Berita Kaltim Terkini
Kekerasan Terhadap Anak di Kaltim Meningkat, DPRD Desak Penguatan Karakter Sejak Dini
Lonjakan angka kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kalimantan Timur pada pertengahan 2025
Penulis: Mohammad Fairoussaniy | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA – Lonjakan angka kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kalimantan Timur (Kaltim) hingga pertengahan tahun 2025 berada pada titik yang mengkhawatirkan.
Anggota Komisi IV DPRD Kaltim, Damayanti turut memberikan perhatiannya, saat ditemui pada Selasa (26/8/2025) disela agenda kedewanan.
Ia juga telah melihat penjelasan dinas terkait perihal meningkatnya angka kasus perempuan dan anak di Kaltim hingga Juni 2025.
Menurutnya, persoalan kekerasan anak tidak bisa hanya dibebankan kepada keluarga atau pemerintah, melainkan menjadi tanggung jawab bersama seluruh elemen masyarakat.
Baca juga: 3 Jenis Kekerasan Anak Tertinggi di Kalimantan Timur Tahun 2024
"Sangat miris jika per Juli ini ada 400 lebih anak yang mengalami kekerasan. Ini harus dicari tahu permasalahannya di mana. Kekerasan pada anak ini bukan hanya tanggung jawab keluarga atau pemerintah, tapi tanggung jawab kita semua," tegas Damayanti.
Selain kekerasan dalam rumah tangga, Damayanti juga menyoroti maraknya kasus perundungan atau bullying di lingkungan sekolah.
Dia menawarkan solusi, agar ada penguatan dengan memperkuat pendidikan karakter sejak usia dini.
"Pendidikan karakter itu tidak boleh kita abaikan. PAUD, TK, hingga SD harus mendapat perhatian serius, karena pembentukan karakter dimulai sejak dini. Madrasah pertama itu adalah keluarga," terang Ketua Fraksi PKB ini.
Komisi IV DPRD Kaltim yang membidangi terkait keluarga berencana, pemberdayaan dan peranan Wanita hingga menyasar aspek pendidikan, serta kesejahteraan sosial ini, tentunya punya andil untuk mendorong pemerintah agar membangun akhlak dan etika anak adalah fondasi penting untuk mencegah kekerasan.
Dia menekankan bahwa keluarga memiliki peran sentral dalam mengajarkan adab dan membentuk karakter anak.
Baca juga: 7 Daerah dengan Jumlah Kekerasan Anak Terbanyak di Kalimantan Timur
"Maka dari itu, edukasi keluarga sangat penting," tegasnya.
Kolaborasi antara pemerintah, sekolah, keluarga, dan masyarakat menjadi kunci untuk menciptakan lingkungan yang aman dan sehat bagi tumbuh kembang anak-anak.
“Penekanan pada pendidikan karakter sejak dini, diharapkan generasi muda Kaltim dapat tumbuh menjadi pribadi yang berakhlak dan beretika, siap menghadapi tantangan masa depan tanpa terjerat dalam lingkaran kekerasan..Anak-anak kita adalah generasi penerus," pungkas Damayanti.
Sebelumnya, data terbaru diungkap Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kaltim mencatat ada 662 kasus kekerasan yang terjadi hingga 30 Juni 2025.
Dari jumlah tersebut, kasus kekerasan terhadap anak mendominasi dengan total 454 korban, atau sekitar 62,97 persen dari keseluruhan kasus.
"Kami berharap angkanya bisa menurun, namun dengan 662 kasus di bulan Juni saja, kami khawatir jumlahnya akan terus meningkat," ungkap Kepala DP3A Kaltim, Noryani Sorayalita, beberapa waktu lalu dalam sebuah dalam Seminar dan Parenting Disiplin Positif di Era Digital yang diadakan di Hotel Puri Senyiur, Selasa (19/8/2025) lalu.
Baca juga: Beda Jauh! Inilah Perbandingan Jumlah Kasus Kekerasan Anak di Samarinda, Bontang dan Balikpapan
Ditambahkannya bahwa data kasus kekerasan ini bersifat fluktuatif.
Meskipun sempat terjadi penurunan 167 kasus pada tahun 2024 dari 1.108 kasus, ancaman peningkatan tetap ada.
Jenis kekerasan tertinggi yang terjadi adalah kekerasan seksual, diikuti oleh kekerasan fisik dan psikis.
Salah satu faktor utama yang berkontribusi pada tingginya kasus kekerasan, terutama pada anak, adalah pengaruh lingkungan, termasuk media sosial.
Ia menekankan, keluarga harus menjadi garda terdepan dalam pengasuhan.
Pemprov Kaltim sendiri, sudah mengeluarkan kebijakan, salah satunya Surat Edaran Gubernur Nomor 463/3397/III/DKP3A/2019 tentang pembatasan penggunaan gawai di keluarga dan satuan pendidikan.
Kebijakan ini merupakan upaya untuk mengingatkan pentingnya peran orang tua dalam mendampingi anak-anak saat menggunakan teknologi digital. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.