Berita Kaltim Terkini

4 Jenis Sayuran dengan Produksi Terbanyak di Kecamatan Balikpapan Barat

Kecamatan Balikpapan Barat merupakan salah satu wilayah dengan karakteristik unik di Kota Balikpapan.

Grafis TribunKaltim.co/canva
SAYURAN BALIKPAPAN BARAT - Ilustrasi sayuran, diolah di aplikasi Canva. Berikut sayuran dengan produksi terbanyak di Balikpapan Barat, Kalimantan Timur (Grafis TribunKaltim.co/canva) 

Dengan produktivitas tinggi dan kebutuhan pasar yang stabil, sawi kini dianggap sebagai komoditas strategis bagi pertanian perkotaan Balikpapan Barat.

2. Kacang Panjang 

Kacang panjang menjadi salah satu tanaman sayur paling konsisten dibudidayakan di Balikpapan Barat.

Produksinya mencapai 168 kuintal pada tahun 2024 dengan luas panen 0,60 hektar. 

Walau mengalami penurunan dibanding tahun-tahun sebelumnya — yaitu 1.228 kuintal pada 2021, 1.930 kuintal pada 2022, dan 143 kuintal pada 2023 — komoditas ini tetap menjadi andalan karena kemampuan adaptasinya tinggi terhadap berbagai jenis tanah dan iklim.

Penurunan produksi lebih disebabkan oleh berkurangnya luas lahan tanam, dari 10 hektar di tahun 2021 menjadi hanya 0,60 hektar di tahun 2024.

Namun demikian, produktivitas per hektar justru meningkat, yang menandakan adanya perbaikan teknik budidaya.

Dengan pemanfaatan pupuk organik dan sistem penopang tanaman yang efisien, hasil panen per satuan lahan kini semakin optimal.

Baca juga: 6 Jenis Sayuran dengan Produksi Terbanyak di Kecamatan Balikpapan Selatan

3. Cabai Rawit

Cabai rawit merupakan komoditas yang selalu menjadi sorotan karena nilai jualnya tinggi dan permintaan pasar yang stabil.

Namun, data menunjukkan bahwa produksi cabai rawit di Balikpapan Barat mengalami fluktuasi tajam.

Pada 2021, produksi mencapai 728 kuintal, melonjak ke 2.600 kuintal pada 2022, tetapi kemudian anjlok menjadi 191,50 kuintal pada 2023, dan kembali turun ke 77,50 kuintal pada 2024.

Penurunan tajam ini diduga kuat akibat cuaca ekstrem, curah hujan tinggi, serta penyakit tanaman seperti antraknosa dan layu fusarium yang sering menyerang cabai di lahan tropis lembap.

Selain itu, luas panen juga menurun dari 10 hektar di 2021 menjadi hanya 3,05 hektar di 2024, yang memperkuat alasan turunnya volume produksi.

Meskipun demikian, cabai rawit tetap menjadi komoditas penting karena potensi keuntungannya tinggi, terutama jika petani mampu mengendalikan hama dan menanam secara bergiliran.

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved