animasi 3D asal Pakistan, Junaid Miran mengumumkan bahwa dirinya membatalkan tuntuan kepada pihak produksi film Merah Putih One For All melalui kanal YouTube miliknya.
Tidak hanya itu, ia juga memutuskan untuk mengembalikan semua uang donasi yang telah terkumpul dari pendukungnya.
Sebagai konteks, uang tersebut dikumpulkan oleh Junaid dengan cara menjual murah karya-karyanya sebagai modal untuk mengajukan tuntutan.
Dalam sebuah tayangan video yang kini telah dihapus pada YouTube miliknya, Junaid sempat melayangkan gugatan atas tindakan plagiasi terhadap karya ciptanya.
Junaid mengaku bahwa setiap harinya ia mendapatkan email dan pesan di media sosial yang memintanya untuk melawan pihak tim produksi film Merah Putih One For All karena telah menggunakan aset animasinya dengan tidak benar.
Baca juga: Viral! Kreator Junaid Miran Gugat Hukum Film Merah Putih: One For All Terkait Plagiasi Aset Animasi
"Itu menyentuh hatiku lebih dari yang bisa aku katakan. Teman-teman, suara kalian sudah didengar. Aku akan berjuang. Aku siap menuntut mereka yang bertanggung jawab atas ketidakadilan ini," ucapnya kala itu.
Untuk mendukungnya sebagai seniman kecil, ia kemudian menjual sepuluh aset animasinya dengan resolusi 6K lengkap bersama hak komersial penuh hanya dengan lima dolar.
"Kali ini, aku secara pribadi meminta setiap orang yang nonton video ini untuk menyumbangkan 5 dolar dengan membeli paket karya seni ini. Kalian juga bebas menggunakannya untuk menghasilkan lebih dari lima dolar."
"Aku sudah menurunkan harga karyaku semurah mungkin. Aku akan menyewa pengacara, mengajukan tuntutan dan hadir di pengadilan untuk membela yang benar," tegasnya.
Lantas pada Kamis (4/9/2025), Junaid kemudian mengunggah sebuah video yang bertajuk "We Won! Kita berhasil!!!" dan menyampaikan bahwa Bintang Takari, animator asal Indonesia yang terlibat dalam pembuatan film Merah Putih One For All telah menghubunginya langsung.
Melalui percakapan tersebut, ia merasa sudah cukup mendapatkan haknya, yakni kredit atas karya animasi miliknya.
"Tanpa pengacara, tanpa permusuhan, hanya dua seniman yang berbicara secara terbuka."
"Karena pertarungan ini tidak pernah tentang uang, tidak pernah tentang menjatuhkan seseorang, ini tentang sesuatu yang sangat sederhana, kredit, pengakuan atas karya Junaid," jelasnya.
Ia kemudian menyampaikan bahwa semua uang donasi yang telah diterima akan dikembalikan dan karya yang telah dibeli oleh para pendukungnya dapat tetap digunakan.
"Semua donasi itu akan dikembalikan. Karena tujuan yang kita perjuangkan kini telah terselesaikan. Target penjualan itu dibuat hanya untuk membiayai tantangan hukum ini," ucapnya.
"Tidak ada alasan bagiku untuk menyimpan uang tersebut. Karya-karya itu (yang dijual dengan harga murah) juga tetap menjadi milik kalian, sebagai tanda terima kasih kecil dari saya," pungkasnya.
Tayangan tersebut kini telah ditonton sebanyak lebih dari 180 ribu orang di YouTube dan mendapatkan perhatian luar biasa di kolom komentar.
Baca juga: Rating 1 Bintang, Studio Kosong, tapi Film Merah Putih One For All Masih Tayang, Ini Alasannya
"Tidak usah di kembalikan, itu bentuk respect kami kepada karya kamu!" komentar seorang warganet.
"WE WON, WE ACTUALLY WON!!"
"Selamat, Junaid Miran! Kamu berhak atas kredit dan keadilan itu!" tulis seorang lainnya yang turut mendukung langkah sang kreator hingga mendapatkan hak atas karyanya.
Bagaimana film Merah Putih One For All menjadi kontroversi?
Sejak penayangan perdananya pada Kamis (14/8/2025) lalu, film animasi Merah Putih One For All telah menarik perhatian publik usai merilis poster dan trailer resmi yang kemudian dihujani beragam kritik dari warganet hingga sineas Tanah Air.
Pasalnya, karya yang diproduksi oleh Perfiki Kreasindo dan diproduseri oleh Toto Soegriwo tersebut dinilai menampilkan kualitas visual dan cerita yang buruk serta kurang memadai untuk ditayangkan di layar lebar.
Tidak hanya itu, serangkaian kontroversi juga membayangi film animasi tersebut. Mulai dari pernyataan aneh yang dilontarkan produser, biaya produksi yang dipertanyakan hingga dugaan pemakaian aset karakter animasi tanpa izin.
Poin yang terakhir lantas menjadi viral di media sosial setelah kreator asal Pakistan bernama Junaid Miran mengaku bahwa sebanyak enam aset animasi yang digunakan dalam film Merah Putih One For All sebagai tokoh utama memang benar miliknya.
Diketahui, aset keenam karakter tersebut dijual dengan harga sekitar Rp700 ribu di website Reallusion Content Store.
Namun, ia menyebut bahwa tim produksi sama sekali tidak pernah menghubungi bahkan memberikan kredit kepada karya-karyanya tersebut.
Padahal, eksekutif produser dan sutradara Merah Putih One For All mengaku bahwa karakter animasi di dalam filmnya dibuat oleh pihak animator mereka dengan segala effort.
Baca juga: Kontroversi Film Merah Putih One For All: Kualitas Dikritik, Penonton Minim, dan Alasan Masih Tayang
Bahkan, mereka sempat mengatakan bahwa kemiripannya dengan karakter yang dijual pada Reallusion Content Store sah-sah saja.
Setelah mendapatkan berbagai dukungan dari banyak orang, termasuk masyarakat Indonesia, Junaid Miran akhirnya membuka suara terkait karya-karyanya. (*)
Ikuti berita populer lainnya di saluran berikut: Channel WA, Facebook, X (Twitter), YouTube, Threads, Telegram
Viral! Kreator Junaid Miran Gugat Hukum Film Merah Putih: One For All Terkait Plagiasi Aset Animasi |
![]() |
---|
Terjawab Sudah The Conjuring Last Rites Kapan Tayang di Indonesia, Info Jadwal Bioskop Terbaru 2025 |
![]() |
---|
The Conjuring: Last Rites Kapan Tayang di Indonesia? Cek Jadwal Bioskop dan Sinopsis |
![]() |
---|
Jadwal Tayang Film The Conjuring: Last Rites di Bioskop Indonesia dan Sinopsis |
![]() |
---|
Rating 1 Bintang, Studio Kosong, tapi Film Merah Putih One For All Masih Tayang, Ini Alasannya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.