Berita Kaltim Terkini
5 Kelurahan di Balikpapan Utara dengan Warga Belum Kawin Terbanyak
Tercatat bahwa di wilayah Kecamatan Balikpapan Utara terdapat total penduduk kategori “belum kawin” sebanyak 96.157 orang.
Meskipun angka relatif lebih rendah dibanding kelurahan lain, keberadaannya tetap penting sebagai bagian dari lima besar untuk analisis.
Penduduk belum kawin di daerah ini dapat dilihat sebagai refleksi era urbanisasi dan dinamika sosial, di mana banyak individu memilih menunggu stabilitas ekonomi atau pendidikan sebelum menikah.
Adapun yang paling sedikit belum kawin warganya yaitu daerah Gunung Samarinda Baru 5.801 orang.
Situasi Perempuan Belum Menikah di Kalimantan Timur Tahun 2024
Menurut publikasi Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Timur 2024 oleh BPS (Susenas Maret 2024), data status perkawinan perempuan umur 10 tahun ke atas menunjukkan bahwa rata-rata provinsi untuk kategori “belum menikah” adalah 31,32 persen.
Artinya hampir sepertiga perempuan usia 10 tahun ke atas belum pernah menikah.
Data per kabupaten/kota memperlihatkan variasi: beberapa kota besar memiliki persentase perempuan belum menikah lebih tinggi dibanding kabupaten, kemungkinan karena faktor urbanisasi, pendidikan, mobilitas kerja dan gaya hidup.
Berikut lima daerah di Kalimantan Timur dengan persentase perempuan belum menikah tertinggi:
1. Kota Balikpapan (34,21 persen)
Balikpapan memimpin di daftar ini dengan sekitar 34,21 persen perempuan usia 10 tahun ke atas yang belum menikah.
Angka ini hampir mendekati sepertiga lebih sedikit, dan menunjukkan fenomena urban di mana banyak perempuan menunda pernikahan, mungkin karena pendidikan lebih tinggi, mobilitas kerja, atau preferensi pribadi.
Kota besar seperti Balikpapan biasanya menawarkan lebih banyak peluang dalam pendidikan dan karier, yang dapat mendorong perempuan untuk fokus terlebih dahulu pada aspek tersebut.
2. Kota Samarinda (33,08 persen)
Samarinda ikut tinggi dengan sekitar 33,08 persen perempuan belum menikah.
Sebagai ibu kota provinsi, Samarinda memiliki aktifitas sosial-ekonomi yang tinggi, begitu pula akses pendidikan dan pekerjaan.
Kehidupan kota juga seringkali membuat pilihan untuk menunda menikah menjadi lebih realistis, karena banyak faktor pendukung seperti infrastruktur, jaringan sosial, serta perubahan norma.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.