Berita Kaltim Terkini
RSHD Samarinda Terancam Pidana Bila tak Bayar Gaji Karyawan yang Menunggak
Manajemen Rumah Sakit Haji Darjad (RSHD) Samarinda kembali mangkir dari agenda rapat dengan pendapat DPRD Kaltim
Penulis: Raynaldi Paskalis | Editor: Samir Paturusi
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Manajemen Rumah Sakit Haji Darjad (RSHD) Samarinda kembali mangkir dari agenda rapat dengan pendapat DPRD Kaltim.
Dalam RDP tersebut, pembahasan masih berfokus pada hak dari karyawan yang sampai saat ini masih nihil, Rabu (24/9/2025)
Di ketahui, pada RDP sebelumnya ditanggal 29 April 2025 pihak RSHD juga tidak hadir dalam kegiatan tersebut.
DPRD Kaltim melalui Komisi IV telah empat kali berupaya untuk melakukan mediasi, namun mereka tak juga kunjung hadir.
Dalam RDP terbaru ini, hanya pihak RSHD yang absen dari undangan. Rapat yang dipimpin jajaran Komisi 4 dihadiri Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi, kuasa hukum 57 eks karyawan RSHD, serta beberapa eks karyawan RSHD.
Baca juga: Pemprov Kaltim Berniat Ambil Alih RSHD Samarinda dengan Syarat Permasalahan Internal Selesai
Kepala Disnakertrans Provinsi Kalimantan Timur, Rozani Erawadi, memaparkan bahwa pemerintah provinsi telah menindaklanjuti permintaan Komisi 4 untuk mengurus pengaduan yang bergulir sejak bulan Maret lalu hingga mencapai tahap penetapan.
"Yang tadi disampaikan berupa upah yang belum dibayar. Kemudian denda karena upahnya tidak dibayar kan terlambat tuh, berarti ada denda terhadap upah yang terlambat dibayar. Kemudian mengenai lembur yang juga belum dibayar," paparnya.
Disnakertrans Provinsi Kaltim telah menghitung total kewajiban RSHD kepada seluruh mantan karyawannya mencapai Rp 1.340.609.015,94.
Rinciannya meliputi upah tertunggak sebesar Rp 702.226.935,48, denda keterlambatan pembayaran upah Rp 351.113.467,74, dan upah lembur Rp 287.268.612,72.
Rozani mengungkapkan harapannya agar masalah ini segera diselesaikan. Menurutnya, berdasarkan prosedur dan peraturan yang berlaku, jika penetapan tersebut diabaikan, maka pihak perusahaan berpotensi menghadapi sanksi pidana atas kelalaian pembayaran upah dan upah lembur.
"Nah, tentu ini harus dipahami juga oleh perusahaan (manajemen RSHD) apa iya soal 1,3 M harus soal pidana," tegasnya dengan nada mengingatkan.
Keseriusan ancaman ini tercantum dalam notulensi rapat poin ke-6 yang menyatakan bahwa DPRD Provinsi Kaltim melalui Komisi IV mendesak Pemerintah Provinsi Kaltim melalui Disnakertrans untuk melanjutkan proses Pro Justicia setelah batas waktu Nota II berakhir pada 2 Oktober 2025.
Rozani menyayangkan tidak adanya upaya dialog bipartit antara pekerja dan pengusaha untuk membahas angka-angka kewajiban tersebut secara detail.
Menurutnya, jika tercapai kesepakatan melalui perundingan, masalah bisa diselesaikan tanpa berujung pada jalur hukum pidana.
"Sehingga kita tidak sampai ke arah pidana tadi," harapnya.
Mengenai kehadiran pihak RSHD dalam proses penetapan sebelumnya, Rozani menjelasakan bahwa mereka sempat hadir, namun tidak mampu menyediakan data secara lengkap.
Akibatnya, perhitungan kewajiban didasarkan pada data yang berhasil dikumpulkan.
Saat ditanya tentang alasan pihak RSHD, Rozani menjelaskan kendala teknis yang mereka hadapi.
"Ya, secara teknis lah kira-kira begitu kan. Mereka sulit mendapatkan data tersebut. Nah, gitu kan," ungkapnya.
Terkait dugaan kesulitan finansial yang dialami RSHD, Rozani mengakui adanya klaim tersebut dari pihak rumah sakit. Namun, ia menekankan bahwa para karyawan telah melaksanakan kewajiban mereka dengan baik.
Rozani mempertanyakan keadilan jika hak-hak pekerja diabaikan padahal mereka sudah bekerja dengan dedikasi.
Ia menambahkan bahwa karyawan tersebut tetap aktif bekerja hingga operasional rumah sakit ditutup, yang menunjukkan komitmen mereka dalam menjalankan kewajiban sebagai karyawan.
"Mestinya haknya yang diberikan. Kan seperti itu. Nah, pemerintah menghitunglah hak-hak itu yang belum dibayarkan dalam bentuk penetapan pengawas tenaga kerja," tambahnya.
Sementara itu, Kuasa Hukum eks karyawan RSHD, Rahmat Fauzi yang memegang kuasa atas 57 karyawan itu menyayangkan ketidakhadiran pihak manajemen RSHD.
"Sangat menyayangkanlah, udah 4 kali dipanggil dan tidak hadir. Saat mediasi di disnaker kota Samarinda juga tidak hadir, tidak ada itikad baiknya sama sekali untuk menemui mantan karyawannya untuk menyelesaikan masalah" ucapnya.
Baca juga: Dinkes Samarinda Sarankan RSHD Sosialisasi Penghentian Sementara Layanan ke Pasien
Ia berharap, kedepan pihak manajemen Rumah Sakit Haji Darjad (RSHD) memiliki itikad baik untuk menyelesaikan permasalahan ini.
Ditanya soal langkah kedepan yang akan diambil, pihaknya telah berkoordinasi dengan Kepala Disnakertrans Provinsi Kalimantan Timur untuk kembali menyurati Pihak manajemen Rumah Sakit Haji Darjad (RSHD).
"Tadi sempat berkomunikasi dengan Disnakertrans itu kita akan coba bersurat dulu, bagaimana hasil kemarin penetapan untuk nota II ini, bagaimana nanti hasilnya. Kalo memang nanti tidak ada mungkin kita akan mencoba, mau tidak mau upaya hukum" ujarnya.(*)
4 Daerah dengan Pengeluaran Makanan per Kapita Sebulan Tertinggi di Kalimantan Timur |
![]() |
---|
BNNP Kaltim Musnahkan BB Narkoba Hasil Penangkapan Sejak Juli Hingga Agustus 2025 |
![]() |
---|
Kapolda Kaltim Irjen Pol Endar Priantoro Gelar Coffee Morning Bersama Gubernur dan Kepala Daerah |
![]() |
---|
Kasus Kekerasan Perempuan dan Anak di Kaltim Cenderung Meningkat, DP3A Gelar Rapat Kerja Pencegahan |
![]() |
---|
Bapelkes Kaltim Mulai Terapkan Tanda Tangan Digital, Kurangi Ketergantungan Kertas |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.