Berita Balikpapan Terkini

DPRD Khawatirkan Krisis Sampah Balikpapan, TPST Lebih Realistis daripada Insinerator

Wahyullah Bandung menegaskan bahwa jika tidak ada langkah serius, TPA Manggar akan penuh pada tahun 2026.

TRIBUNKALTIM.CO/BUDI SUSILO
BALIKPAPAN KRISIS SAMPAH - Pengolahan sampah organik menjadi pupuk kompos di Karang Joang, Balikpapan Utara, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur pada 20 Mei 2023. Anggota Komisi III DPRD Balikpapan, Wahyullah Bandung menegaskan TPA Manggar berpotensi overload pada 2026 jika tidak ada langkah serius. Ia mendorong percepatan pengoperasian TPST karena dinilai lebih murah, ramah lingkungan, dan realistis dibandingkan insinerator. (TRIBUNKALTIM.CO/BUDI SUSILO) 

Wahyullah menilai, pertumbuhan Kota Balikpapan yang pesat membuat volume sampah terus meningkat.

Ia menyebutkan, timbulan sampah di Balikpapan diperkirakan mencapai 400 ribu sampai 500 ribu ton. 

"Kalau tidak ada solusi jangka pendek, menengah, dan panjang, maka kita akan menghadapi tantangan luar biasa," tegasnya. 

Karena itu, DPRD Balikpapan menyatakan dukungan penuh terhadap program-program DLH, termasuk kerja sama lintas Organisasi Perangkat Daerah (OPD) seperti Dinas PU, kecamatan, dan kelurahan.

Mengenai regulasi, Wahyullah menjelaskan bahwa sebenarnya peraturan daerah terkait pengelolaan sampah sudah cukup lengkap. 

Namun, implementasi aturan masih perlu diperkuat. Salah satu opsi masa depan adalah memastikan sampah yang sampai ke TPA Manggar hanya berupa residu.

Dengan begitu, volume sampah yang tidak bisa didaur ulang bisa ditekan seminimal mungkin.

Ia juga menyoroti program Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang melibatkan partisipasi masyarakat. 

Menurutnya, partisipasi masyarakat melalui KSM menjadi salah satu langkah strategis dalam mengurangi ketergantungan terhadap TPA.

Model ini dinilai dapat memperkuat peran warga dalam mengelola sampah secara mandiri.

Lebih lanjut, ditanya soal penggunaan insinerator, Wahyullah punya beberapa pertimbangan.

Dari sisi efisiensi, insinerator dapat mempercepat penyelesaian masalah sampah, tetapi investasi yang besar serta isu lingkungan menjadi tantangan tersendiri. 

"Investasi insinerator cukup besar, dan kita juga harus memperhatikan aspek ramah lingkungan sebelum mengadopsinya," kata Wahyullah.

Sebaliknya, bagi Wahyullah, TPST dinilai lebih realistis untuk diprioritaskan.

Selain membutuhkan biaya yang lebih rendah, TPST juga dapat dikelola dengan cara ramah lingkungan.

Halaman
123
Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved